KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR SISTEM DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

0
124

 TEORI DAN GAYA KEPEMIMPINAN 

1. TEORI KEPEMIMPINAN

Konsep pemimpin berasal dari kata asing “leader” dan kepemimpinan dari “leadership”. Pemimpin adalah orang yang paling berorientasi hasil di dunia, dan kepastian dengan hasil ini hanya positif kalau seseorang mengetahui apa yang diinginkannya. (Caroline,Harianto, & Pasik, 2019) 
 
Kepemimpinan juga disebut sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi. (Wahjosumidjo, 1987:11)
 
Memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memilikikualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin. (Moejiono, 2002) 
 
Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan. (Fiedler, 1967) 
 
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain (Ott, 1996) 
 
2. INDIKATOR GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan seseorang dapat dinilai dan dilihat dari beberapa indikator antara lain:
  • Kemampuan Mengambil Keputusan 
    Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang diambil, haruslah sudah mempertimbangkan sebab dan akibat sehingga tidak terjadi salah dalam pengambilan keputusan.
  • Kemampuan Memotivasi
    Kemampuan memotivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuannya (dalam bentuk keahlian atau keterampilan) tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Kemampuan Komunikasi
    Kemampuan komunikasi harus dimiliki oleh setiap manusia dimuka bumi terutama oleh seorang pemimpin. Kemampuan komunikasi adalah kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.
  • Kemampuan Mengendalikan Bawahan
    Seorang pemimpin harus memiliki keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau jabatan secara efektif dan pada tempatnya  demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk dalam hal memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada biasa, tegas hingga mengancam. Tujuan memberitahu dengan nada yang bervariasi ini adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik dan tepat.
  • Tanggung Jawab
    Seorang pemimpin harus memiliki tanggung jawab kepada bawahannya. Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kewajiban yang wajib menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya
  • Kemampuan Mengendalikan Emosional
    Kemampuan mengendalikan emosional adalah hal yang sangat penting bagi keberhasilan hidup kita. Semakin baik kemampuan kita mengendalikan emosi semakin mudah kita akan meraih kebahagiaan.

3. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan Autokratik
Gaya kepemimpinan autokratik dapat diterapkan dalam beberapa situasi. Pemimpin autokratik dibutuhkan bagi staf baru, dalam situasi yang kritis dan tidak ada waktu untuk menentukan keputusan kelompok. Pemimpin autokratik bekerja denga sangat baik pada saat krisis dan dalam situasi genting mereka telah memiliki reputasi untuk mampu menyelesaikan tugas yang sulit. Adapun ciri – ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut :

  • Tanpa musyawarah.
  •  Tidak mau menerima saran dari bawahan.
  •  Mementingkan diri sendiri dan kelompok.
  •  Selalu memerintah.
  •  Memberikan tugas mendadak.
  •  Cenderung menyukai bawahan yang ABS (asal bapak senang).
  •  Sikap keras terhadap bawahan.
  •  Setiap keputusannya tidak dapat dibantah.
  •  Kekuasaan mutlak di tangan pimpinan
  •  Hubungan dengan bawahan kurang serasi.
  •  Bertindak sewenang – wenang.
  •  Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan.
  •  Kurang mempercayai bawahan.
  •  Kurang mendorong semangat kerja bawahan.
  •  Kurang mawas diri.
  •  Selalu tertutup.
  •  Suka mengancam.
  •  Kurang menghiraukan usulan bawahan.
  •  Ada rasa bangga bila bawahannya takut.
  •  Tidak suka bawahan pandai dan berkembang.
  •   Kurang memiliki rasa kekeluargaan.
  •  Sering marah-marah.
  •  Senang sanjungan.

Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratisadalah gayaseorang pemimpin yang menghargai karakteristikdan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali danmengolah gagasan bawahandan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Gaya kepeimpinan ini memiliki ciri – ciri seagai berikut :
  • Pendapatnya terfokus pada hasil musyawarah.
  •  Tenggang rasa.
  •  Memberi kesempatan pengembangan karier bawahan.
  •  Selalu menerima kritik bawahan.
  •  Menciptakan suasana kekeluargaan.
  •  Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan.
  •  Komunikatif dengan bawahan.
  •  Partisipasif dengan bawahan.
  •  Tanggap terhadap situasi.
  •  Kurang mementingkan diri sendiri.
  •  Mawas diri.
  •  Tidak bersikap menggurui.
  •  Senang bawahan kreatif.
  •  Menerima usulan atau pendapat bawahan
  •  Lapang dada
  •  Terbuka.
  •  Mendorong bawahan untuk mencapai hasil yang baik.
  •  Tidak sombong
  •  Menghargai pendapat bawahan.
  •  Mau membimbing bawahan.
  •  Mau bekerja sama dengan bawahan.
  •  Tidak mudah putus asa
  •  Tujuannya dipahami bawahan.
  •  Percaya pada bawahan.
  •  Tidak berjarak dengan bawahan.
  •  Adil dan bijaksana.
  •  Suka rapat (musyawarah).
  •  Mau mendelegasikan tugas kepada bawahan.
  •  Pemaaf pada bawahan.
  •  Selalu mendahulukan hal – hal yang penting. 

Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Menurut (Suyanto, 2009) kepemimpinan partisipatif merupakan gabungan antara otokratik dan demokratik. Yaitu pimpinan menyampaikan hasil analisis dari masalah dan mengusulkan tindakannya kepada bawahan. Untuk itu staf diminta untuk saran dan kritik yang selanjutnya keputusan akhir dilakukan bersama – sama. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada. 
 
Gaya Kepemimpinan Laisses Faire
Kepemimpinan dengan gaya seperti ini seringkali mengacu pada istilah “gaya bebas” atau kepemimpinan permisif. Tipe ini melepaskan sepenuhnya kendali dan memilih untuk menghindari tanggung jawab dengan melimpahkan seluruh pengambilan keputusan pada kelompok. Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membiarkan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan dan
menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.
Kepemimpinan laissez-faire dapat dicirikan dari hal-hal berikut:Pimpinan melimpahkan sepenuhnya kepada bawahan.
  • Keputusan dan kebijakan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
  • Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan.
  • Hampir tidak ada pengawasan.
  • Pemrakarsa selalu datang dari bawahan.
  • Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan.
  • Kepentingan pribadi lebih dominan daripada kepentingan kelompok.
  • Tanggung jawab dipikul oleh orang per orang.
 
Gaya Kepemimpinan Liberal
Gaya kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Pemimpinan berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan me lakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
  • Kepemimpinan liberal dapat dicirikan dari hal-hal berikut:Keputusan kelompok atau individual.
  • Pemimpin akan menyediakan keterangan apabila diminta.
  • Pemimpin tidak mengambil bagian dalam diskusi kelompok.
  • Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali.
  • Pemimpin tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.
  • Pengendalian keputusan kooperatif.
 
BERPIKIR SISTEM
 
Sistem merupakan sebuah struktur. Untuk dapat memahaminya, kita mesti tahu bagaimana ia hidup, berubah ataupun bermodifikasi. Sistem memelihara keberadaannya dan kesatuannya melalui interaksi antar komponen didalamnya. Sebuah sistem yang begitu kuat dalam cerita ini dapat dilihat di Johns Hopkins. Sistem dengan kebijakan yang masih menganut paham rasisme, yang berdampak pada pembedaan pelayanan, fasilitas dan klasifikasi pekerjaan antara orang kulit putih dan hitam. Saat itu system ini terpelihara sekian lama karena masing-masing subsistemnya tetap berinteraksi memelihara kondisi itu. Tidak ada yang memulai perubahan, ataupun tidak ada interaksi yang membuatnya bermodifikasi untuk menciptakan kondisi sistem yang baru.
Mengubah sistem memerlukan cara berpikir yang berbeda dari biasanya. Perlu kemampuan untuk berpikir secara menyeluruh (berpikir sistem). Berpikir sistem berarti meletakkan elemen dalam kontek sebuah sistem; mempelajari elemen untuk mengerti elemen; mempelajari hubungan antar elemen untuk mengerti sistem; dan mempelajari hubungan sistem sebagai elemen dari sistem elemen yang lebih besar.
 
MENTAL MODEL
 
Mental model merupakan sebuah lensa yang digunakan untuk mengamati dan melihat realita, yang nantinya akan membentuk sebuah persepsi akan realita itu. Mental model menjadi kerangka pikir/paradigma/cara pandang dalam menginteprtasikan sebuah realita sehingga akhirnya menjadi dasar begi seseorang untuk menentukan pilihan yang akan diambil atau yang akan dilakukannya. Penilaian yang mereka berikan hanya berdasarkan dari beberapa data yang mereka pilih. Beranjak dari data yang sudah dipilih mereka langsung membuat kesimpulan, dan bertindak dengan keyakinan berdasarkan kesimpulan itu. Tampak jelas perbedaan mental model yang terbentuk apabila membuat kesimpulan dari suatu realitas yang sama dengan cara cepat dan dengan mengikuti jenjang kesimpulan. Mental model yang ideal hendaknya sesuai dengan realitas objektif yang ada, menuju sebuah persamaan pemahaman.
 
SOAL LATIHAN
  1. Identifikasi dua tantangan yang mungkin timbul saat seorang pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan demokratis
  2. Sebutkan dua kelebihan dan dua kekurangan dari gaya kepemimpinan laissez-faire. Bagaimana pemimpin dapat memitigasi risiko kelemahan gaya ini dan memanfaatkan kelebihannya?
  3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kepemimpinan mental model?
  4. Bagaimana mental model seorang pemimpin dapat mempengaruhi budaya organisasi dan kinerja karyawan?
  5. Sarankan langkah-langkah praktis yang dapat diambil oleh seorang
    pemimpin untuk mengembangkan dan memperkuat mental model yang mendukung
    pertumbuhan dan keberlanjutan organisasi.
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Prabu Aji, Sulistyani, dkk. 2022. Kepemimpinan dan Berpikir Sistem dalam Kesehatan Masyrakat. PT Global Eksekutif Teknologi.
Senge, Peter M. The Fifth Discipline, The Art & Practice of The Learning Organization. Random House Business Books, London, 1990
Nasution, Fauziah, dkk. 2020. Kepemimpinan dan Berpikir Sistem. Kencana. Jakarta 
 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini