oleh Istiana Kusumastuti
Pengenalan Kondisi Wilayah:
Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi tentang kondisi kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan di wilayah tersebut. Tujuannya adalah untuk memahami masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.
Survey Mawas Diri:
Masyarakat diajak untuk melakukan survei kesehatan secara mandiri, sehingga mereka dapat mengenali kondisi kesehatan mereka sendiri. Hasil survei ini akan digunakan sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan kesehatan yang dibutuhkan.
Musyawarah Desa/Kelurahan:
Setelah data terkumpul, dilakukan musyawarah atau rapat desa/kelurahan untuk membahas hasil survei dan menentukan prioritas masalah kesehatan yang perlu ditangani. Musyawarah ini melibatkan semua pihak terkait, termasuk tokoh masyarakat, pemuda, dan petugas kesehatan.
Perencanaan Partisipasif (Pendampingan Fasilitator):
Pada tahap ini, masyarakat bersama fasilitator menyusun rencana kegiatan kesehatan berdasarkan prioritas yang telah ditentukan. Pendampingan fasilitator bertujuan untuk memberikan dukungan teknis dan memastikan partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan.
Pelaksanaan Kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat):
Masyarakat melaksanakan kegiatan kesehatan yang telah direncanakan, seperti posyandu, penyuluhan kesehatan, atau program imunisasi. Partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan ini untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitasnya.
Pembinaan Kelestarian:
Tahap terakhir adalah memastikan keberlanjutan kegiatan kesehatan yang telah dilaksanakan. Ini melibatkan upaya untuk mencari sumber dana yang berkelanjutan, baik dari pemerintah, swasta, atau melalui swadaya masyarakat. Pembinaan yang baik akan memastikan kegiatan kesehatan dapat terus berjalan dan memberikan manfaat jangka panjang.
Berikut adalah beberapa contoh program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan di Indonesia:
Program Keluarga Harapan (PKH): Program ini memberikan bantuan sosial berupa uang tunai kepada keluarga miskin yang memiliki anggota keluarga yang hamil, menyusui, balita, anak sekolah dasar, atau anak sekolah menengah pertama. Selain itu, program ini juga memberikan bantuan sosial berupa beras kepada keluarga miskin. Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan bagi keluarga miskin, serta mengurangi kemiskinan dan ketimpangan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Kesehatan: Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui penguatan kapasitas, partisipasi, dan swadaya dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan kesehatan di tingkat desa. Program ini juga memberikan bantuan dana untuk mendukung kegiatan kesehatan komunitas, seperti posyandu dan sanitasi lingkungan. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) Kesehatan: Program ini bertujuan untuk membentuk karakter bangsa yang berintegritas, berkarya, dan gotong royong melalui penguatan nilai-nilai Pancasila dalam konteks kesehatan. Program ini juga memberikan dukungan kepada masyarakat untuk mengembangkan inisiatif lokal yang berkontribusi pada peningkatan kesehatan nasional. Diharapkan program ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesehatan lingkungan.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK): Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dengan pendekatan keluarga. Kegiatan yang dilakukan termasuk kunjungan rumah oleh petugas kesehatan, penyuluhan kesehatan, dan pemantauan status kesehatan keluarga. Tujuan program ini adalah untuk mencapai keluarga yang sehat, mandiri, dan berkualitas.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu): Program ini adalah upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, terutama ibu-ibu, dalam kegiatan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan tumbuh kembang anak, dan penyuluhan kesehatan. Posyandu bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta gizi masyarakat.
Program-program ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat agar mereka dapat secara aktif berpartisipasi dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri, serta menciptakan lingkungan yang mendukung tercapainya tujuan kesehatan masyarakat.
Latihan Soal
Pilih satu program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang Anda ketahui. Jelaskan bagaimana setiap tahapan pemberdayaan diterapkan dalam program tersebut. Apa saja keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi program tersebut?
Program Desa Siaga: Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mengatasi masalah kesehatan di tingkat desa. Aktivitas program ini mencakup pembentukan tim siaga bencana, penyediaan obat-obatan dan peralatan kesehatan, serta pelatihan kader kesehatan desa.
Tahapan Pemberdayaan dalam Program Desa Siaga:
1. Penyadaran (Awareness):
• Pada tahap ini, masyarakat desa diberikan pemahaman tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi masalah kesehatan dan bencana.
• Dilakukan penyuluhan dan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
2. Pengkapasitasan (Capacity Building):
• Masyarakat diberikan pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola kesehatan desa.
• Pelatihan diberikan untuk kader kesehatan desa, tim siaga bencana, dan anggota masyarakat lainnya.
3. Pendayaan (Empowerment):
• Masyarakat desa dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program Desa Siaga.
• Dibentuk struktur organisasi dan tim kerja yang melibatkan masyarakat untuk mengelola program.
4. Pemantauan dan Evaluasi:
• Dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk menilai keberhasilan program dan mengidentifikasi area perbaikan.
• Masukan dari masyarakat digunakan untuk menyempurnakan program.
Keberhasilan Program Desa Siaga:
• Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan dan kesiapsiagaan bencana.
• Terbentuknya struktur organisasi dan tim kerja yang melibatkan masyarakat untuk mengelola program.
• Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dasar dan kesiapsiagaan bencana.
• Penurunan angka kejadian penyakit dan kematian di desa-desa yang menerapkan program Desa Siaga.
Tantangan dalam Implementasi Program Desa Siaga:
• Keterbatasan sumber daya (dana, sarana, dan tenaga) untuk menjangkau seluruh desa.
• Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang bervariasi, sehingga membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda.
• Komitmen dan partisipasi masyarakat yang masih perlu ditingkatkan secara berkelanjutan.
• Koordinasi antar pemangku kepentingan (pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta) yang masih perlu dioptimalkan.
Secara keseluruhan, program Desa Siaga telah memberikan dampak positif bagi peningkatan kesehatan dan kesiapsiagaan masyarakat, namun masih membutuhkan upaya yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
Astri susanti ( 02230200004 )
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu): Program ini adalah upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, terutama ibu-ibu, dalam kegiatan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan tumbuh kembang anak, dan penyuluhan kesehatan. Posyandu bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta gizi masyarakat.
Tahapan Pemberdayaan dalam Program Pos Pelayanan Terpadu :
1. Tahapan pertama, fasilitator membuat kajian awal. Kajian awal meliputi apa saja permasalahan yang terjadi pada kader Posyandu, apa saja yang dibutuhkan dan apa saja potensi yang ada pada kader Posyandu.
2. Tahapan kedua, membuat perencanaan.Perencanaan program pemberdayaan sangat penting untuk dilakukan demi keberhasilan program tersebut. Perencanaan meliputi proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta, mengenai identifikasi pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang diinginkan pada kader Posyandu.
3. Tahapan ketiga, menentukan kegiatan. Dalam kegiatan pendampingan komunitas kader Posyandumelihat SDM dan kebutuhan, kegiatan diutamakan terlebih dahulu untuk hal-hal yang lebih penting dan kader Posyandu ikut menentukan dalam pendidikan seperti materi dan waktu.
4. Tahapan keempat, pelaksanaan kegiatan rencana yang telah disusun bersama dengan dukungan pendamping, pemerintah, masyarakat maupun LSM lainnya selanjutnya diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan yang tetap memperhatikan rencana awal.
5. Tahapan kelima, membuat laporan kegiatan.Pendamping komunitas Yayasan Kalyanamitra membuat laporan bulanan dan laporan tiga bulanan untuk melihat capaian yang sudah dilakukan agar dapat menjadi bahan evaluasi di awal tahun.
Keberhasilan Program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu):
1. Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
3.Meningkanya peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Tercapainya penurunan dan pencegahan stunting pada anak
5. Terbentuknya struktur organisasi dan tim kerja yang melibatkan masyarakat untuk mengelola program.
6. Tercapainya program imunisasi pada bayi dan balita.
Tantangan dalam Implementasi Program Posyandu :
1. Keterbatasan sumberdaya dan anggaran
2. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pendekatan komprehensif.
3. Ibu balita kadang kurang kesadarannya akan pentingnya mengikuti kegiatan
posyandu.
4. Kurangnya partisipasi atau keterlibatan dalam mendukung pelaksanaan posyandu.
5. Tingkat pendidikan masyarakat yang berbeda sehingga kader harus melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda juga.
Rahayu Restiyadi (02230200005)
Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) didefinisikan sebagai satuan wilayah setingkat desa dimana terdapat integrasi dan konvergensi penyelenggaraan pemberdayaan dan penguatan institusi keluarga dalam seluruh dimensinya guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, keluarga dan masyarakat.
Sebagai sebuah pendekatan pembangunan yang bersifat universal, dan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengoptimalkan penyelenggaraan pemberdayaan penguatan institusi keluarga, maka perlu didorong penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas di setiap desa/kelurahan.
* Sasaran Program :
1. Penyediaan data dan peningkatan cakupan administrasi kependudukan
2. Peningkatan perubahan perilaku
3. Peningkatan cakupan layanan&rujukan pada keluarga
4. Penataan lingkungan keluarga
* Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan di Kampung KB meliputi:
1. Kependudukan
2. Keluarga Berencana dan kesehatan Reproduksi
3. Ketahanan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga
4. Kegiatan Lintas Sektor ( Bidag pemukiman, Sosial Ekonimi, Kesehatan,
Pendidikan, Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak, dsb)
* Tahapan Kampung KB adalah :
1. Membangun Komitmen
Pembentukan Kampung KB perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak,
baik dukungan politis, teknis dan operasional.
2. Penyusunan Profil Kampung KB
Pokja Kampung KB menyiapkan profil kampung KBnya yang akan ditetapkan
sebagai kampung KB di RW atau Dusun.
3. Proses penetapan wilayah sebagai kampung KB
a. Rapat penetapan wilayah kampung KB
Dilaksanakan oleh PLKB dengan melibatkan Stakeholder di tingkat Desa
dan Tokoh Masyarakat , termasuk penetapan Poktan Kader per Bidang
yang di sesuaikan dengan kebutuhan wilayah.
b. Penyusunan struktur organisasi
Dilaksanakan oleh Pokja Kampung KB dan di sahkan melalui surat
keputusan Kepala Desa/Kelurahan.
c. Rekapitulasi wilayah kampung KB beserta SK struktur organisasinya
di kirimkan ke OPD KB Kabupaten
4. Penyediaan Data Informasi
Adapun kelengkapan data dan informasi yang di perlukan dalam
pembentukan kampung KB adalah sebagai berikut:
a. Data Anggota Keluarga/ Data inpidu
Meliputi jumlah jiwa dalam keluarga, nomor kode anggota keluarga,
nama, alamat, hubungan dengan kk, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dll.
b. Data informasi yang terkait dengan catatan sipil
c. Data dan informasi terkait dengan poktan kader per bidang, di
sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah kampung KB.
* Keberhasilan Program :
1. Terlaksananya advokasi dan komunikasi perubahan perilaku masyarakat
2. Meningkatnya akses dan pelayanan kesehatan termasuk keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi melalui program kesehatan berbasis
masyarakat/ unit-unit pelayanan dan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat
3. Terdapat pendampinngan dan pelayanan pada keluarga dengan resiko
kejadian stunting
4. Penataan lingkungan, peningkatan akses air bersih serta sanitasi dasar.
* Adapun Kendala/hambatan/tantangan yang dihadapi selama menjalankan
program Kampung Keluarga Berkualitas
1. Anggota Kelompok Kerja (Pokja) yang terlatih belum ada untuk Program
Kampung Keluarga Berkualitas.
2. Kurangnya partisipasi masyarakat untuk mendukung program
Kampung Berkualitas.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program Kampung
Keluarga Berkualitas.
4. Kurangnya partisipasi pria untuk ber KB.
Intan Malda Komalasari 02230200021
KH adalah program perlindungan sosial yang diluncurkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2007. Tujuannya adalah memberikan bantuan kepada keluarga miskin dan rentan secara finansial agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pendidikan, dan layanan kesehatan. PKH bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan akses keluarga miskin terhadap pendidikan dan layanan kesehatan
Sasaran PKH adalah keluarga miskin yang
memeiliki berbagai komponen dalam kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial dan juga terdaftar
sebagai Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Miskin KPM PKH harus sudah terdaftarudan turut
hadir pada fasilitas kesehatan dan pendidikan terdekat.
Keluarga yang sudah terdaftar sebagai Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) PKH memiliki kewajiban
di bidang kesehatan meliputi pemeriksaan kandungan
bagi ibu hamil, melakukan imunisasi dan timbang
anak balita dan anak prasekolah serta pemenuhan gizi
yang lengkap. Sedangkan kewajiban Keluarga
Penerima Manfaat PKH memiliki kewajiban dalam
bidang pendidkan yaitu mendaftarkan dan
memastikan kehadiran anggota PKH ke fasilitas
pendidkan sesuai jenjang sekolah dasar dan
menengah.
Implementasi PKH di bidang
kesehatan dan pendidikan dilakukan
melalui beberapa tahapan yang terus
berkelanjutan sesuai dengan pedoman
umum pelaksaan PKH yang sudah di
tetapkan. Tahapan pelaksanaan PKH yang
harus dilakukan adalah penetapan sasaran
penerima, validasi data penerima,
pembayaran tahap 1, verifikasi data,
verifikasi, pembayaran tahap berikutnya,
dan selanjutnya adalah transformasi
(resertifikasi, transisi, dan graduasi).
Tujuan PKH yang utama untuk
memperbaiki kualitas hidup dan
kesejahteraanmasyarakat miskin dengan
cara meningkatkan kualitas pendidikan dan
kesehatannya. PKH juga diharapkan
sebagai sarana dalam memberikan
pelatihan pemberdayaan agar masyarakat
mampu membangun usaha mandiri maupun
kelompok agar tidak bergantug kepada
pemerintah, dengan memenuhi persyaratan
yang ditentukan oleh pemerintah.
*Nama : Citra Setyaningrum*
*NPM : 02230200016*
*Program Kampung Bebas Jentik (KBJ) atau Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)* yang banyak diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung, sebagai upaya pengendalian penyakit *Demam Berdarah Dengue (DBD)*.
Tahapan Pemberdayaan dalam Program G1R1J / KBJ
Tahap Penyadaran (Awareness)
Pelaksanaan: Penyuluhan kepada warga tentang bahaya DBD dan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk dilakukan melalui RT/RW, PKK, sekolah, dan media lokal.
Tujuan: Menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa pencegahan DBD dimulai dari lingkungan rumah tangga masing-masing.
Tahap Kapasitas (Capacity Building)
Pelaksanaan: Pelatihan diberikan kepada kader Jumantik (juru pemantau jentik), terutama ibu-ibu rumah tangga, tentang cara memantau dan membasmi jentik nyamuk. Termasuk pelatihan identifikasi tempat berkembang biaknya dan pencatatan hasil pemantauan.
Tujuan: Meningkatkan kemampuan masyarakat agar bisa mandiri melakukan pemantauan dan intervensi.
Tahap Aksi (Empowerment/Action)
Pelaksanaan: Setiap rumah bertanggung jawab memantau jentik di rumahnya (1 rumah 1 Jumantik). Data pemantauan dilaporkan ke RT/RW dan Puskesmas secara berkala. Ada kegiatan gotong royong dan inspeksi rutin.
Tujuan: Masyarakat secara aktif menjaga lingkungan agar bebas dari potensi wabah DBD dan menjadi bagian dari sistem monitoring kesehatan lingkungan.
Keberhasilan Program G1R1J / KBJ
Penurunan kasus DBD secara signifikan di beberapa wilayah yang konsisten melaksanakan program.
Meningkatkan kesadaran kolektif dan kepedulian warga terhadap kesehatan lingkungan.
Partisipasi warga yang tinggi, karena program ini sederhana dan langsung berdampak pada lingkungan tempat tinggal.
Terciptanya kader-kader kesehatan lingkungan yang aktif dan berkelanjutan.
Tantangan dalam Implementasi
Masih rendahnya kesadaran di beberapa wilayah, terutama di daerah padat dan kumuh.
Kegiatan monitoring sering bersifat formalitas, hanya dilakukan saat ada inspeksi atau lonjakan kasus.
Keterbatasan dukungan logistik dan insentif bagi kader Jumantik, yang berdampak pada keberlanjutan program.
Kurangnya integrasi digital, sehingga pelaporan dan pemantauan masih manual dan kurang efisien.
*Kesimpulan*
Program G1R1J atau Kampung Bebas Jentik adalah contoh nyata pemberdayaan masyarakat dalam mengendalikan penyakit berbasis lingkungan. Keberhasilannya bergantung pada kedisiplinan warga dan koordinasi lintas sektor, termasuk peran aktif dari dinas kesehatan dan tokoh masyarakat. Tantangannya bisa diatasi melalui peningkatan insentif kader, pemanfaatan teknologi, dan penguatan edukasi berbasis komunitas.
Salah satu program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yaitu Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
A. Penerapan Tahapan Pemberdayaan dalam STBM:
1. Tahap Penyadaran (Awareness): Masyarakat diberi pemahaman tentang pentingnya
perilaku hidup bersih dan sehat, terutama terkait sanitasi, melalui pendekatan
pemicuan (triggering), seperti memperlihatkan dampak buang air besar sembarangan
(BABS).
2. Tahap Kapasitas (Capacity Building): Kader kesehatan dan tokoh masyarakat dilatih
untuk menjadi fasilitator STBM, membangun kemampuan dalam mengidentifikasi
masalah sanitasi dan mencari solusi lokal yang sesuai.
3. Tahap Aksi (Action): Masyarakat memulai perubahan perilaku, seperti membangun
jamban sehat secara mandiri tanpa subsidi, serta menerapkan 5 pilar STBM (tidak
BABS, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga,
pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga).
4. Tahap Evaluasi dan Kemandirian: Pemerintah daerah bersama masyarakat melakukan
monitoring keberhasilan tiap pilar dan mendorong kemandirian masyarakat dalam
menjaga keberlanjutan perilaku sanitasi sehat.
B. Keberhasilan:
Program STBM berhasil menurunkan angka BABS di berbagai wilayah dan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi. Banyak desa telah berhasil mencapai
status “open defecation free” (ODF). Selain itu, program ini memperkuat peran serta
masyarakat secara aktif dan mendorong inovasi lokal dalam pembuatan sarana sanitasi.
C. Tantangan:
Tantangan utama termasuk resistensi awal dari masyarakat terhadap perubahan perilaku,
keterbatasan akses terhadap air bersih di beberapa daerah, dan keterbatasan sumber
daya fasilitator di tingkat lokal. Selain itu, keberlanjutan program sering terhambat jika
tidak ada dukungan kebijakan dan anggaran dari pemerintah daerah.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) sebagai program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dengan mendekatkan layanan langsung ke keluarga melalui pendekatan proaktif oleh tenaga kesehatan, terutama dari Puskesmas.
A. Tahapan pemberdayaan dalam PIS-PK:
Penyadaran ( (Awareness) dilakukan melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan
untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan keluarga, mendeteksi
masalah kesehatan, dan memperkenalkan 12 indikator keluarga sehat.
Peningkatan kapasitas (Capacity Building)dilakukan dengan melibatkan keluarga dan
kader kesehatan dalam pelatihan atau pendampingan agar mereka mampu mengenali
risiko kesehatan dan mengambil tindakan pencegahan secara mandiri.
Pemberian kewenangan (Empowerment)- (penguatan peran masyarakat) terlihat saat
keluarga dan masyarakat mulai aktif mengambil keputusan dan menjalankan peran dalam
menjaga kesehatan, seperti mengikuti program imunisasi, posyandu, atau pengelolaan
penyakit kronis berbasis keluarga.
B. Keberhasilan PIS-PK
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya indikator keluarga sehat dan
adanya peningkatan cakupan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan, yang
memperkuat hubungan antara Puskesmas dan masyarakat.
C. Tantangan
Keterbatasan sumber daya manusia di tingkat Puskesmas, rendahnya pemahaman awal
masyarakat terhadap indikator keluarga sehat, serta tantangan geografis di daerah
terpencil yang menyulitkan pelaksanaan kunjungan rumah secara merata.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) sebagai program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dengan mendekatkan layanan langsung ke keluarga melalui pendekatan proaktif oleh tenaga kesehatan, terutama dari Puskesmas.
A. Tahapan pemberdayaan dalam PIS-PK:
Penyadaran ( (Awareness) dilakukan melalui kunjungan rumah oleh petugas kesehatan
untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan keluarga, mendeteksi
masalah kesehatan, dan memperkenalkan 12 indikator keluarga sehat.
Peningkatan kapasitas (Capacity Building)dilakukan dengan melibatkan keluarga dan
kader kesehatan dalam pelatihan atau pendampingan agar mereka mampu mengenali
risiko kesehatan dan mengambil tindakan pencegahan secara mandiri.
Pemberian kewenangan (Empowerment)- (penguatan peran masyarakat) terlihat saat
keluarga dan masyarakat mulai aktif mengambil keputusan dan menjalankan peran dalam
menjaga kesehatan, seperti mengikuti program imunisasi, posyandu, atau pengelolaan
penyakit kronis berbasis keluarga.
B. Keberhasilan PIS-PK
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya indikator keluarga sehat dan
adanya peningkatan cakupan kunjungan rumah oleh petugas kesehatan, yang
memperkuat hubungan antara Puskesmas dan masyarakat.
C. Tantangan
Keterbatasan sumber daya manusia di tingkat Puskesmas, rendahnya pemahaman awal
masyarakat terhadap indikator keluarga sehat, serta tantangan geografis di daerah
terpencil yang menyulitkan pelaksanaan kunjungan rumah secara merata.
Sumiarti (02230200022)
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan melalui Program Posyandu
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan proses penting untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan kesehatan secara mandiri. Salah satu contoh nyata dari program pemberdayaan masyarakat di Indonesia adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Program ini telah berperan besar dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta menjadi sarana pendidikan kesehatan bagi masyarakat di tingkat desa atau kelurahan.
Tahapan pemberdayaan masyarakat dalam program Posyandu dilakukan secara sistematis. Tahap pertama adalah pengenalan kondisi wilayah, di mana petugas kesehatan bersama kader Posyandu melakukan pemetaan data kesehatan masyarakat, termasuk status gizi anak, jumlah ibu hamil, dan kondisi sanitasi lingkungan. Informasi ini dikumpulkan melalui kunjungan rumah dan kerja sama dengan perangkat desa setempat.
Tahap kedua adalah Survey Mawas Diri (SMD), yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk mengenali masalah kesehatannya sendiri. Dalam diskusi kelompok atau pengisian kuesioner, warga mengidentifikasi berbagai masalah seperti rendahnya cakupan imunisasi, kurangnya pemahaman gizi, atau keengganan ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin.
Tahap ketiga yaitu Musyawarah Desa/Kelurahan, merupakan forum penting untuk menentukan prioritas masalah berdasarkan hasil survei. Musyawarah ini dihadiri oleh tokoh masyarakat, petugas kesehatan, kader, dan perwakilan warga. Mereka bersama-sama menyusun agenda dan strategi penanganan masalah, seperti meningkatkan kunjungan ke Posyandu dan mengadakan pelatihan gizi.
Tahap keempat adalah Perencanaan Partisipatif. Masyarakat dengan pendampingan fasilitator dari puskesmas menyusun rencana kegiatan secara lebih teknis, termasuk jadwal pelayanan, kebutuhan logistik, dan pelibatan kader. Perencanaan ini memastikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal.
Tahap kelima adalah pelaksanaan kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Kegiatan Posyandu dilakukan setiap bulan dan melibatkan kader kesehatan serta warga. Layanan yang diberikan mencakup imunisasi, penimbangan balita, penyuluhan ASI eksklusif, serta pemeriksaan kehamilan. Posyandu menjadi tempat edukasi dan interaksi yang memperkuat kesadaran hidup sehat.
Tahap terakhir adalah pembinaan kelestarian, di mana upaya dilakukan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan Posyandu. Pemerintah desa dapat mendukung dengan alokasi dana desa, sementara puskesmas memberikan pelatihan berkala bagi kader. Selain itu, keterlibatan swasta atau LSM juga dapat membantu dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility).
Program Posyandu telah menunjukkan berbagai keberhasilan, seperti meningkatnya angka cakupan imunisasi, menurunnya kasus gizi buruk, dan bertambahnya kader-kader yang aktif di masyarakat. Namun, tantangan tetap ada, seperti keterbatasan dana, kurangnya pelatihan kader, dan rendahnya partisipasi masyarakat di daerah tertentu.
Secara keseluruhan, Posyandu adalah contoh nyata bagaimana pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat dilakukan secara bertahap dan partisipatif. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada komitmen semua pihak, termasuk pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat itu sendiri.
Arianty Fera 02230100004
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
Pogram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan strategi operasional dari Program Indonesia Sehat yang dilaksanakan melalui Puskesmas dengan fokus pada keluarga sebagai unit intervensi. PIS-PK menekankan pendekatan promotif dan preventif untuk mewujudkan keluarga sehat.
• Tujuan: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan berbasis keluarga.
• Pendekatan: Petugas Puskesmas melakukan kunjungan ke rumah warga untuk mendata dan memberikan edukasi tentang 12 indikator keluarga sehat (seperti imunisasi, gizi, sanitasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat).
Tahapan Pelaksanaan PIS-PK
1. Persiapan
• Sosialisasi program kepada tenaga kesehatan dan masyarakat.
• Pelatihan petugas Puskesmas terkait pelaksanaan survei dan pengumpulan data.
• Penyusunan rencana kerja dan pembagian wilayah kerja.
2. Pendataan Keluarga
• Petugas (umumnya bidan, perawat, atau promotor kesehatan) melakukan kunjungan rumah.
• Menggunakan formulir 12 Indikator Keluarga Sehat, seperti:
o Keluarga mengikuti KB
o Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
o Anak mendapat imunisasi lengkap
o Anggota keluarga tidak merokok
o Menggunakan air bersih, dsb.
• Data dicatat manual atau menggunakan aplikasi Keluarga Sehat (Kesga).
3. Analisis dan Identifikasi Masalah
• Data dianalisis di Puskesmas untuk mengidentifikasi masalah kesehatan prioritas.
• Pengelompokan keluarga berdasarkan status sehat atau tidak sehat.
4. Intervensi
• Kegiatan promosi kesehatan, kunjungan ulang, rujukan ke fasilitas layanan kesehatan.
• Pendekatan lintas sektor (misalnya pendidikan, desa, tokoh agama).
• Pelibatan kader dan organisasi masyarakat.
5. Monitoring dan Evaluasi
• Pencatatan kemajuan indikator keluarga sehat.
• Pelaporan secara berkala ke Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan.
Keberhasilan PIS-PK
• Peningkatan Cakupan Kesehatan Dasar: Banyak Puskesmas melaporkan peningkatan indikator seperti imunisasi lengkap, penggunaan air bersih, dan penurunan perilaku merokok dalam rumah tangga.
• Penguatan Peran Puskesmas: PIS-PK mengubah peran Puskesmas menjadi lebih aktif dan berbasis wilayah serta keluarga.
• Meningkatkan Kesadaran Masyarakat: Edukasi langsung ke rumah lebih efektif dalam membangun pemahaman dan perilaku hidup sehat.
• Integrasi Layanan: Pendekatan keluarga memungkinkan deteksi dini masalah gizi, TBC, penyakit tidak menular, dll.
Tantangan PIS-PK
• Keterbatasan SDM Kesehatan: Banyak Puskesmas kekurangan tenaga untuk melakukan kunjungan rumah secara menyeluruh.
• Akses Wilayah Sulit: Daerah terpencil, perbukitan, atau kepulauan menyulitkan petugas melakukan pendataan dan intervensi.
• Penggunaan Teknologi: Aplikasi Keluarga Sehat sering mengalami gangguan teknis atau tidak kompatibel dengan perangkat petugas.
• Kesadaran Masyarakat Masih Rendah: Tidak semua masyarakat membuka diri terhadap kunjungan rumah atau menyadari pentingnya 12 indikator.
• Koordinasi Lintas Sektor Lemah: Padahal keberhasilan sangat tergantung pada dukungan dari sektor lain seperti desa, pendidikan, dan tokoh masyarakat.
Intan Septriana
NPM 02230100005
Pemberdayaan PISPK (Pengelolaan Inisiatif Sosial, Pemberdayaan dan Kemitraan) biasanya melibatkan beberapa tahapan, seperti identifikasi kebutuhan dan potensi, perencanaan program, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan dan publikasi hasil. Keberhasilan program ini seringkali dipengaruhi oleh partisipasi aktif masyarakat, dukungan dari berbagai pihak, dan keberadaan sumber daya yang memadai. Sementara tantangan yang mungkin dihadapi meliputi keterbatasan anggaran, kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat, serta perubahan sosial yang cepat.
Tahapan Pemberdayaan PISPK:
1. Identifikasi Kebutuhan dan Potensi:
Tahap ini melibatkan pemetaan masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat, serta
identifikasi sumber daya dan potensi yang dimiliki, baik dari segi sumber daya alam,
sosial, maupun ekonomi.
2. Perencanaan Program:
Setelah identifikasi, disusunlah rencana program yang komprehensif, termasuk tujuan,
sasaran, kegiatan, metode, sumber daya yang dibutuhkan, serta mekanisme pelaporan
dan evaluasi.
3. Pelaksanaan Program:
Pelaksanaan program melibatkan berbagai kegiatan yang telah direncanakan, seperti
pelatihan, penyuluhan, penyediaan infrastruktur, atau bantuan modal, yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan potensi yang telah diidentifikasi.
4. Monitoring dan Evaluasi:
Tahap ini bertujuan untuk memantau kemajuan program, mengidentifikasi kendala yang
mungkin timbul, serta mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program secara berkala.
5. Pelaporan dan Publikasi Hasil:
Hasil dari program di dokumentasikan, dilaporkan, dan dipublikasikan untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta sebagai pembelajaran bagi pihak lain.
Keberhasilan Program Pemberdayaan PISPK:
1. Partisipasi Aktif Masyarakat:
Keberhasilan program seringkali dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat, baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi program.
Dukungan Beragam Pihak:
Dukungan dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak lain juga sangat penting untuk keberhasilan program.
Sumber Daya yang Memadai:
Tersedianya anggaran, tenaga ahli, dan infrastruktur yang memadai juga merupakan faktor penting untuk mendukung pelaksanaan program.
Tantangan dalam Implementasi Program Pemberdayaan PISPK:
Keterbatasan Anggaran:
Keterbatasan dana dapat membatasi skala dan efektivitas program.
Kurangnya Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat:
Kurangnya kesadaran atau apatisme masyarakat dapat menghambat pelaksanaan program.
Perubahan Sosial yang Cepat:
Perubahan sosial yang cepat dan kompleks dapat memengaruhi keberhasilan program yang telah direncanakan.
Koordinasi yang Kurang Efektif:
Koordinasi antar pihak yang terlibat dalam program, baik pemerintah, masyarakat, maupun lembaga swadaya masyarakat, juga perlu ditingkatkan.
Arianty Fera (02230100004)
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
Pogram Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan strategi operasional dari Program Indonesia Sehat yang dilaksanakan melalui Puskesmas dengan fokus pada keluarga sebagai unit intervensi. PIS-PK menekankan pendekatan promotif dan preventif untuk mewujudkan keluarga sehat.
• Tujuan: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan berbasis keluarga.
• Pendekatan: Petugas Puskesmas melakukan kunjungan ke rumah warga untuk mendata dan memberikan edukasi tentang 12 indikator keluarga sehat (seperti imunisasi, gizi, sanitasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat).
Tahapan Pelaksanaan PIS-PK
1. Persiapan
• Sosialisasi program kepada tenaga kesehatan dan masyarakat.
• Pelatihan petugas Puskesmas terkait pelaksanaan survei dan pengumpulan data.
• Penyusunan rencana kerja dan pembagian wilayah kerja.
2. Pendataan Keluarga
• Petugas (umumnya bidan, perawat, atau promotor kesehatan) melakukan kunjungan rumah.
• Menggunakan formulir 12 Indikator Keluarga Sehat, seperti:
o Keluarga mengikuti KB
o Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
o Anak mendapat imunisasi lengkap
o Anggota keluarga tidak merokok
o Menggunakan air bersih, dsb.
• Data dicatat manual atau menggunakan aplikasi Keluarga Sehat (Kesga).
3. Analisis dan Identifikasi Masalah
• Data dianalisis di Puskesmas untuk mengidentifikasi masalah kesehatan prioritas.
• Pengelompokan keluarga berdasarkan status sehat atau tidak sehat.
4. Intervensi
• Kegiatan promosi kesehatan, kunjungan ulang, rujukan ke fasilitas layanan kesehatan.
• Pendekatan lintas sektor (misalnya pendidikan, desa, tokoh agama).
• Pelibatan kader dan organisasi masyarakat.
5. Monitoring dan Evaluasi
• Pencatatan kemajuan indikator keluarga sehat.
• Pelaporan secara berkala ke Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan.
Keberhasilan PIS-PK
• Peningkatan Cakupan Kesehatan Dasar: Banyak Puskesmas melaporkan peningkatan indikator seperti imunisasi lengkap, penggunaan air bersih, dan penurunan perilaku merokok dalam rumah tangga.
• Penguatan Peran Puskesmas: PIS-PK mengubah peran Puskesmas menjadi lebih aktif dan berbasis wilayah serta keluarga.
• Meningkatkan Kesadaran Masyarakat: Edukasi langsung ke rumah lebih efektif dalam membangun pemahaman dan perilaku hidup sehat.
• Integrasi Layanan: Pendekatan keluarga memungkinkan deteksi dini masalah gizi, TBC, penyakit tidak menular, dll.
Tantangan PIS-PK
• Keterbatasan SDM Kesehatan: Banyak Puskesmas kekurangan tenaga untuk melakukan kunjungan rumah secara menyeluruh.
• Akses Wilayah Sulit: Daerah terpencil, perbukitan, atau kepulauan menyulitkan petugas melakukan pendataan dan intervensi.
• Penggunaan Teknologi: Aplikasi Keluarga Sehat sering mengalami gangguan teknis atau tidak kompatibel dengan perangkat petugas.
• Kesadaran Masyarakat Masih Rendah: Tidak semua masyarakat membuka diri terhadap kunjungan rumah atau menyadari pentingnya 12 indikator.
• Koordinasi Lintas Sektor Lemah: Padahal keberhasilan sangat tergantung pada dukungan dari sektor lain seperti desa, pendidikan, dan tokoh masyarakat.
NAMA : ABDUL RAHMAN
NPM : 02230200034
Berikut adalah tahapan pemberdayaan program Desa Siaga tentang pencegahan jentik nyamuk:
1. Penyadaran (Awareness)
– Tujuan: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan jentik nyamuk dan bahaya penyakit yang ditularkannya.
– Kegiatan:
– Penyuluhan tentang penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dan cara pencegahannya.
– Pembagian leaflet atau poster tentang pencegahan jentik nyamuk.
– Penyebaran informasi melalui media sosial dan media massa lokal.
2. Pengkapasitasan (Capacity Building)
– Tujuan: Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk.
– Kegiatan:
– Pelatihan tentang cara mengidentifikasi dan menghilangkan jentik nyamuk.
– Pelatihan tentang cara menggunakan insektisida dan larvasida yang tepat.
– Pembentukan kader kesehatan desa yang akan memantau dan mengawasi kegiatan pencegahan jentik nyamuk.
3. Pendayaan (Empowerment)
– Tujuan: Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk.
– Kegiatan:
– Pembentukan kelompok masyarakat yang akan melakukan kegiatan pencegahan jentik nyamuk.
– Pemberian tanggung jawab kepada masyarakat untuk memantau dan mengawasi kegiatan pencegahan jentik nyamuk di lingkungan mereka.
– Pemberian insentif kepada masyarakat yang aktif dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk.
4. Pemantauan dan Evaluasi
– Tujuan: Memantau dan mengevaluasi efektivitas program Desa Siaga dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk.
– Kegiatan:
– Pemantauan secara berkala terhadap kegiatan pencegahan jentik nyamuk yang dilakukan oleh masyarakat.
– Evaluasi terhadap efektivitas program dan identifikasi masalah yang dihadapi.
– Penyusunan laporan dan rekomendasi untuk perbaikan program.
5. Keberhasilan Programnya dalam Masyarakat
– Indikator keberhasilan:
– Penurunan angka kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
– Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk.
– Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk.
– Dampak positif:
– Meningkatnya kualitas hidup masyarakat.
– Penurunan biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh masyarakat dan pemerintah.
6. Tantangan dalam Implementasi
– Tantangan:
– Keterbatasan sumber daya dan anggaran.
– Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat.
– Kesulitan dalam mengakses daerah terpencil.
– Solusi:
– Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan.
– Meningkatkan kapasitas kader kesehatan desa dan masyarakat.
– Menggalang dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Kesimpulan Secara Keseluruhan tentang Program Desa Siaga
– Program Desa Siaga tentang pencegahan jentik nyamuk dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melakukan pencegahan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
– Program ini dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan pencegahan jentik nyamuk dan menurunkan angka kejadian penyakit.
– Namun, program ini juga menghadapi tantangan dalam implementasinya, seperti keterbatasan sumber daya dan anggaran.
– Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, serta meningkatkan kapasitas kader kesehatan desa dan masyarakat.
Hendriana 02230200032
Program gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS)
Program tersebut diluncurkan oleh kementerian kesehatan untuk meningkatkan pola hidup masyarakat yang lebih sehat.
tujuan dibuatnya program ini adalah :
* agar masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan
* kualitas hidup menjadi produktif
* menakan jumlah penyakit baik itu penyakit menular maupun tidak menular
Prinisp Gerakan masyarakat hidup sehat (germas) yaitu:
* Program lebih kearah promotif dan preventif yang artinya lebih mengutamakan pencegahan daripada pengobatan
* Program dijalankan oleh lintas sektor (tida hanya dari tenaga kesehatan)
* Diutamakan peran aktif masyarakat
7 langkah utama germas
* olahraga minimal 30 menit sehari
* konsumsi buah dan sayur setia hari
* Pemeriksaan kesehatan rutin
* Tidak merokok
* Tidak mengkonsumsi alkohol
* Menjaga kebersihan lingkungan
* Menggunakan jamban sehat
Nama : Yudi Dharmawan
NPM : 02230200019
Salah satu progrm pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang saya ketahui adalah “1 Telur 1 Hari/One Day One Egg/Gerakan Ayo Makan Telur”
Tujuan Program:
Meningkatkan status gizi balita dan ibu hamil dengan memberikan asupan protein hewani rutin, yaitu satu butir telur setiap hari untuk mencegah stunting.
Tahapan Pemberdayaan dalam Program “1 Telur 1 Hari/One Day One Egg/Gerakan Ayo Makan Telur”
1. Pengenalan Kondisi Wilayah
Puskesmas atau pemerintah desa mengidentifikasi wilayah dengan prevalensi stunting tinggi melalui data timbang balita atau pemetaan keluarga berisiko.
2. Survey Mawas Diri (SMD)
Masyarakat, didampingi kader dan petugas gizi, melakukan pendataan terhadap anak-anak balita dan ibu hamil. Mereka menilai pola makan harian dan status gizi.
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
Dilakukan rapat warga, tokoh masyarakat, bidan desa, dan perangkat desa untuk menyepakati pelaksanaan program, termasuk pengadaan telur, sasaran penerima, dan jadwal distribusi.
4. Perencanaan Partisipatif
Masyarakat bersama fasilitator menyusun sistem distribusi telur, pemantauan konsumsi, serta pelatihan ibu tentang manfaat protein hewani. Pendanaan bisa melalui Dana Desa, CSR, atau swadaya warga.
5. Pelaksanaan Kegiatan
Setiap balita dan ibu hamil yang masuk dalam daftar sasaran menerima satu butir telur setiap hari selama 30 hari atau lebih. Distribusi bisa dilakukan harian atau mingguan, tergantung sumber daya.
6. Pembinaan Kelestarian
Monitoring pertumbuhan balita dilakukan rutin di Posyandu. Edukasi gizi dilanjutkan. Bila program berhasil, desa dapat melanjutkannya dengan skema gotong royong, urban farming ayam petelur, atau warung gizi desa.
Keberhasilan Program (Contoh Nyata)
1. Penurunan Angka stunting yang signifikan di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan yaitu pada tahun 2021 angka stunting sebesar 26,4% dan pada tahun 2022 menjadi 14,1%
2. Kabupaten Gunungkidul (DIY) pernah menerapkan program ini sebagai bagian dari intervensi pencegahan stunting.
3. Di NTT, program serupa dilaksanakan oleh UNICEF dan mitra lokal dengan hasil peningkatan berat badan dan status gizi pada anak dalam waktu 3 bulan.
4. Studi menunjukkan konsumsi telur secara rutin terbukti meningkatkan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan anak-anak usia 6–59 bulan.
Tantangan yang Dihadapi
1. Keterbatasan dana untuk distribusi telur harian jangka panjang.
2. Ketergantungan pada bantuan luar, bukan dari swadaya masyarakat.
3. Kesulitan penyimpanan telur jika distribusi tidak harian.
4. Sebagian masyarakat masih percaya mitos seputar konsumsi telur berlebih.
Program “Lansia Smart” adalah program pemberdayaan lanjut usia (lansia) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pendekatan kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual, dengan berbasis pada edukasi, partisipasi aktif, dan pemanfaatan teknologi sederhana.
1. Tahapan persiapan (perencanaan awal) :
• Identifikasi jumlah dan kondisi lansia di wilayah sasaran
• Pemetaan kebutuhan lansia (fisik, sosial, psikologis, spiritual)
• Pembentukan tim pelaksana (dari kader, puskesmas, PKK, tokoh masyarakat)
• Penentuan lokasi dan jadwal kegiatan
• Koordinasi dengan stakeholder (desa, dinas kesehatan, CSR perusahaan)
2. Tahap sosialisasi dan advokasi
• Sosialisasi kepada keluarga lansia, tokoh masyarakat, RT/RW
• Edukasi awal kepada lansia tentang pentingnya peran aktif dan hidup sehat
• Penyebaran pamflet, banner, media sosial komunitas
3. Tahap pelaksanaan program
• Fisik: Senam lansia, pemeriksaan kesehatan rutin, pelatihan gizi
• Mental: Konseling psikologi, pelatihan keterampilan ringan
• Sosial: Kegiatan kelompok lansia, wisata sehat, dialog lintas generasi
• Spiritual: Pengajian, meditasi, doa bersama
• Digital: Pelatihan penggunaan ponsel, pengenalan aplikasi kesehatan
4. Tahap monitoring dan evaluasi
• Kuesioner kepuasan lansia dan keluarga
• Observasi partisipasi aktif
• Evaluasi indikator kesehatan (tekanan darah, berat badan, dll.)
• Laporan kegiatan bulanan ke pihak desa/dinas
5. Tahap pengembangan dan keberlanjutan
• Pengkaderan lansia sebagai mentor bagi lansia lainnya
• Kolaborasi dengan institusi pendidikan atau CSR untuk pendanaan
• Integrasi program ke dalam kebijakan desa (perdes/lokadaya)
Berikut merupakan keberhasilan yang dapat dirasakan adanya program lansia “SMART”:
1. Meningkatkan kesehatan lansia secara fisik, seperti:
• Penurunan kasus penyakit kronis tidak terkontrol (hipertensi, diabetes)
• Lansia rutin mengikuti pemeriksaan kesehatan
• Peningkatan partisipasi dalam kegiatan fisik seperti senam lansia
2.Membaiknya kesehatan mental dan emisional lansia, seperti:
• Lansia merasa lebih dihargai dan tidak kesepian
• Turunnya angka depresi ringan pada lansia
• Adanya forum konseling dan diskusi antar lansia
3. Partisipasi sosial seorang lansia diharapkan menjadi lebih aktif, seperti:
• Lansia ikut serta dalam kegiatan masyarakat (gotong royong, pelatihan)
• Lansia menjadi narasumber atau mentor bagi generasi muda
• Pembentukan kelompok lansia produktif
4. Meningkatkan literasi lansia dalam mengikuti teknologi dasar, seperti :
• Lansia mampu menggunakan ponsel untuk komunikasi dasar (WA, panggilan video)
• Lansia mengenal aplikasi kesehatan (cek jadwal obat, konsultasi online)
• Terjadi peningkatan kepercayaan diri dalam menggunakan perangkat digital
5. Keterlibatan keluarga dan masyarakat, yaitu:
• Keluarga mendukung lansia dalam kegiatan program
• Masyarakat menunjukkan kepedulian melalui pendampingan dan donasi
• Program didukung oleh stakeholder (desa, puskesmas, CSR)
Berikut merupakan tantangan dalam implementasi program lansia “SMART” :
1. Rendahnya partisipasi lansia dikarenakan lansia merasa malu, minder, ataupun dengan keterbatasan fisik atau mobilitas.
2. Minimnya dukungan keluarga dan lingkungan dalam mengikuti program lansia tersebut
3. Keterbatasan dana dan fasilitas, masih kurangnya ketersediaan tempat, makanan, obat- obatan, dan akomodasi lainnya.
4. Kesenjangan teknologi, lansia sulit memahami penggunaan gadget dan tidak semua memiliki perangkat digital
5. Tantangan kognitif dan kesehatan mental lansia, sebagai lansia mengalami penurunan daya ingat, demensia, atau depresi
6. Program masih bersifat temporer dan belum terintegrasi dalam kebijakan lokal.
NAMA : Abdul Rahman
NPM : 02230200034
Pilih satu program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang Anda ketahui. Jelaskan bagaimana setiap tahapan pemberdayaan diterapkan dalam program tersebut. Apa saja keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi program tersebut?
Jawab :
Saya akan memilih program “Posyandu” sebagai contoh program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Program Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa. Program ini melibatkan kader kesehatan desa yang dilatih untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
Tahapan Pemberdayaan
1. Penggalangan Partisipasi Masyarakat: Kader kesehatan desa dipilih dan dilatih untuk menjadi penggerak program Posyandu.
2. Pengembangan Kapasitas: Kader kesehatan desa diberikan pelatihan tentang kesehatan ibu dan anak, serta keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar.
3. Pemberdayaan Masyarakat: Kader kesehatan desa bekerja sama dengan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak.
4. Pengembangan Jaringan: Posyandu bekerja sama dengan puskesmas dan dinas kesehatan untuk mendapatkan dukungan teknis dan logistik.
5. Evaluasi dan Pemantauan: Kader kesehatan desa dan masyarakat melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap program Posyandu untuk memastikan bahwa program tersebut efektif dan berkelanjutan.
Keberhasilan
1. Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak: Posyandu telah berhasil meningkatkan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa.
2. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat: Posyandu telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak.
3. Meningkatkan Keterlibatan Masyarakat: Posyandu telah meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam program kesehatan.
Tantangan
1. Keterbatasan Sumber Daya: Posyandu seringkali menghadapi keterbatasan sumber daya, seperti kurangnya tenaga kesehatan dan peralatan.
2. Keterlibatan Masyarakat: Keterlibatan masyarakat dalam Posyandu masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil.
3. Kualitas Pelayanan: Kualitas pelayanan kesehatan di Posyandu masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal ketersediaan obat-obatan dan peralatan.
Dalam keseluruhan, program Posyandu telah berhasil meningkatkan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa. Namun, masih ada tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan sumber daya dan kualitas pelayanan. Dengan kerja sama antara kader kesehatan desa, masyarakat, dan dinas kesehatan, Posyandu dapat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.