Pernah bertanya-tanya, kenapa ada orang yang jarang ke dokter tapi tetap sehat, sementara yang lain sering bolak-balik rumah sakit?
Jawabannya ternyata bukan cuma soal obat atau layanan kesehatan. Menurut H.L. Bloom, ada beberapa faktor yang menentukan derajat kesehatan kita. Yuk, kita bahas dengan cara yang santai!
Apa sih Derajat Kesehatan itu?
Derajat kesehatan itu ibarat skor kesehatan seseorang atau masyarakat. Nggak cuma soal fisik, tapi juga mental, sosial, bahkan lingkungan tempat kita tinggal. Nah, Bloom—seorang ahli kesehatan masyarakat—punya teori menarik soal ini.
4 Faktor yang Menentukan Sehat atau Nggaknya Kita
Menurut Bloom, ada empat faktor utama yang memengaruhi kesehatan. Dan ternyata, rumah sakit cuma menyumbang sedikit lho!
✅ 1. Lingkungan (Paling Berpengaruh, 45%)
Lingkungan yang bersih, udara yang sehat, air minum yang layak, dan rumah yang nyaman bikin tubuh lebih kuat. Sebaliknya, lingkungan kotor dan penuh polusi jadi sarang penyakit.
Contoh gampang: tinggal di daerah rawan banjir atau banyak asap pabrik jelas bikin kita lebih rentan sakit.
✅ 2. Perilaku dan Gaya Hidup (Sekitar 30%)
Mau sehat? Lihat dulu gaya hidupmu. Pola makan, olahraga, kebiasaan merokok, begadang, atau malas cuci tangan bisa memengaruhi kesehatan.
Jadi, meskipun tinggal di lingkungan bersih, kalau makannya junk food terus ya tetap gampang sakit!
✅ 3. Pelayanan Kesehatan (Hanya 20%)
Rumah sakit, dokter, vaksin, dan obat-obatan itu penting. Tapi, kontribusinya cuma 20%. Artinya, meskipun akses kesehatan bagus, kalau lingkungan dan gaya hidup berantakan, hasilnya tetap kurang optimal.
✅ 4. Faktor Genetik (Paling Kecil, 5%)
Ada juga faktor bawaan seperti keturunan, usia, atau jenis kelamin. Tapi ini pengaruhnya paling kecil dan sulit diubah.
Jadi, Mau Sehat? Jangan Cuma Andalkan Rumah Sakit!
Banyak orang berpikir “Ah, kalau sakit tinggal ke dokter.” Padahal, menurut teori Bloom, cara paling ampuh menjaga kesehatan adalah lewat lingkungan sehat dan gaya hidup baik.
✅ Rajin olahraga
✅ Makan makanan bergizi
✅ Jaga kebersihan rumah & lingkungan
✅ Hindari rokok & alkohol
✅ Periksa kesehatan secara rutin
Kesimpulan: Sehat Itu Pilihan, Bukan Kebetulan!
Jadi sekarang sudah jelas kan, kenapa ada orang yang jarang sakit meski nggak sering ke dokter? Karena mereka menjaga lingkungan dan gaya hidup.
Teori Bloom ini ngajarin kita bahwa kesehatan itu hasil kerjasama banyak faktor, bukan cuma soal obat.
Yuk, mulai dari hal kecil. Bersihkan lingkungan, ubah pola makan, dan biasakan hidup sehat. Karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati! 💚
Kuis
Jelaskan menurut Anda, mengapa lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan menurut teori Bloom? Berikan contoh nyata yang mendukung jawaban Anda.
Menurut teori Blum (atau sering disebut Bloom), lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan karena mencakup banyak faktor yang langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang, seperti sanitasi, kualitas air, udara, perumahan, dan sosial budaya di sekitar individu. Bahkan jika seseorang memiliki gaya hidup sehat, tetapi tinggal di lingkungan yang kotor atau tidak aman, risiko terkena penyakit tetap tinggi.
Contoh nyata:
Seseorang yang tinggal di daerah padat penduduk dengan sistem pembuangan sampah yang buruk dan air bersih yang terbatas akan lebih rentan terkena penyakit seperti diare, demam berdarah, atau infeksi kulit, meskipun ia menjaga pola makan dan rajin berolahraga. Ini menunjukkan bahwa lingkungan yang tidak sehat bisa mengalahkan upaya individu dalam menjaga kesehatannya.
Jadi, lingkungan menjadi fondasi penting yang memengaruhi kesehatan secara menyeluruh, baik fisik maupun mental.
Yang saya ketahui tentang teori Blum :
Menurut teori Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu :
1.Lingkungan (environment).
2.Perilaku (lifestyle).
3.Pelayanan kesehatan (health care services).
4.Faktor keturunan (heredity/genetic).
Dari keempat faktor tersebut, lingkungan dianggap memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan, karena lingkungan merupakan tempat manusia tinggal dan beraktivitas sehari-hari. Lingkungan yang tidak sehat dapat secara langsung menyebabkan atau memperburuk kondisi kesehatan masyarakat, terlepas dari kualitas layanan kesehatan atau faktor genetik.
Mengapa Lingkungan Paling Berpengaruh :
Paparan Risiko Terus-Menerus :
Lingkungan yang tercemar (air, udara, tanah) secara terus-menerus mengekspos masyarakat terhadap agen penyakit tanpa mereka sadari atau bisa hindari.
Menentukan Akses terhadap Kebutuhan Dasar :
Lingkungan yang buruk seringkali tidak menyediakan air bersih, sanitasi, dan tempat tinggal yang layak—semua merupakan prasyarat kesehatan.
Bersifat Kolektif dan Sulit Dihindari:
Berbeda dengan gaya hidup (yang bisa diubah) atau pelayanan kesehatan (yang bisa diakses sesuai kebutuhan), kondisi lingkungan memengaruhi seluruh masyarakat dan sulit dihindari individu secara personal.
Contoh Nyata :
1.Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD):
Di daerah perkotaan padat seperti Jakarta, banyak lingkungan permukiman yang memiliki saluran air terbuka, penampungan air yang tidak ditutup, dan sampah yang menumpuk, yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Akibatnya, kasus DBD meningkat walaupun program penyuluhan dan layanan kesehatan sudah tersedia.
2.ISPA di Kawasan Industri :
Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri seperti di Cilegon atau Bekasi sering mengalami peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) karena paparan polusi udara dari pabrik. Sekalipun mereka memiliki akses ke puskesmas, penyakit tetap berulang karena penyebab utamanya—lingkungan tercemar—belum diatasi.
Mengapa lingkungan berperan sangat besar terhadap derajat kesehatan seseorang? Karena lingkungan tempat tinggal kita yang mencangkup udara, sanitasi, air, dsb adalah hal yang krusial yang selalu tubuh kita konsumsi. Contohnya udara, apabila kita tinggal di lingkungan yang banyak pabrik dengan asap tebal atau di perkotaan yang banyak asap knalpot dapat terkena masalah pernafasan. Kita tinggal di rumah yang sanitasinya buruk, seperti selokan yang kotor dan banyak sampah, banyak tikus, air menggenang menyebabkan banyak nyamuk, dapat mengakibatkan kita mudah terkena penyakit. Kemudian jika kita tinggal di lingkungan yang tidak tersedia air bersih, sering banjir, dapat meningkatkan kemungkinan kita terkena penyakit tertentu. Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, misalnya dengan siapa kita bergaul (kepercayaan), budaya dan tradisi, pendidikan dan ekonomi dapat sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang terkait kesehatannya. Contohnya budaya yang tidak memperbolehkan ibu hamil makan ikan padahal tinggi protein, ibu nifas tidak boleh tidur siang padahal kurang istirahat, kepercayaan untuk lahir di dukun paraji atau berobat ke dukun/kiai. Ekonomi yang kurang dapat menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi dan kebersihan.
Derajat kesehatan seseorang tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan atau obat-obatan. Teori H.L. Bloom menyatakan bahwa derajat kesehatan ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu: lingkungan (45%), perilaku (30%), pelayanan kesehatan (20%), dan genetik (5%). Dari keempatnya, lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan.
Alasan Lingkungan Sangat Berpengaruh
Lingkungan sebagai tempat utama aktivitas manusia
Lingkungan yang tidak bersih, penuh polusi, dan minim sarana sanitasi menjadi sumber utama berbagai penyakit. Misalnya, udara yang tercemar bisa memicu ISPA dan asma.
Lingkungan memengaruhi akses terhadap air bersih dan sanitasi
Air yang kotor dan sanitasi buruk menyebabkan penyakit diare, cacingan, dan penyakit kulit. Tanpa perbaikan lingkungan, penyakit ini terus berulang.
Lingkungan menentukan pola hidup masyarakat
Lingkungan yang sehat mendorong kebiasaan baik seperti olahraga, makan sehat, dan menjaga kebersihan. Sebaliknya, lingkungan kumuh membatasi akses ke perilaku sehat.
Contoh Nyata
Daerah dekat pabrik: Penduduk di sekitar pabrik sering mengalami gangguan pernapasan akibat polusi udara, meskipun memiliki akses ke fasilitas kesehatan.
Lingkungan padat & minim sanitasi: Warga di pemukiman padat tanpa akses jamban sehat lebih rentan terkena diare dan DBD.
Daerah rawan banjir: Tempat-tempat yang sering tergenang air menjadi sarang nyamuk, menyebabkan meningkatnya kasus demam berdarah.
Kesimpulan
Teori Bloom menegaskan bahwa sehat itu bukan kebetulan, tapi hasil dari kombinasi banyak faktor, dengan lingkungan sebagai faktor terbesar. Oleh karena itu, menjaga kebersihan lingkungan, memastikan akses air bersih, dan memperbaiki sarana sanitasi adalah langkah utama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Teori H.L. Blum, lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap derajat kesehatan karena lingkungan yang sehat atau tidak sehat dapat berdampak langsung pada kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat. Faktor lingkungan ini mencakup aspek fisik (seperti sanitasi, air, udara, dan perumahan) dan sosial (seperti budaya, pendidikan, dan ekonomi).
Contoh :
Lingkungan yang kotor, terutama dengan adanya genangan air setelah banjir, dapat meningkatkan risiko penyebaran leptospirosis. Bakteri Leptospira, yang menjadi penyebab leptospirosis, seringkali ditemukan pada urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus, dan dapat menyebar melalui air yang terkontaminas
Peningkatan Kasus saat Musim Hujan:
Kasus leptospirosis cenderung meningkat saat musim hujan dan banjir, karena bakteri Leptospira dapat bertahan hidup lebih lama di lingkungan yang lembab.
Faktor Risiko:
Tikus: Tikus merupakan vektor utama penyebaran leptospirosis. Keberadaan tikus yang tinggi di lingkungan, terutama di daerah dengan sanitasi buruk, meningkatkan risiko penularan.
Sanitasi Lingkungan: Sanitasi lingkungan yang buruk, seperti kurangnya pengelolaan limbah dan air bersih, dapat memfasilitasi penyebaran bakteri.
Banjir: Banjir dapat menyebabkan penyebaran bakteri leptospira melalui air yang terkontaminasi urine dan kotoran tikus.
Lingkungan yang kotor dapat menyebabkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat, Lingkungan yang kotor dapat menimbulkan berbagai macam penyakit di wilayah tersebut. Lingkungan yang kotor akan mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Contoh :
Lingkungan yang kotor, terutama dengan adanya genangan air setelah banjir, dapat meningkatkan risiko penyebaran leptospirosis. Bakteri Leptospira, yang menjadi penyebab leptospirosis, seringkali ditemukan pada urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus, dan dapat menyebar melalui air yang terkontaminas
Peningkatan Kasus saat Musim Hujan:
Kasus leptospirosis cenderung meningkat saat musim hujan dan banjir, karena bakteri Leptospira dapat bertahan hidup lebih lama di lingkungan yang lembab.
Faktor Risiko:
Tikus: Tikus merupakan vektor utama penyebaran leptospirosis. Keberadaan tikus yang tinggi di lingkungan, terutama di daerah dengan sanitasi buruk, meningkatkan risiko penularan.
Sanitasi Lingkungan: Sanitasi lingkungan yang buruk, seperti kurangnya pengelolaan limbah dan air bersih, dapat memfasilitasi penyebaran bakteri.
Banjir: Banjir dapat menyebabkan penyebaran bakteri leptospira melalui air yang terkontaminasi urine dan kotoran tikus.
Menurut teori Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu :
1.Lingkungan (environment).
2.Perilaku (lifestyle).
3.Pelayanan kesehatan (health care services).
4.Faktor keturunan (heredity/genetic).
Lingkungan memegang pengaruh terbesar (45%) terhadap derajat kesehatan. Berikut adalah penjelasan sangat terperinci mengapa demikian, dilengkapi dengan contoh nyata:
💡 1. Lingkungan Merupakan Wadah Kehidupan
Lingkungan adalah tempat manusia hidup, tumbuh, dan berkembang. Segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh manusia—makanan, air, udara—semua berasal dari lingkungan. Maka, jika lingkungan tercemar, kesehatan individu atau kelompok akan terganggu.
📌 Contoh nyata:
Di kawasan Citarum, Jawa Barat, masyarakat yang tinggal di sekitar sungai yang tercemar limbah industri dan domestik menderita berbagai penyakit seperti penyakit kulit, diare, bahkan gangguan pernapasan. Meskipun mereka memiliki akses ke puskesmas atau rumah sakit, jika setiap hari terpapar polusi air dan udara, maka efek negatif terhadap kesehatan tetap besar.
💡 2. Lingkungan Memengaruhi Semua Faktor Kesehatan Lainnya
Lingkungan bukan hanya udara dan air, tetapi juga lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya, lingkungan miskin, kumuh, dan padat membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit, kekurangan gizi, dan stres mental.
📌 Contoh nyata:
Di daerah pemukiman kumuh di Jakarta, seperti di kolong jembatan atau bantaran kali, anak-anak lebih sering mengalami stunting, diare berulang, dan gizi buruk. Ini bukan karena orang tua tidak sayang anak atau malas, melainkan karena faktor lingkungan tidak memungkinkan mereka hidup sehat: tidak ada sanitasi yang baik, tidak ada air bersih, dan makanan bergizi mahal.
💡 3. Intervensi Lingkungan Lebih Berdampak Kolektif dan Jangka Panjang
Perubahan lingkungan berdampak pada banyak orang sekaligus dan dalam jangka panjang. Misalnya, memperbaiki sanitasi atau menanam pohon akan mengurangi risiko penyakit menular dan memperbaiki kualitas udara—yang dirasakan semua orang.
📌 Contoh nyata:
Program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) berhasil menurunkan angka kejadian diare di beberapa desa di Nusa Tenggara Timur karena masyarakat membangun jamban sehat dan mengelola sampah rumah tangga secara kolektif. Ini menunjukkan bahwa perubahan lingkungan (fisik dan perilaku masyarakat atas lingkungannya) mampu mendorong peningkatan derajat kesehatan yang luas dan berkelanjutan.
💡 4. Lingkungan Bisa Mengalahkan Faktor Genetik dan Perilaku
Orang yang memiliki gen penyakit atau gaya hidup tidak ideal bisa tetap sehat jika tinggal di lingkungan yang mendukung. Sebaliknya, orang dengan genetik bagus dan perilaku sehat tetap bisa sakit jika lingkungan tidak sehat.
📌 Contoh nyata:
Seseorang dengan gaya hidup sehat (rajin olahraga, makan sayur) tapi tinggal di kawasan dengan tingkat polusi udara tinggi, seperti Jakarta Pusat, tetap memiliki risiko tinggi terkena ISPA atau kanker paru-paru akibat paparan polusi jangka panjang.
💡 5. Faktor Lingkungan Sulit Dielakkan oleh Individu
Perilaku bisa diubah, pelayanan kesehatan bisa diakses, namun lingkungan—terutama lingkungan eksternal—seringkali berada di luar kendali individu. Misalnya, seseorang tidak bisa memilih udara mana yang dihirup saat keluar rumah.
📌 Contoh nyata:
Saat kabut asap akibat kebakaran hutan di Kalimantan dan Riau, seluruh masyarakat—terlepas dari usia, status ekonomi, atau tingkat kesadaran kesehatan—terpapar dampak negatifnya. Ini menyebabkan lonjakan kasus ISPA bahkan gangguan kehamilan, yang tidak dapat ditanggulangi hanya dengan perilaku sehat atau pelayanan medis.
✅ Kesimpulan
Menurut teori Blum, lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan (45%) karena:
1. Menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan dasar manusia (udara, air, makanan).
2. Berdampak luas, kolektif, dan jangka panjang.
3. Mempengaruhi faktor perilaku dan efektivitas pelayanan kesehatan.
4. Sulit dielakkan atau dikendalikan oleh individu secara langsung.
5. Dapat menimbulkan atau mencegah penyakit secara masif.
Dengan kata lain, strategi promosi kesehatan paling efektif adalah membangun dan menjaga lingkungan yang sehat—baik fisik, sosial, maupun ekonomi.
Lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan menurut teori Bloom, karena lingkungan merupakan tempat pertama dan paling luas dimana manusia dapat berinteraksi dengan faktor resiko. Dalam hal ini, lingkungan bukan hanya latar tempat tinggal tetapi juga menjadi penghubung antar manusia dengan berbagai sumber bahaya atau kesehatan.
Contohnya :
1. Lingkungan masyarakat yang memiliki genangan air dapat mendatangkan nyamuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit DBD
2. Lingkungan masyarakat yang berpolusi atau penuh tekanan psikologis dapat memicu stres dan gangguan mental
Menurut Teori Bloom, lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan karena lingkungan fisik dan sosial tempat seseorang tinggal sangat memengaruhi kesehatan individu. Lingkungan yang sehat, dengan sanitasi yang baik, udara bersih, dan akses ke air bersih, dapat mengurangi risiko berbagai penyakit. Sebaliknya, lingkungan yang buruk, seperti polusi udara dan air, serta sanitasi yang tidak memadai, dapat meningkatkan risiko penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
contohnya :
seseorang yang tempat tinggal berada di daerah padat penduduk dengan tingkat polusi udara yang tinggi, banyak asap kendaraan dan pembakaran sampah. ventilasi rumah kurang memadai, banyak debu, dan terdapat hewan peliharaan (seperti kucing) yang bulunya bisa memicu alergi akan menimbulkan penyakit asma kambuh jadi, penyelesaian masalahnya adalah Vaksinasi, gaya hidup sehat dan hindari pemicu yang dapat memicu serangan asma.
Menurut teori H.L. Bloom, lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan karena lingkungan adalah tempat utama manusia beraktivitas sehari-hari. Lingkungan yang bersih, aman, dan sehat secara langsung memengaruhi kualitas udara, air, makanan, serta kebersihan tempat tinggal—semuanya adalah faktor dasar untuk menjaga tubuh tetap sehat. Tanpa lingkungan yang mendukung, tubuh akan terus-menerus terpapar oleh risiko penyakit, bahkan jika seseorang memiliki gaya hidup sehat atau akses ke fasilitas medis yang baik.
Contoh nyata:
Bayangkan seseorang yang tinggal di kawasan padat penduduk dengan sanitasi buruk dan aliran air yang tercemar. Meski orang tersebut rajin olahraga dan makan makanan sehat, ia tetap berisiko tinggi terkena penyakit seperti diare, ISPA, atau demam berdarah karena faktor lingkungan di sekitarnya. Sebaliknya, orang yang tinggal di daerah dengan udara bersih, air bersih, dan pengelolaan sampah yang baik, meskipun jarang ke dokter, kemungkinan besar akan jarang sakit karena tubuhnya tidak harus terus-menerus melawan paparan kuman dan polusi.
jadi lingkungan adalah fondasi utama bagi kesehatan. Jika fondasi ini kuat dan sehat, maka faktor lain seperti gaya hidup, pelayanan kesehatan, dan genetik bisa bekerja lebih optimal dalam menjaga derajat kesehatan seseorang.
Menurut teori Bloom, lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan karena lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan individu melalui berbagai faktor, seperti:
Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kesehatan
1. Faktor Fisik. Lingkungan fisik, seperti kualitas air, udara, dan tanah, dapat mempengaruhi kesehatan individu.
2. Faktor Sosial : Lingkungan sosial, seperti interaksi dengan orang lain, norma sosial, dan dukungan sosial, dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik individu.
3. Faktor Ekonomi: Lingkungan ekonomi, seperti akses ke sumber daya ekonomi, dapat mempengaruhi kesehatan individu melalui akses ke pelayanan kesehatan, makanan, dan tempat tinggal yang layak.
Contoh Nyata
– Kualitas Air : Di beberapa daerah, kualitas air yang buruk dapat menyebabkan penyakit seperti diare, kolera, dan lain-lain. Contohnya, di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masyarakat masih menggunakan air sungai yang tercemar untuk keperluan sehari-hari, sehingga meningkatkan risiko penyakit.
– Polusi Udara: Polusi udara dapat menyebabkan penyakit pernapasan, seperti asma dan bronkitis. Contohnya, di beberapa kota besar di dunia, polusi udara yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan kasus penyakit pernapasan.
– Dukungan Sosial: Dukungan sosial dari keluarga dan komunitas dapat mempengaruhi kesehatan mental individu. Contohnya, di beberapa masyarakat adat, dukungan sosial dari keluarga dan komunitas dapat membantu individu mengatasi stres dan meningkatkan kesehatan mental.
Pengaruh Lingkungan terhadap Derajat Kesehatan
Lingkungan dapat mempengaruhi derajat kesehatan individu melalui berbagai cara, seperti:
– Meningkatkan Risiko Penyakit: Lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit, seperti penyakit menular dan tidak menular.
– Mempengaruhi Kesehatan Mental: Lingkungan sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan mental individu, seperti stres, depresi, dan lain-lain.
– Mempengaruhi Akses ke Pelayanan Kesehatan: Lingkungan ekonomi dapat mempengaruhi akses ke pelayanan kesehatan, seperti biaya pengobatan dan akses ke fasilitas kesehatan.
Nama : Rita Fatmawati
NPM : 14240800005
Prodi : S1-4 Ekstensi ARS
Menurut saya teori H.L. Blum (sering disebut juga teori Bloom), lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan karena faktor lingkungan mencakup berbagai aspek eksternal yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Dalam teori ini, Blum mengidentifikasi empat faktor utama yang memengaruhi derajat kesehatan:
Lingkungan (40%)
Perilaku (30%)
Pelayanan kesehatan (20%)
Faktor genetik/keturunan (10%)
Contoh Nyata:
Kawasan padat dan kumuh di kota besar:
Di daerah dengan sanitasi buruk, air kotor, dan pemukiman padat, risiko penyakit menular seperti diare, DBD, dan TBC jauh lebih tinggi, meskipun warganya punya niat untuk hidup sehat. Anak-anak di daerah ini sering mengalami stunting karena kombinasi buruknya gizi dan infeksi yang berulang akibat lingkungan.
Kualitas udara di daerah industri:
Polusi udara yang tinggi meningkatkan risiko penyakit paru-paru, asma, bahkan kanker, meskipun masyarakatnya tidak merokok dan menjalani gaya hidup sehat.
Daerah dengan akses air bersih dan sanitasi baik:
Di pedesaan yang memiliki sanitasi yang memadai dan air bersih, angka kejadian penyakit infeksi saluran pencernaan jauh lebih rendah, bahkan jika masyarakatnya masih terbatas dalam akses ke rumah sakit.
Nama : Randy Adestiawan
NPM : 14240800012
Kelas : Ekstensi Administrasi Rumah Sakit
Lingkungan bukan hanya latar tempat tinggal, tetapi sistem yang membentuk kondisi kesehatan dasar setiap individu. Dalam konteks teori Bloom, intervensi berbasis lingkungan seperti kebijakan tata ruang, penyediaan air bersih, dan pelestarian lingkungan memiliki efek paling luas dan jangka panjang dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Contoh Nyata :
Semisal di suatu daerah desa tertinggal, masih banyak masyarakat yang belum mempunyai jamban sehingga tingkat sanitasi sangat kurang sehingga dapat menjadi sumber penyakit, selain itu juga banyak masyarkat yang masih masak menggunakan kayu bakar, dampak asap dari pembakaran tersebut jika terlalu lama di hirup oleh tubuh maka dapat menjadi sumber penyakit ISPA.
Lingkungan memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan menurut teori Blum karena lingkungan sangat menentukan apakah seseorang bisa hidup dengan sehat atau tidak. Lingkungan yang dimaksud mencakup udara, air, tanah, perumahan, kebersihan, hingga suasana sosial di sekitar tempat tinggal. Bila seseorang tinggal di lingkungan yang bersih, memiliki air bersih, udara segar, dan sanitasi yang baik, maka kemungkinan terkena penyakit akan jauh lebih kecil.
Sebaliknya, jika seseorang tinggal di lingkungan yang kumuh, dekat tempat pembuangan sampah, atau di daerah rawan banjir, maka tubuhnya akan terus-menerus terpapar oleh kuman, virus, atau zat berbahaya lainnya. Akibatnya, risiko terkena penyakit seperti infeksi saluran pernapasan, diare, dan penyakit kulit menjadi lebih tinggi.
Contoh nyatanya, di daerah yang tinggal dekat pabrik tanpa pengolahan limbah, banyak warga yang mengalami gangguan kesehatan seperti iritasi kulit atau masalah paru-paru. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan memiliki peran besar dalam menentukan kondisi kesehatan seseorang.
Nama: Wahidi Ihsan
NPM: 14240800001
Semester: 2 (Dua)
Prodi: S1_Administrasi Rumah Sakit
lingkungan adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang karena lingkungan tempat tinggal sangat menentukan apakah seseorang bisa hidup sehat atau tidak. Lingkungan yang dimaksud di sini termasuk lingkungan fisik (seperti air, udara, kebersihan), sosial (hubungan antarwarga), dan ekonomi (pendapatan, pekerjaan, akses kesehatan).
Lingkungan itu seperti wadah tempat orang hidup. Kalau wadahnya kotor, penuh sampah, airnya tercemar, dan sulit akses ke layanan kesehatan, maka orang yang tinggal di situ akan mudah sakit meskipun dia sudah berusaha hidup sehat. Jadi, meskipun seseorang rajin makan sehat atau berobat, kalau lingkungannya buruk, tetap saja berisiko sakit.
Contoh nyata:
1. Saluran air mampet dan bau, karena tidak ada drainase yang baik.
2. Sampah menumpuk karena tidak ada tempat pembuangan yang layak.
3. WC banyak yang buang ke sungai, lalu air sungainya dipakai untuk mandi atau mencuci.
4. Anak-anak bermain di jalan sempit yang penuh genangan, sehingga sering kena penyakit kulit atau diare.
Nama : Elsa Rachmawati
NPM : 14240100002
Prodi : S1 Ekstensi ARS
Menurut saya, Lingkungan memiliki kontribusi terbesar karena mencakup kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan budaya tempat seseorang tinggal dan beraktivitas sehari-hari. Faktor ini dapat memperburuk atau meningkatkan kondisi kesehatan, terlepas dari perilaku individu atau akses layanan kesehatan.
Lingkungan yang tidak sehat, seperti udara tercemar, sanitasi buruk, atau tempat tinggal padat dan tidak layak dapat menyebabkan munculnya penyakit menular dan tidak menular, bahkan pada orang yang sudah menjaga perilaku sehat.
Contoh nyatanya, yaitu
– Daerah tanpa akses air bersih dan sanitasi
Masyarakat di beberapa wilayah pedesaan atau pemukiman kumuh yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan toilet layak lebih rentan terkena diare, kolera, dan penyakit kulit, meskipun mereka telah mendapatkan penyuluhan kesehatan.
– Lingkungan kerja berisiko tinggi
Pekerja tambang atau pabrik yang terpapar bahan kimia berbahaya dalam jangka panjang berisiko mengalami gangguan pernapasan atau kanker, terlepas dari faktor genetik maupun pola hidup pribadi.
Nama : Ahmad Fauzi Bagaswara
NPM : 14240800010
Kelas : S1 EKSTENSI 4 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
Menurut teori Bloom,lingkungan memang memiliki pengaruh terbesar terhadap derajat kesehatan (diperkirakan mencapai 40-50%) dibandingkan faktor perilaku (30-40%), pelayanan kesehatan (10-15%), dan keturunan (10-15%).
Alasan Utama Pengaruh Dominan Lingkungan:
1. Bersifat Eksternal dan Sulit Dikontrol Individu: Lingkungan mencakup faktor-faktor di luar diri individu yang seringkali berada di luar kendali pribadi. Orang tidak bisa memilih tempat lahir, kualitas udara, atau kebijakan pemerintah di wilayahnya.
2. Dampak Menyeluruh: Lingkungan mempengaruhi seluruh populasi dalam suatu wilayah secara bersamaan, tidak hanya individu tertentu.
3. Mempengaruhi Faktor Lain:
Lingkungan membentuk perilaku (misalnya, lingkungan tanpa trotoar aman menghambat aktivitas fisik) dan akses terhadap pelayanan kesehatan (misalnya, jarak ke fasilitas kesehatan).
4. Cakupan Luas: Termasuk lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya.
CONTOH NYATA
1. Lingkungan Fisik & Biologis: Penyakit Menular Berbasis Lingkungan
Contoh: Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah kumuh perkotaan.
Penjelasan: Lingkungan fisik dengan genangan air (ban bekas, kaleng, saluran tersumbat) menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Sanitasi yang buruk memperparah kondisi.
2. Lingkungan Kimia: Paparan Polusi
Contoh: Gangguan Pernapasan (ISPA, Asma, Kanker Paru) pada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri atau jalan raya padat.
Penjelasan: Paparan terus-menerus terhadap polusi udara (PM2.5, SO2, NOx) dari asap pabrik atau kendaraan bermotor merusak sistem pernapasan. Anak-anak dan lansia di lingkungan ini sangat rentan.
3
. Lingkungan Sosial-Ekonomi: Kemiskinan dan Akses
Contoh: Stunting dan Gizi Buruk di daerah miskin/kumuh.
Penjelasan: Lingkungan sosial-ekonomi yang miskin menyebabkan:
Ketahanan Pangan Rendah: Sulit
mengakses makanan bergizi dan aman.
Sanitasi & Air Bersih Buruk:
Meningkatkan risiko diare dan infeksi cacing yang menghambat penyerapan nutrisi.
Menurut teori Bloom, lingkungan menduduki posisi paling dominan (40%) karena beberapa alasan fundamental:
• Sumber Penyakit Primer: Banyak penyakit, terutama penyakit menular, berasal dari lingkungan. Udara yang tercemar, air yang terkontaminasi, sanitasi yang buruk, dan keberadaan vektor penyakit (nyamuk, lalat, tikus) secara langsung menjadi media penularan atau penyebab penyakit. Bahkan, penyakit tidak menular seperti ISPA dan kanker paru-paru juga sangat dipengaruhi oleh kualitas udara di sekitar kita.
• Membentuk Perilaku: Lingkungan yang kondusif dapat mendorong perilaku sehat, sedangkan lingkungan yang buruk dapat mempersulit atau bahkan menghambat seseorang untuk berperilaku sehat. Misalnya, sulit menjaga kebersihan jika tidak ada akses air bersih atau tempat sampah yang memadai.
• Mempengaruhi Akses Pelayanan Kesehatan: Lingkungan geografis, infrastruktur, dan kondisi sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Daerah terpencil dengan akses jalan yang sulit akan kesulitan menjangkau fasilitas kesehatan, bahkan jika fasilitas tersebut tersedia.
• Dampak Jangka Panjang dan Luas: Perubahan lingkungan, baik positif maupun negatif, cenderung memiliki dampak yang lebih luas dan jangka panjang pada kesehatan suatu populasi dibandingkan dengan perubahan perilaku individu atau akses pelayanan kesehatan saja.
Contoh Nyata yang Mendukung Jawaban Anda:
1. Penyakit Diare dan Sanitasi Lingkungan:
o Kondisi Lingkungan Buruk: Di daerah dengan sanitasi yang buruk, di mana masyarakat membuang tinja sembarangan, tidak memiliki akses air bersih yang layak, dan tempat sampah tidak dikelola dengan baik, kasus diare akan sangat tinggi. Lingkungan yang kotor menjadi sarang bakteri dan virus penyebab diare yang mudah menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi atau kontak langsung.
o Dampaknya: Anak-anak rentan mengalami diare berulang, menyebabkan malnutrisi, pertumbuhan terhambat, dan bahkan kematian. Orang dewasa juga bisa sakit, mengurangi produktivitas dan membebani sistem kesehatan.
o Peran Lingkungan: Dalam kasus ini, perbaikan lingkungan (penyediaan air bersih, pembangunan jamban sehat, pengelolaan sampah yang baik) akan secara drastis menurunkan angka kejadian diare, bahkan tanpa perubahan signifikan pada perilaku individu atau peningkatan pelayanan kesehatan (meskipun kedua faktor ini juga penting). Perilaku mencuci tangan akan sulit dilakukan jika air bersih tidak tersedia.
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Polusi Udara:
o Kondisi Lingkungan Buruk: Di kota-kota besar dengan tingkat polusi udara tinggi akibat emisi kendaraan, industri, atau pembakaran sampah, angka kejadian ISPA (batuk, pilek, bronkitis) cenderung sangat tinggi. Udara yang tercemar mengandung partikel halus dan gas berbahaya yang langsung masuk ke saluran pernapasan.
o Dampaknya: Masyarakat, terutama anak-anak dan lansia, sering mengalami gangguan pernapasan, asma memburuk, bahkan risiko penyakit paru kronis dan kanker paru meningkat dalam jangka panjang.
o Peran Lingkungan: Meskipun individu dapat memakai masker (perilaku) atau mencari pengobatan (pelayanan kesehatan), akar masalahnya tetap pada kualitas udara lingkungan. Jika lingkungan udaranya bersih, risiko ISPA akan jauh berkurang, terlepas dari kebiasaan individu atau akses ke pelayanan kesehatan.
3. Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Lingkungan Kumuh:
o Kondisi Lingkungan Buruk: Lingkungan yang kumuh, banyak genangan air, dan tumpukan sampah menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor penyebab DBD.
o Dampaknya: Wabah DBD sering terjadi di daerah padat penduduk dengan sanitasi buruk, menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama pada anak-anak.
o Peran Lingkungan: Program 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang, dan lain-lain) yang berfokus pada kebersihan lingkungan adalah kunci utama pencegahan DBD. Lingkungan yang bersih dan bebas genangan air akan mengurangi populasi nyamuk secara signifikan, sehingga menurunkan risiko penularan DBD.
Dari contoh-contoh di atas, terlihat jelas bahwa lingkungan berperan sebagai fondasi dasar bagi kesehatan. Tanpa lingkungan yang sehat, upaya-upaya pada faktor perilaku, pelayanan kesehatan, atau bahkan faktor genetik sekalipun akan menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena itu, investasi dalam perbaikan lingkungan adalah investasi yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh sesuai dengan teori Bloom.