Kondisi kesehatan dasar menurut WHO mencakup berbagai faktor yang seharusnya berada dalam keseimbangan, seperti pendidikan, pendapatan, perumahan, perdamaian, keadilan sosial, kesetaraan, serta sumber daya yang berkelanjutan dan ekosistem yang stabil. Ketidakseimbangan dalam aspek-aspek tersebut dapat menimbulkan ketimpangan yang berdampak pada kesehatan. Kemiskinan dapat menurunkan status kesehatan seseorang, sementara peperangan menyebabkan kerusakan dan memperburuk masalah kesehatan. Berbagai penelitian dan studi sosial selama beberapa dekade terakhir telah meneliti peran sosial dalam bidang kesehatan, dengan fokus pada munculnya konstruksionisme sosial sebagai perspektif utama dalam menganalisis dimensi sosial budaya dalam kedokteran, kesehatan, dan penyakit. Ditemukan bahwa ada batas-batas tertentu antara pengobatan tradisional dan kedokteran modern.
ILMU SOSIAL
Ilmu sosial dan kesehatan masyarakat memiliki hubungan erat karena keduanya berfokus pada prinsip keadilan sosial. Keadilan sosial mengacu pada distribusi perlakuan yang adil antara individu dan masyarakat, serta pencapaian kesejahteraan bersama. Agen kesehatan masyarakat berperan dalam memperjuangkan keadilan sosial dan melihat kesehatan sebagai bagian integral dari keadilan tersebut.
Beberapa bidang ilmu sosial yang berhubungan langsung dengan kesehatan masyarakat antara lain psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ekonomi, komunikasi, demografi, dan geografi. Psikologi mengkaji perilaku manusia dan cara mengubah pola perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Sosiologi mengkaji perilaku sosial dan cara berpikir dalam konteks kesehatan. Antropologi mempelajari pengaruh sosial dan budaya terhadap keputusan kesehatan. Ilmu politik berkaitan dengan kebijakan kesehatan, sementara ekonomi melihat dampak faktor ekonomi terhadap sistem kesehatan. Komunikasi, demografi, dan geografi juga berperan penting dalam pengelolaan kesehatan masyarakat, termasuk dalam pemetaan masalah kesehatan dan penyebaran informasi.
Status sosial ekonomi memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan, di mana faktor-faktor seperti pendapatan keluarga, pendidikan, dan status pekerjaan mempengaruhi tingkat kesehatan. Pendidikan berperan dalam mengubah perilaku yang mendukung kesehatan dan meningkatkan harapan hidup. Seseorang dengan status ekonomi yang lebih rendah cenderung menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi, baik dari lingkungan tempat tinggal maupun kondisi pekerjaan.
Budaya dan agama juga memainkan peran penting dalam pola hidup sehat. Budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan, sementara agama bisa mempengaruhi sikap terhadap intervensi medis atau pengobatan tertentu. Praktik-praktik sosial yang dipengaruhi budaya dan agama bisa menurunkan atau meningkatkan risiko kesehatan.
Interaksi sosial di masyarakat berfungsi sebagai dasar dari proses sosial, yang melibatkan komunikasi dan kontak antara individu, kelompok, dan masyarakat. Interaksi ini dapat berbentuk kerjasama atau persaingan, dan dapat berperan dalam pencapaian tujuan bersama, perubahan perilaku, atau peningkatan solidaritas dalam kelompok.
Proses interaksi sosial juga dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Nilai-norma ini menjadi dasar untuk pengendalian sosial dan menciptakan keteraturan sosial. Keteraturan sosial dapat tercapai melalui empat tahap, yaitu pengakuan terhadap nilai-norma sosial, konsistensi dalam perilaku, dan pembentukan pola interaksi sosial yang dijadikan model bagi masyarakat.
Secara keseluruhan, interaksi sosial memiliki peran penting dalam menciptakan keteraturan sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan faktor-faktor seperti nilai, norma, dan status sosial menjadi elemen kunci dalam proses tersebut.
Teori Perilaku Individu
Perilaku individu muncul sebagai respons terhadap rangsangan (stimulus), baik dari dalam (internal) maupun luar (eksternal). Perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
- Perilaku yang tampak: dapat diamati langsung, seperti berbicara atau berjalan.
- Perilaku yang tidak tampak: seperti berpikir atau merasakan emosi yang memerlukan alat atau metode untuk dipahami.
Setiap individu memiliki ciri-ciri unik yang membentuk perilakunya, dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan kebutuhan dasar, yang menurut Maslow meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respons individu terhadap masalah kesehatan, termasuk gaya hidup sehat, perilaku saat sakit, dan peran saat sakit. Becker (1979) mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga kategori:
- Perilaku hidup sehat: mencakup pola hidup sehat seperti diet seimbang, olahraga, dan tidak merokok.
- Perilaku sakit: respons terhadap penyakit, termasuk pengetahuan dan pengobatan.
- Perilaku peran sakit: perilaku yang terjadi ketika seseorang sakit, seperti berobat atau beristirahat.
Determinan Perilaku Kesehatan
- Faktor predisposisi: Faktor yang memudahkan terjadinya perilaku, seperti pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai.
- Faktor pemungkin: Faktor yang mendukung terjadinya perilaku, seperti lingkungan fisik dan fasilitas kesehatan.
- Faktor penguat: Faktor yang memperkuat perilaku, seperti sikap petugas kesehatan.
Domain Perilaku (Teori Bloom)
Perilaku dibagi menjadi tiga domain: pengetahuan, sikap, dan praktik. Pengetahuan mencakup proses belajar yang dapat berkembang dari sekadar mengetahui hingga evaluasi. Sikap melibatkan penerimaan dan respons terhadap informasi yang kemudian mempengaruhi tindakan. Praktik adalah penerapan tindakan nyata berdasarkan sikap dan pengetahuan.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mereka. Pemberdayaan melibatkan pengembangan kapasitas masyarakat untuk mengenali dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Gerakan ini termasuk pengembangan sumber daya lokal, seperti pengetahuan, teknologi, dan organisasi masyarakat.
Tujuan pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan meliputi:
- Kesadaran dan pengetahuan tentang cara memelihara dan meningkatkan kesehatan.
- Kemauan untuk bertindak dalam bidang kesehatan.
- Kemampuan masyarakat untuk melakukan tindakan kesehatan secara mandiri dan berkelanjutan.
Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan ditandai dengan pendekatan yang bersifat partisipatif, memperkuat potensi lokal, dan mengarah pada perubahan sosial yang berkelanjutan. Ini melibatkan tokoh masyarakat, organisasi lokal, pendanaan, dan pengetahuan serta teknologi yang tersedia dalam masyarakat.
Secara keseluruhan, pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menjadikan masyarakat mandiri dalam mengelola masalah kesehatan mereka sendiri, menciptakan kondisi yang lebih sehat, dan memperbaiki kualitas hidup secara kolektif.
Soal Latihan
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
1.) • Pendapatan menentukan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, tempat tinggal yang layak, dan akses ke layanan kesehatan. Individu dengan pendapatan rendah cenderung mengalami pola makan buruk karena sulit membeli makanan sehat seperti buah, sayur dan lainnya dan juga akses terbatas ke layanan kesehatan karena tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Contoh: Keluarga dengan pendapatan rendah mungkin lebih sering membeli makanan cepat saji karena harganya lebih murah dibandingkan memasak makanan sehat. Hal ini meningkatkan risiko diabetes atau penyakit jantung.
• Pendidikan memengaruhi pemahaman seseorang tentang kesehatan, termasuk pentingnya pola hidup sehat dan pencegahan penyakit. Individu dengan pendidikan rendah seringkali kurang memahami pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin dan lebih sulit mengakses informasi kesehatan yang benar, sehingga rentan terhadap mitos atau pengobatan tradisional yang tidak efektif.
Contoh: Orang dengan pendidikan tinggi lebih cenderung memahami risiko merokok dan berhenti, sedangkan individu dengan pendidikan rendah mungkin tidak menyadari bahayanya merokok.
• pekerjaan menentukan tingkat stres, eksposur terhadap risiko kesehatan, dan akses ke asuransi kesehatan. Pekerjaan berupah rendah atau di lingkungan berbahaya dapat meningkatkan risiko kesehatan, seperti Stres kronis dari pekerjaan yang tidak stabil atau bergaji kecil dan pajanan fisik Seperti paparan bahan kimia berbahaya atau kecelakaan kerja.
Contoh: Seorang buruh pabrik yang bekerja di lingkungan penuh polusi mungkin lebih sering menderita gangguan pernapasan dibandingkan seorang pekerja kantoran dengan lingkungan kerja yang bersih.
2.) • Kepercayaan terhadap Penyebab Penyakit. Dalam beberapa budaya, penyakit mungkin dikaitkan dengan faktor spiritual atau adat, yang bisa memengaruhi keputusan untuk mencari pengobatan modern.
Contoh: Di beberapa masyarakat, sakit dianggap sebagai “kutukan” atau hasil dari “gangguan roh,” sehingga orang lebih memilih pengobatan alternatif daripada pergi ke dokter.
• Pola Makan dan Tradisi Kuliner. Pola makan yang sehat dapat mendukung kesehatan, tetapi kebiasaan makan yang kurang sehat bisa meningkatkan risiko penyakit.
Contoh: Di Indonesia, kebiasaan mengonsumsi gorengan atau makanan dengan santan kental menjadi bagian dari tradisi, tetapi dapat memicu obesitas atau kolesterol tinggi.
• Kebiasaan Aktivitas Fisik. Tradisi budaya sering menentukan tingkat aktivitas fisik masyarakat. Kegiatan tradisional seperti tarian atau pekerjaan manual dapat membantu menjaga kebugaran, sementara budaya yang lebih banyak duduk (sedentary lifestyle) meningkatkan risiko kesehatan.
Contoh: Di masyarakat perkotaan, perubahan budaya menuju gaya hidup serba praktis telah mengurangi kebiasaan berjalan kaki atau bersepeda, yang dapat meningkatkan risiko obesitas.
• Persepsi terhadap Kesehatan Mental. Di beberapa budaya, kesehatan mental masih dianggap tabu, sehingga penderita enggan mencari bantuan.
Contoh: Di masyarakat tertentu, depresi atau kecemasan sering dianggap sebagai tanda kelemahan, sehingga penderita tidak mencari terapi atau bantuan profesional.
NAMA : TIA SETIAWATI
NPM : 01240400003
PRODI : S1 KESEHATAN MASYARAKAT (EKSTENSI-CIANJUR)
SOAL DAN JAWABAN :
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
Jawaban :
1) Pengaruh pendapatan terhadap kesehatan, Pendapatan yang lebih tinggi sering kali berhubungan dengan kemampuan untuk mengakses layanan kesehatan berkualitas. Individu dengan pendapatan rendah mungkin tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan atau asuransi kesehatan, yang dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pengobatan atau bahkan tidak mendapatkan perawatan sama sekali. Sebagai contoh seseorang dari keluarga berpenghasilan rendah mungkin tidak dapat membeli obat-obatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi kesehatan kronis, sedangkan individu dengan pendapatan tinggi dapat dengan mudah mengakses perawatan medis dan obat-obatan yang mereka butuhkan.
2) Pengaruh pendidikan terhadap kesehatan, Pendidikan juga berperan penting dalam menentukan status sosial ekonomi dan kesehatan. Individu yang lebih terdidik cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan dan gaya hidup sehat. Mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku pencegahan, seperti pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi. Sebaliknya, individu dengan tingkat pendidikan rendah mungkin kurang menyadari pentingnya perawatan kesehatan preventif, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius di kemudian hari.
3) Pengaruh pekerjaan terhadap kesehatan, Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang juga memengaruhi kesehatan. Pekerjaan dengan status tinggi biasanya menawarkan manfaat kesehatan yang lebih baik, seperti asuransi kesehatan dan cuti sakit. Di sisi lain, pekerjaan dengan status rendah sering kali tidak memberikan perlindungan tersebut dan mungkin melibatkan kondisi kerja yang berbahaya atau stres tinggi. Misalnya, pekerja di sektor informal atau dengan kontrak sementara sering kali tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang memadai, sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan.
4) Contoh : salah satu individu berasal dari keluarga kaya dengan pendidikan tinggi dan bekerja sebagai dokter. Ia memiliki akses penuh dari layanan kesehatan berkualitas dan mampu menjaga gaya hidup sehat melalui pola makan yang baik dan olahraga teratur. Sedangkan salah satu individu lainnya, berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan rendah dan bekerja sebagai buruh harian. Ia sering kali tidak memiliki asuransi kesehatan dan sulit untuk mendapatkan perawatan medis ketika sakit. Akibatnya, ia mungkin mengabaikan gejala penyakit hingga menjadi parah. Perbedaan dalam status sosial ekonomi ini jelas mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan masing-masing individu. Individu satu memiliki peluang lebih besar untuk hidup sehat dan mendapatkan perawatan medis yang diperlukan dibandingkan individu lainnya.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
Jawaban :
Budaya suatu masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan kesehatan individu dan kelompok, seperti :
1) Pola makan, Budaya sering kali menentukan jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Misalnya, di beberapa daerah di Indonesia, ada tradisi mengonsumsi makanan tertentu yang kaya akan karbohidrat dan rendah protein. Kebiasaan ini dapat menyebabkan masalah gizi seperti malnutrisi, terutama pada anak-anak.
2) Perilaku hidup sehat, Budaya juga mempengaruhi kebiasaan hidup sehat seperti olahraga dan kebersihan. Di Indonesia, gerakan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat dengan mendorong aktivitas fisik dan pola makan sehat. Namun, jika budaya tidak mendukung perilaku ini, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya olahraga, maka kesehatan masyarakat dapat terpengaruh negatif.
3) Akses terhadap layanan kesehatan, Dalam beberapa budaya, ada kecenderungan untuk mengandalkan pengobatan tradisional atau ritual daripada mencari perawatan medis modern. Misalnya, tradisi “Maccani-cani” di Kabupaten Barru melibatkan praktik ritual yang bertujuan untuk penyucian diri dan permohonan keselamatan. Meskipun memiliki nilai solidaritas, praktik ini dapat mengabaikan aspek-aspek penting dari kesehatan seperti nutrisi dan kebersihan.
4) Stigma dan isolasi, Beberapa budaya mungkin menganggap penyakit tertentu sebagai aib atau akibat dari kesalahan individu, sehingga orang yang sakit cenderung diisolasi. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka karena kurangnya dukungan sosial dan akses ke perawatan.
5) Contoh : kebiasaan menyusui, Di beberapa komunitas, ada kebiasaan menyusui bayi hingga usia yang lebih lama sebagai bentuk perlindungan. Namun, jika ibu tidak memiliki cukup ASI atau pengetahuan tentang nutrisi tambahan yang diperlukan bayi, hal ini dapat menyebabkan malnutrisi.
SOAL PERTAMA = Status sosial ekonomi (SSE) memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup dan kesehatan seseorang. SSE terdiri dari beberapa faktor, termasuk pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Ketiga faktor ini saling berhubungan dan dapat mempengaruhi kebiasaan hidup serta akses terhadap layanan kesehatan dengan cara yang signifikan.
1. Pendapatan
Pendapatan yang lebih tinggi memberikan lebih banyak akses untuk memilih gaya hidup yang lebih sehat. Misalnya, individu dengan pendapatan yang lebih tinggi mungkin mampu membeli makanan sehat, berolahraga di gym, atau memiliki asuransi kesehatan yang memadai. Sebaliknya, individu dengan pendapatan rendah cenderung menghadapi hambatan finansial untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, seperti membeli makanan bergizi atau membayar biaya perawatan medis.
Contoh:
Seseorang dengan pendapatan rendah mungkin lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan olahan yang lebih murah, yang umumnya kurang bergizi dan lebih tinggi kandungan gula, garam, dan lemak. Ini bisa meningkatkan risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, atau hipertensi.
2. Pendidikan
Pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kesadaran kesehatan seseorang. Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih memahami informasi tentang pola hidup sehat dan lebih mampu membuat keputusan yang baik untuk kesehatannya. Mereka juga lebih mungkin memiliki pekerjaan yang menawarkan asuransi kesehatan atau akses ke fasilitas kesehatan yang lebih baik.
Contoh:
Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi lebih cenderung untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, memahami pentingnya diet seimbang, dan menghindari kebiasaan merokok atau minum alkohol berlebihan. Sementara itu, individu dengan pendidikan rendah mungkin kurang mendapat informasi atau keterampilan untuk menjaga kesehatan mereka, yang bisa mempengaruhi pola makan dan kebiasaan hidup mereka.
3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang juga berpengaruh pada kondisi kesehatan. Pekerjaan dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi biasanya menawarkan lingkungan kerja yang lebih aman, lebih sedikit stres, dan akses yang lebih baik ke manfaat kesehatan, seperti asuransi kesehatan atau waktu cuti medis. Sementara itu, pekerjaan dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah sering kali melibatkan risiko kesehatan yang lebih tinggi, baik karena kondisi kerja yang berbahaya, stres, atau keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan.
Contoh:
Pekerja kantor yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi dan jam kerja yang teratur mungkin memiliki waktu untuk berolahraga, mengikuti pemeriksaan kesehatan, dan makan dengan pola yang lebih teratur dan sehat. Sebaliknya, pekerja di sektor informal atau buruh pabrik mungkin bekerja dalam kondisi yang lebih keras, dengan jam kerja yang panjang, dan sering kali tidak memiliki akses ke layanan kesehatan atau asuransi medis.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, status sosial ekonomi mempengaruhi pola hidup, tingkat pendidikan, dan akses terhadap perawatan medis yang dapat berdampak langsung pada kesehatan. Perbedaan dalam pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan menciptakan kesenjangan dalam kemampuan individu untuk mengelola kesehatan mereka, mengakses layanan medis, dan menjalani hidup yang lebih sehat. Hal ini sering kali mengarah pada ketimpangan kesehatan yang lebih besar antara kelompok dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi dan rendah.
SOAL KEDUA= Budaya suatu masyarakat sangat memengaruhi kebiasaan dan perilaku kesehatan mereka, karena budaya mencakup nilai-nilai, keyakinan, norma, dan kebiasaan yang diwariskan turun-temurun. Semua elemen budaya ini dapat membentuk cara orang merawat tubuh mereka, mengatasi penyakit, atau memandang kesehatan secara umum. Berikut adalah beberapa cara budaya bisa memengaruhi kebiasaan kesehatan, beserta contoh-contohnya:
1. Pandangan terhadap Makanan
Contoh: Di banyak budaya, ada pantangan makanan tertentu yang sangat memengaruhi kesehatan. Misalnya, dalam agama Hindu dan Budha, banyak orang memilih untuk menjadi vegetarian atau menghindari makan daging tertentu karena nilai-nilai spiritual dan etis. Ini bisa memengaruhi kesehatan dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol, yang baik untuk jantung, tetapi bisa menyebabkan kekurangan beberapa nutrisi jika tidak diimbangi dengan diet yang sehat.
Di sisi lain, budaya makanan yang kaya akan lemak, gula, dan garam (seperti makanan cepat saji yang populer di banyak negara Barat) bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
2. Sikap terhadap Aktivitas Fisik dan Olahraga
Beberapa budaya memiliki kebiasaan aktif secara fisik, sementara yang lain mungkin lebih cenderung kepada gaya hidup yang lebih sedentari (diam).
Contoh: Di negara-negara seperti Jepang, masyarakatnya memiliki kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu menjaga tingkat aktivitas fisik yang tinggi dan meningkatkan kesehatan jantung. Sebaliknya, dalam budaya yang lebih mengutamakan kendaraan pribadi dan pekerjaan yang lebih banyak dilakukan di dalam ruangan, seperti di banyak kota besar di dunia, tingkat aktivitas fisik cenderung lebih rendah, yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya.
3. Pengobatan Tradisional
Contoh: Di banyak budaya Asia, penggunaan pengobatan tradisional seperti akupunktur, ramuan herbal, atau pijat refleksi sangat umum. Dalam budaya ini, pendekatan pengobatan sering kali lebih holistik, menekankan keseimbangan tubuh dan pikiran. Ini dapat membantu mencegah atau mengelola stres, dan dalam beberapa kasus, mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia yang mungkin memiliki efek samping.
Sebaliknya, di budaya yang lebih bergantung pada pengobatan Barat, ada kemungkinan lebih besar untuk mengandalkan obat-obatan modern dan prosedur medis untuk mengatasi masalah kesehatan, yang kadang-kadang bisa mengabaikan pendekatan pencegahan atau keseimbangan yang lebih holistik.
4. Norma Sosial dan Kesehatan Mental
Contoh: Di beberapa budaya, ada stigma terkait dengan masalah kesehatan mental, yang dapat menghalangi individu untuk mencari bantuan medis atau psikologis. Di banyak negara Barat, misalnya, terapi psikologis dan penggunaan obat untuk gangguan mental lebih diterima dan dianggap sebagai bagian dari perawatan kesehatan yang normal. Namun, di beberapa budaya non-Barat, masalah kesehatan mental sering dianggap sebagai aib, dan orang yang mengalaminya mungkin enggan mencari bantuan, yang dapat memperburuk kondisi mereka.
5. Religiusitas dan Kesehatan
Contoh: Banyak agama memiliki kebiasaan atau peraturan yang memengaruhi kesehatan, seperti puasa, ritual bersih diri, atau pembatasan konsumsi makanan atau minuman tertentu. Misalnya, dalam agama Islam, umat Muslim diwajibkan berpuasa selama bulan Ramadan. Meskipun puasa ini memiliki manfaat spiritual, jika tidak dilakukan dengan cara yang sehat, bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti dehidrasi atau gangguan metabolisme.
Di sisi lain, beberapa budaya menganggap perawatan tubuh sebagai bagian dari kewajiban spiritual atau religius. Misalnya, dalam beberapa budaya Afrika atau Asia, ada praktik-praktik seperti terapi pijat tradisional atau penggunaan minyak aromaterapi untuk menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran.
6. Gaya Hidup dan Lingkungan Sosial
Contoh: Di budaya yang lebih mengutamakan pertemuan sosial atau acara keluarga, pola makan bersama sering kali menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Ini bisa berdampak positif, seperti memperkuat hubungan sosial yang mendukung kesehatan mental, namun juga bisa berdampak negatif jika kebiasaan makan dalam acara sosial tersebut cenderung berlebihan atau tidak sehat.
7. Penyakit dan Kepercayaan Supernatural
Contoh: Di beberapa budaya, ada keyakinan kuat bahwa penyakit atau gangguan kesehatan bisa disebabkan oleh faktor supernatural, seperti kutukan atau pengaruh roh jahat. Dalam kasus ini, pengobatan tradisional atau ritual spiritual lebih dipilih dibandingkan dengan pengobatan medis. Misalnya, di beberapa daerah di Afrika, pengobatan dengan bantuan dukun atau penyembuh tradisional lebih disukai untuk mengatasi penyakit tertentu, yang kadang-kadang menghambat pengobatan medis modern.
Aisyahtul Latipah (01240100008)
1. ) Status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan seseorang.
Misalnya, masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung lebih memahami pentingnya gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok dan menjaga berat badan ideal. Mereka juga cenderung lebih berpengetahuan tentang cara mengakses layanan medis. Di sisi lain, masyarakat yang kurang berpendidikan mungkin kurang menyadari risiko kesehatan dari kebiasaan seperti merokok dan pola makan yang tidak sehat.
Dampak pendapatan terhadap kesehatan, misalnya masyarakat berpendapatan tinggi yaitu dapat menyediakan makanan bergizi, perumahan yang layak, olahraga teratur, dan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas. Orang dengan pendapatan lebih tinggi juga lebih mungkin memiliki asuransi kesehatan dan asuransi. Di sisi lain, masyarakat dengan pendapatan rendah mempunyai keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk membeli makanan sehat dan obat-obatan serta membayar biaya perawatan kesehatan. Selain itu, mereka seringkali tinggal di lingkungan yang kurang kondusif bagi kesehatan, seperti daerah dengan tingkat polusi tinggi atau kurangnya kesempatan untuk berolahraga.
Dampak pekerjaan terhadap kesehatan adalah contoh seseorang yang memiliki pekerjaan tetap, pendapatan stabil, asuransi kesehatan, dan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan fisik dan mental. Sebaliknya, mereka yang bekerja pada pekerjaan berbahaya atau informal: rentan terhadap kecelakaan kerja, paparan zat berbahaya, stres tinggi, dan kurangnya asuransi kesehatan.
2.) Budaya suatu masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan kesehatan. Budaya mencakup nilai, tradisi, kepercayaan, dan norma yang memengaruhi cara individu atau kelompok memahami, mencegah, dan mengobati penyakit. Faktor budaya dapat berdampak positif atau negatif terhadap kesehatan. Misalnya, budaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penerimaan masyarakat terhadap teknologi medis modern, termasuk vaksinasi. Ketidakpercayaan dan penolakan terhadap intervensi medis seringkali berakar pada nilai-nilai tradisional, keyakinan agama, dan informasi yang salah. Resistensi budaya terhadap teknologi medis seperti vaksinasi dapat mempunyai implikasi kesehatan masyarakat yang signifikan.
### 1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Kesehatan Individu
Status sosial ekonomi (SSE) meliputi pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan, yang semuanya berkontribusi signifikan terhadap kesehatan individu. Berikut adalah beberapa cara bagaimana SSE mempengaruhi kesehatan:
– **Pendapatan**: Individu dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung memiliki akses lebih baik terhadap makanan bergizi, perumahan yang layak, dan layanan kesehatan. Sebagai contoh, seseorang yang berpenghasilan tinggi dapat membeli makanan sehat dan berinvestasi dalam kebugaran, sementara individu dengan pendapatan rendah mungkin terpaksa memilih makanan yang lebih murah dan kurang bergizi.
– **Pendidikan**: Tingkat pendidikan yang lebih tinggi sering kali berkorelasi dengan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan. Orang yang terdidik cenderung lebih paham akan pentingnya vaksinasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan gaya hidup sehat. Misalnya, individu dengan pendidikan rendah mungkin kurang menyadari risiko merokok dan dampaknya terhadap kesehatan.
– **Pekerjaan**: Jenis pekerjaan juga berpengaruh. Pekerjaan yang lebih stabil dan aman biasanya menyediakan asuransi kesehatan dan lingkungan kerja yang lebih baik. Contohnya, pekerja kantor mungkin memiliki akses ke fasilitas kesehatan dan waktu untuk berolahraga, sedangkan pekerja di sektor informal mungkin tidak memiliki akses tersebut.
### Contoh Sederhana
Seorang individu dengan status sosial ekonomi tinggi mungkin rutin berkunjung ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan, memiliki asuransi kesehatan yang baik, dan dapat membeli makanan sehat. Sebaliknya, individu dengan status sosial ekonomi rendah mungkin tidak mampu membayar biaya dokter, mengandalkan makanan cepat saji yang murah, dan kurang berolahraga karena jadwal kerja yang padat.
### 2. Pengaruh Budaya Terhadap Kebiasaan Kesehatan
Budaya masyarakat memiliki dampak besar pada kebiasaan kesehatan individu dan kelompok. Berikut beberapa cara budaya dapat memengaruhi kesehatan:
– **Tradisi Makanan**: Beberapa budaya memiliki tradisi makanan yang mengutamakan bahan alami dan sehat, sementara yang lain mungkin lebih sering mengonsumsi makanan olahan. Misalnya, budaya Mediterania, yang menekankan konsumsi sayuran, ikan, dan minyak zaitun, berkontribusi pada kesehatan jantung yang lebih baik dibandingkan dengan budaya yang lebih banyak mengonsumsi daging merah dan makanan olahan.
– **Pandangan Terhadap Kesehatan**: Dalam beberapa budaya, ada kepercayaan kuat terhadap pengobatan tradisional yang bisa mempengaruhi keputusan untuk mencari perawatan medis modern. Misalnya, dalam budaya tertentu, orang mungkin lebih memilih herbal atau pengobatan alternatif daripada berkonsultasi dengan dokter untuk penyakit yang bisa diobati dengan obat-obatan modern.
### Contoh Kebiasaan Budaya
Misalnya, dalam budaya tertentu, ada kebiasaan merayakan acara dengan makanan kaya kalori dan gula. Ini bisa menyebabkan peningkatan risiko obesitas dan diabetes di kalangan kelompok tersebut. Sebaliknya, dalam budaya yang mempromosikan aktivitas fisik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti dalam kebiasaan bersepeda atau berjalan kaki, individu mungkin memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik dan risiko penyakit yang lebih rendah.
Dengan demikian, baik status sosial ekonomi maupun budaya memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan kesehatan dan akses terhadap layanan kesehatan.
1). – Pendapatan dan Akses ke Kesehatan
Pendapatan berperan penting dalam menentukan akses seseorang terhadap berbagai layanan kesehatan. Individu dengan pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik ke perawatan medis, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan berkualitas. Sebaliknya, mereka yang memiliki pendapatan lebih rendah sering kali mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan yang memadai, atau bahkan tidak mampu membayar biaya pengobatan.
Contoh:
Seorang pekerja dengan penghasilan rendah mungkin tidak mampu membeli asuransi kesehatan atau membayar biaya berobat. Akibatnya, ia lebih cenderung mengabaikan masalah kesehatan kecil yang kemudian bisa berkembang menjadi penyakit serius, sementara seseorang dengan pendapatan tinggi lebih mudah mengakses dokter dan mendapatkan perawatan yang diperlukan.
– Pendidikan dan Pemahaman Kesehatan
Tingkat pendidikan seseorang juga sangat mempengaruhi cara mereka memahami dan merawat kesehatan mereka. Orang yang lebih terdidik umumnya lebih sadar akan pentingnya gaya hidup sehat, seperti makan dengan gizi seimbang, berolahraga, dan rutin memeriksakan kesehatan. Sebaliknya, mereka yang kurang terdidik mungkin kurang paham tentang cara menjaga kesehatan atau mengenali gejala-gejala penyakit yang perlu mendapatkan perhatian medis.
Contoh:
Seorang yang berpendidikan tinggi mungkin tahu cara mengelola stres dan menjaga pola makan sehat, sementara seseorang dengan pendidikan rendah mungkin tidak mengetahui pentingnya olahraga atau makan makanan bergizi, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi.
– Jenis Pekerjaan dan Paparan Risiko Kesehatan
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang juga berhubungan dengan kesehatan mereka. Pekerjaan dengan tingkat stres tinggi, jam kerja panjang, atau paparan bahan kimia berbahaya cenderung berdampak buruk pada kesehatan. Sebaliknya, pekerjaan dengan lingkungan yang lebih aman dan lebih sedikit stres cenderung lebih mendukung kesehatan yang baik.
Contoh:
Seorang buruh pabrik yang bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi terpapar bahan kimia berbahaya mungkin menghadapi masalah kesehatan jangka panjang seperti gangguan pernapasan. Di sisi lain, seseorang yang bekerja di kantor dengan lingkungan yang lebih aman dan tidak terlalu stres mungkin memiliki peluang lebih baik untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.
– Kebiasaan Hidup dan Lingkungan Sosial
Status sosial ekonomi juga mempengaruhi kebiasaan hidup. Individu dengan status sosial ekonomi lebih tinggi sering kali memiliki lebih banyak pilihan dan sumber daya untuk menjalani gaya hidup sehat, seperti berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, dan mengelola stres. Sebaliknya, individu dengan pendapatan rendah atau pendidikan rendah mungkin tinggal di lingkungan dengan akses terbatas ke fasilitas olahraga, makanan sehat, atau dukungan sosial yang penting untuk kesehatan mental dan fisik.
Contoh:
Seorang yang tinggal di lingkungan perkotaan dengan akses mudah ke pusat kebugaran dan restoran sehat akan lebih mudah untuk berolahraga dan makan dengan sehat. Sebaliknya, seseorang yang tinggal di daerah dengan fasilitas terbatas dan makanan murah yang kurang bergizi mungkin lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji dan kurang aktif secara fisik.
2). Budaya suatu masyarakat memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan kesehatan individu atau kelompok. Nilai-nilai budaya, tradisi, dan norma yang ada dalam masyarakat dapat memengaruhi sikap dan perilaku terhadap kesehatan, serta cara masyarakat memandang dan menangani penyakit. Kebiasaan budaya tertentu dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap kesehatan, tergantung pada bagaimana kebiasaan tersebut berhubungan dengan gaya hidup, pola makan, kebersihan, dan akses terhadap perawatan medis.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana budaya dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan dan dampaknya terhadap individu atau kelompok dalam masyarakat:
1. Pandangan terhadap Makanan dan Diet
Setiap budaya memiliki pola makan dan jenis makanan tertentu yang sering dikonsumsi. Beberapa budaya menganut tradisi makan tertentu yang dapat berdampak positif atau negatif terhadap kesehatan.
Contoh positif:
Dalam budaya Mediterania, yang dikenal dengan pola makan berbasis sayuran, biji-bijian, ikan, dan minyak zaitun, banyak penelitian menunjukkan bahwa pola makan ini dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan stroke. Budaya Mediterania sangat menghargai makanan yang tidak diproses dan kaya akan gizi.
Contoh negatif:
Beberapa budaya mungkin mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, garam, dan gula sebagai bagian dari tradisi mereka. Misalnya, konsumsi makanan gorengan dan daging berlemak yang berlebihan dalam beberapa budaya bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan penyakit jantung.
2. Pemahaman dan Praktik tentang Pengobatan Tradisional
Di banyak masyarakat, pengobatan tradisional dan alternatif masih digunakan bersamaan dengan pengobatan modern. Pandangan budaya terhadap pengobatan ini dapat memengaruhi sejauh mana seseorang mencari perawatan medis atau mengikuti saran dari tenaga medis.
Contoh:
Di beberapa budaya Asia, pengobatan tradisional seperti akupunktur, ramuan herbal, dan pijat adalah bagian integral dari perawatan kesehatan. Misalnya, banyak orang di China atau Jepang menganggap akupunktur sebagai cara efektif untuk mengurangi rasa sakit atau mengatasi masalah kesehatan tertentu. Ini bisa berdampak positif bila digunakan untuk melengkapi perawatan medis konvensional.
Namun, jika budaya tertentu menilai bahwa pengobatan tradisional lebih efektif daripada pengobatan medis modern, ini bisa berbahaya. Misalnya, jika seseorang menghindari vaksinasi atau pengobatan medis yang terbukti efektif karena lebih mempercayai metode pengobatan tradisional, maka itu bisa berisiko memperburuk kesehatan atau memperpanjang penyakit.
3. Kebiasaan dalam Aktivitas Fisik dan Olahraga
Budaya juga berperan dalam memengaruhi kebiasaan fisik, seperti kebiasaan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik. Beberapa budaya memiliki tradisi yang mendukung aktivitas fisik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, sementara yang lain mungkin tidak terlalu menekankan pentingnya aktivitas fisik.
Contoh positif:
Di beberapa budaya, seperti di negara-negara Nordic (Swedia, Finlandia), berjalan kaki, bersepeda, dan aktivitas fisik lainnya adalah bagian dari rutinitas harian. Banyak masyarakat di sana memiliki pola hidup aktif yang berkontribusi pada kesehatan jantung yang lebih baik, penurunan angka obesitas, dan harapan hidup yang lebih panjang.
Contoh negatif:
Di beberapa budaya yang lebih menekankan pekerjaan fisik yang berat atau sebaliknya, gaya hidup yang lebih sedentari (misalnya, lebih banyak duduk atau bekerja di depan komputer), kurangnya aktivitas fisik bisa menjadi masalah. Di negara-negara berkembang yang memiliki urbanisasi tinggi, perubahan gaya hidup yang lebih modern dan kurang aktif bisa meningkatkan prevalensi penyakit seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
4. Pandangan terhadap Kesehatan Mental
Pandangan budaya tentang kesehatan mental sangat bervariasi. Di beberapa budaya, masalah kesehatan mental masih dianggap tabu atau tidak dibicarakan secara terbuka, sementara di budaya lain, ada kesadaran yang lebih tinggi dan penerimaan terhadap pentingnya kesehatan mental.
Contoh negatif:
Di banyak masyarakat, terutama di beberapa budaya Asia dan Timur Tengah, ada stigma terhadap gangguan mental, seperti depresi atau kecemasan. Seseorang yang mengalaminya mungkin merasa malu atau takut untuk mencari bantuan medis atau psikologis karena dianggap sebagai tanda kelemahan atau kegagalan. Hal ini bisa memperburuk kondisi kesehatan mental, karena individu lebih cenderung untuk menyembunyikan masalah mereka atau mencari solusi alternatif yang tidak efektif.
Contoh positif:
Di masyarakat Barat, meskipun stigma terhadap kesehatan mental masih ada, ada tren yang berkembang untuk lebih menerima dan mendukung terapi psikologis dan konseling. Pandangan yang lebih terbuka terhadap perawatan kesehatan mental dapat membantu individu mengatasi masalah mental lebih cepat dan lebih efektif.
5. Norma Sosial tentang Merokok dan Konsumsi Alkohol
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga sangat dipengaruhi oleh budaya. Di beberapa budaya, merokok atau minum alkohol adalah bagian dari kehidupan sosial, sedangkan di budaya lain, kebiasaan ini mungkin dianggap tidak pantas atau tidak diterima.
Contoh negatif:
Di banyak budaya, merokok adalah kebiasaan sosial yang diterima dan bahkan dipromosikan dalam iklan dan media. Ini dapat berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, meningkatkan angka penyakit pernapasan, kanker paru-paru, dan penyakit kardiovaskular.
Contoh positif:
Beberapa budaya, seperti budaya India, memiliki tradisi yang kuat dalam ayurveda yang menekankan kebiasaan hidup sehat, menghindari alkohol, dan merokok. Budaya ini mendorong pola hidup yang lebih bersih dan sehat, yang dapat mengurangi risiko penyakit kronis.
Kesimpulan
Budaya memiliki dampak yang signifikan terhadap kebiasaan kesehatan individu dan kelompok dalam masyarakat. Kebiasaan budaya dapat mendukung perilaku sehat, seperti pola makan bergizi, aktivitas fisik, dan pemahaman kesehatan mental yang positif. Namun, kebiasaan budaya juga bisa memperburuk kesehatan jika tidak sejalan dengan pedoman kesehatan yang berdasarkan bukti ilmiah, seperti kebiasaan makan yang buruk, kurangnya pemahaman tentang pengobatan medis, atau stigma terhadap penyakit mental. Oleh karena itu, penting untuk menyadari peran budaya dalam kesehatan dan mencari cara untuk menggabungkan kebiasaan budaya yang positif dengan praktik kesehatan yang modern dan berbasis bukti.
1. A. PENDAPATAN seseorang yang tinggi bisa mempengerahui kesehatan seseorang, karena dengan pendapatan yang tinggi seseorang cenderung mendapatkan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan serta bisa mendapatkan makanan yang bergizi dan
mengikuti gaya hidup sehat.
contohnya : seseorang yang pedappatannya lebih rendah tidak bisa membeli makanan yang organik atau makanan bergizi yang mahal , karena mereka yang berpendapatan rendah hanya bisa membeli makanan yang kurang memadai misalnya makanan
cepat saji yang tidak diketahui jumlah kadar kandungan apa saja yang terdapat di dalam makanan tersebut, yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit.
B. PENDIDIKAN yang tinggi dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya gaya hidup sehat dan cara menjaga kesehatan. Pendidikan yang lebih rendah sering kali terkait dengan kebiasaan hidup yang kurang sehat dan kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan Dirinya sendiri.
contohnya : Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, seperti yang hanya memiliki pendidikan sekolah dasar atau menengah, mungkin kurang memiliki pemahaman tentang pentingnya pola makan sehat dan gaya hidup sehat, mereka
mungkin tidak menyadari dampak buruk dari kebiasaan merokok, minum alkohol berlebihan, atau kurangnya olahraga terhadap kesehatan jangka panjang.
c. PEKERJAAN dengan jam kerja yang fleksibel atau yang memungkinkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat meningkatkan kesehatan dengan menjaga kualitas tidur, kesehatan mental, dan fisik.
contohnya : Pekerja dengan jam kerja yang panjang atau shift malam, seperti seseorang yang bekerja di bidang kesehatan, transportasi, atau pabrik, dapat mengganggu pola tidur , olahraga, atau perawatan diri. Kurang tidur dan kurangnya waktu luang
dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti obesitas, gangguan metabolisme, dan penurunan kualitas hidup pekerja tersebut.
2. Budaya dapat mempengaruhi kebiasaan seseorang yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan seseorang, misalnya :
a. Kepercayaan terhadap Pengobatan: Dalam beberapa budaya, pengobatan tradisional atau spiritual lebih dihargai dibandingkan dengan pengobatan medis modern.
contohnya ; beberapa komunitas di Indonesia, masyarakat masih menggunakan ramuan tradisional atau jamu sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan.
b. Pengaruh Agama terhadap Kesehatan : Beberapa agama memiliki praktik yang dapat mempengaruhi kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
contohnya : dalam agama Hindu dan Budha, meditasi dan yoga sering dipraktikkan untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik. sedangkan, Di agama Islam puasa selama bulan Ramadan dapat memberikan manfaat kesehatan jika dilakukan dengan
benar. Namun, jika tidak dilakukan dengan hati-hati, bisa menyebabkan masalah kesehatan, seperti dehidrasi atau gangguan metabolisme.
1. Status sosial ekonomi memengaruhi kesehatan individu melalui beberapa mekanisme yang berkaitan dengan akses terhadap sumber daya, pengetahuan, dan lingkungan hidup. Berikut adalah penjelasan dan contoh sederhana untuk memahami dampaknya:
A. Pendapatan:
a. Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan individu memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, tempat tinggal yang layak, dan akses ke layanan kesehatan berkualitas.
b. Pendapatan rendah sering kali memaksa individu untuk tinggal di lingkungan kurang sehat (misalnya, dekat dengan polusi atau tempat kerja berbahaya).
B. Pendidikan:
a. Tingkat pendidikan menentukan pengetahuan tentang perilaku hidup sehat (seperti pentingnya olahraga, diet seimbang, dan tidak merokok).
b. Orang berpendidikan cenderung lebih sadar akan tanda-tanda penyakit dan lebih cepat mencari bantuan medis.
C. Pekerjaan:
a. Pekerjaan yang stabil dan layak sering kali menyediakan asuransi kesehatan atau fasilitas medis bagi karyawan.
b. Pekerjaan berisiko tinggi (misalnya, di pabrik kimia atau konstruksi) dapat meningkatkan paparan terhadap bahaya fisik dan kesehatan.
Dampak Perbedaan Status Sosial Ekonomi pada Kebiasaan Hidup dan Akses Layanan Kesehatan
A. Gaya Hidup:
a. Keluarga berstatus ekonomi tinggi: Biasanya mampu menyediakan makanan bergizi, berlangganan keanggotaan gym, atau memiliki waktu luang untuk berolahraga.
b. Keluarga berstatus ekonomi rendah: Lebih rentan mengadopsi kebiasaan hidup tidak sehat seperti pola makan tinggi karbohidrat murah, kurang olahraga karena harus bekerja lebih lama, atau terpapar polusi lingkungan.
B. Akses terhadap Layanan Kesehatan:
a. Status ekonomi tinggi: Dapat memilih rumah sakit swasta dengan fasilitas lengkap atau dokter spesialis terbaik.
b. Status ekonomi rendah: Sering kali hanya bergantung pada fasilitas kesehatan dasar dengan keterbatasan obat atau dokter, bahkan harus antre lama untuk mendapatkan layanan.
Contoh :
a. Seorang buruh harian dengan pendapatan rendah, memiliki anak yang sering sakit karena gizi buruk. Seorang buruh tersebut tidak membawa anaknya ke dokter karena biaya pengobatan tinggi.
b. Seorang pengusaha dengan penghasilan tinggi, secara rutin membawa anaknya ke dokter untuk imunisasi dan cek kesehatan, sehingga anaknya tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit.
Perbedaan ini menunjukkan bagaimana status sosial ekonomi secara langsung memengaruhi kesehatan individu dan keluarganya.
2. Budaya dapat berperan sebagai pelindung kesehatan atau justru meningkatkan risiko terhadap masalah kesehatan. Oleh karena itu, pendekatan kesehatan masyarakat perlu mempertimbangkan kearifan lokal dan budaya masyarakat. Edukasi kesehatan yang sensitif terhadap nilai-nilai budaya akan lebih efektif dalam mengubah kebiasaan yang kurang sehat tanpa menimbulkan resistensi.
A. Pengaruh Budaya terhadap Kebiasaan Kesehatan
a. Kepercayaan Tradisional: Beberapa masyarakat mempercayai pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, seperti jamu atau ramuan herbal, dan cenderung mengandalkan hal ini sebelum mencari layanan kesehatan modern.
b. Nilai-nilai Sosial: Pandangan terhadap gender atau peran dalam keluarga dapat memengaruhi akses terhadap layanan kesehatan. Misalnya, dalam beberapa budaya, perempuan mungkin memiliki keterbatasan dalam mengakses fasilitas kesehatan tanpa izin dari kepala keluarga.
c. Kebiasaan Makanan: Budaya menentukan pola makan, seperti jenis makanan yang dikonsumsi, cara memasak, dan frekuensi makan, yang semuanya dapat berdampak langsung pada kesehatan.
d. Persepsi tentang Penyakit: Dalam beberapa budaya, penyakit tertentu dianggap tabu atau sebagai kutukan, sehingga penderitanya enggan mencari pengobatan karena takut stigma atau diskriminasi.
e. Ritual dan Kepercayaan Religius: Kepercayaan agama sering kali memengaruhi sikap terhadap intervensi medis, seperti larangan menerima transfusi darah atau menolak vaksinasi tertentu.
B. Contoh Pengaruh Budaya terhadap Kesehatan
a. Kebiasaan Konsumsi Makanan:
Masyarakat Minangkabau: Masakan khas seperti rendang dan gulai memiliki kandungan lemak tinggi. Jika dikonsumsi berlebihan tanpa pola hidup aktif, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Masyarakat Jepang: Kebiasaan makan ikan dan makanan rendah lemak mendukung kesehatan jantung dan umur panjang.
b. Kepercayaan terhadap Pengobatan Tradisional: Di Indonesia, banyak masyarakat masih mengandalkan dukun atau tabib tradisional untuk mengobati penyakit, termasuk penyakit serius seperti diabetes atau hipertensi. Hal ini bisa mengakibatkan keterlambatan dalam mendapatkan pengobatan medis yang lebih efektif.
c. Praktik Keagamaan: Dalam beberapa kelompok religius, seperti penganut tertentu yang menolak vaksinasi karena alasan spiritual, dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular di komunitas tersebut.
d. Tabu terhadap Kesehatan Reproduksi: Dalam beberapa budaya, diskusi tentang kesehatan reproduksi dianggap tabu, sehingga akses remaja terhadap informasi tentang kontrasepsi atau pencegahan penyakit menular seksual menjadi sangat terbatas.
e. Ritual Kebersihan: Masyarakat Hindu di India: Praktik mencuci tangan dan kaki sebelum memasuki rumah atau tempat suci membantu mencegah penyebaran penyakit. Sebaliknya, di beberapa daerah dengan kepercayaan tertentu, praktik penggunaan sumber air yang sama untuk berbagai kebutuhan dapat meningkatkan risiko penyakit akibat sanitasi buruk.
C. Dampak Kebiasaan Budaya pada Kesehatan
a. Positif: Budaya yang mendukung gaya hidup sehat, seperti makan bersama dengan makanan bergizi atau kebiasaan rutin berolahraga, meningkatkan kesehatan masyarakat. Contoh: Masyarakat Mediterania memiliki pola makan kaya buah, sayur, dan minyak zaitun yang terbukti menyehatkan.
b. Negatif: Budaya yang mendukung kebiasaan tidak sehat, seperti merokok sebagai tanda kejantanan dalam beberapa kelompok, meningkatkan risiko penyakit seperti kanker paru-paru atau penyakit jantung. Contoh: Konsumsi pinang dan sirih di beberapa daerah Asia Tenggara dapat menyebabkan kanker mulut akibat zat kimia berbahaya dalam pinang.
1. a). Pendapatan: Pendapatan yang rendah cenderung mengurangi akses seseorang terhadap berbagai faktor yang mendukung kesehatan, seperti makanan sehat, perawatan medis, dan tempat tinggal yang layak. Orang dengan pendapatan rendah mungkin lebih sulit membeli makanan bergizi dan seringkali lebih mengandalkan makanan murah dan cepat saji yang tidak sehat. Mereka juga mungkin tidak mampu membayar perawatan medis yang diperlukan atau asuransi kesehatan, sehingga lebih sulit untuk mendapatkan pengobatan atau pemeriksaan rutin.
Contoh: Seorang individu dengan pendapatan rendah mungkin lebih memilih untuk makan makanan yang lebih murah seperti mie instan, yang tinggi garam dan kalori namun kurang nutrisi, daripada membeli sayur dan buah yang lebih mahal. Akibatnya, mereka lebih berisiko terkena penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
b). Pendidikan: pendidikan yang berhubungan dengan pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan, perilaku pencegahan, dan cara mengelola penyakit. Individu yang lebih terdidik biasanya lebih mampu mengakses informasi kesehatan yang akurat dan membuat keputusan yang lebih baik mengenai gaya hidup sehat, seperti pola makan, kebiasaan olahraga, dan pemeriksaan medis.
Contoh: Seseorang dengan pendidikan tinggi mungkin lebih cenderung untuk mengikuti saran medis mengenai pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan mengikuti pemeriksaan kesehatan rutin, sementara orang dengan pendidikan rendah mungkin kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya menjaga kesehatan dan lebih jarang pergi ke dokter.
c). Pekerjaan: seseorang juga berpengaruh besar terhadap kesehatan. Pekerjaan yang berat secara fisik atau berisiko tinggi (seperti di industri konstruksi atau pabrik) dapat menyebabkan cedera atau masalah kesehatan jangka panjang. Selain itu, pekerjaan dengan stres tinggi atau jam kerja yang panjang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang. Pekerjaan yang tidak stabil atau tanpa jaminan kesehatan juga dapat menghalangi akses seseorang terhadap pengobatan yang dibutuhkan.
Contoh: Pekerja konstruksi yang memiliki pekerjaan fisik berat dan berisiko cedera lebih tinggi mungkin menghadapi masalah kesehatan seperti sakit punggung, cedera otot, atau gangguan pernapasan akibat paparan bahan kimia. Di sisi lain, mereka mungkin tidak memiliki asuransi kesehatan yang memadai untuk menangani perawatan medis jangka panjang.
2. a). Pola Makan dan Gaya Hidup Budaya sering menentukan jenis makanan yang dikonsumsi dan cara orang memandang makanan sehat atau tidak sehat. Makanan tradisional yang digemari dalam budaya tertentu bisa memiliki manfaat kesehatan atau sebaliknya, bisa meningkatkan risiko penyakit tertentu.
contoh: pola makan yang kaya akan buah, sayuran, ikan, minyak zaitun, dan kacang-kacangan dikenal sebagai salah satu pola makan yang paling sehat di dunia.
Penelitian menunjukkan bahwa pola makan ini dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke, serta meningkatkan umur panjang. Masyarakat yang mengadopsi pola makan ini lebih cenderung untuk menghindari makanan olahan dan makan dengan cara yang lebih seimbang. di banyak negara Barat, pola makan yang tinggi kalori, lemak jenuh, dan gula (misalnya, makanan cepat saji dan camilan manis) sangat umum. Meskipun ini bisa menjadi kebiasaan sosial yang menyenangkan, pola makan tersebut meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
b). Penggunaan Pengobatan Tradisional
Di banyak masyarakat, pengobatan tradisional menjadi bagian integral dari budaya mereka. Pengobatan ini bisa berupa ramuan herbal, pijat, akupunktur, atau teknik penyembuhan lainnya yang sudah digunakan selama ratusan tahun. Meskipun beberapa pengobatan tradisional memiliki manfaat terbukti, ada juga risiko jika pengobatan ini digunakan tanpa pengawasan medis yang tepat.
contoh: Di negara-negara seperti China dan India, pengobatan tradisional (seperti akupunktur, penggunaan ramuan herbal, dan Ayurveda) memiliki tempat yang kuat dalam budaya mereka. Banyak orang menganggap pengobatan tradisional ini efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, terutama penyakit kronis atau gangguan fisik ringan.
c). Pandangan terhadap Kesehatan Mental
Budaya juga mempengaruhi bagaimana masyarakat memandang kesehatan mental. Dalam beberapa budaya, gangguan kesehatan mental sering dianggap sebagai aib atau stigma, yang dapat menghalangi individu untuk mencari perawatan atau dukungan.
contoh: Di beberapa negara Asia, seperti Jepang dan Korea, kesehatan mental sering dianggap sebagai masalah pribadi yang harus disembunyikan. Hal ini dapat menyebabkan banyak individu dengan gangguan mental (seperti depresi atau kecemasan) merasa malu untuk mencari bantuan profesional. Mereka mungkin lebih
memilih untuk mengatasi masalah mereka secara pribadi atau dengan dukungan keluarga, tetapi sering kali kurang mendapat pengobatan yang tepat.
1. – Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, perumahan yang layak dan layanan kesehatan yang berkualitas, sebaliknya, seseorang dengan pendapatan rendah seringkali kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, yang menyebabkan gizi buruk, stres, dan meningkatnya resiko penyakit kronis.
contoh: Orang dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan organik, makanan bergizi, tempat tinggal yang nyaman, layak, dan menjalani pemeriksaan rutin di fasilitas yang lengkap. Sebaliknya, mereka dengan pendapatan rendah mungkin mengandalkan makanan cepat saji karena lebih murah tetapi kurang sehat, dan menunda perawatan kesehatan karena kendala biaya.
– Pendidikan dapat mempengaruhi pemahaman seseorang tentang kesehatan, perilaku preventif, dan kemampuan mencari informasi medis yang valid. Seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kebiasaan hidup sehat, seperti berhenti merokok, berolahraga dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Contoh: Seseorang dengan pendidikan tinggi akan memahami pentingnya pola makan sehat, seimbang dan manajemen stres. Sebakilnya, individu dengan pendidikan rendah mungkin kurang menyadari bahaya merokok atau pentingnya vaksinasi.
– Pekerjaan akan mempengaruhi kesehatan seseorang melalui tingkat setres, risiko kecelakaan, dan akses ke asuransi kesehatan. Pekerjaan yang aman sering kali dikaitkan dengan kondisi fisik dan mental yang lebih baik dibandingkan denan pekerjaan yang berisiko tinggi atau tanpa perlindungan sosial.
Contoh: Seorang pegawai kantor dengan asuransi kesehatan dan lingkungan kerja yang nyaman cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik. Sebaliknya, pekerja kasar dengan kondisi kerja berisiko tinggi dan tanpa perlindungan sosial lebih rentan terhadap cedera dan penyakit.
2. Budaya suatu masyarakat sangat memengaruhi kebiasaan kesehatan di suatu daerah, karena budaya membentuk cara pandang, kepercayaan, dan praktik sehari-hari terkait kesehatan
Contoh : Pengobatan tradisional dan kepercayaan. Di daerah pedesaan masyarakat, mungkin lebih percaya ramuan herbal tabib atau dukun daripada dokter, yang bisa menyebabkan penundaan diagnosis dan pengobatan penyakit serius seperti kanker.
– Persepsi tentang Kesehatan Mental. Beberapa budaya masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang tabu, yang dapat menghambat individu mencari bantuan profesional
Contoh: Dalam beberapa budaya Asia,defresi atau gangguan kecemasan sering kali dianggap sebagai kelemahan pribadi, sehingga orang enggan mencari terapi psikologis, yang dapat memperburuk kondisi mereka.
– Kebersihan dan Sanitasi. Praktik kebersihan juga dipengaruhi oleh norma budaya, yang dapat berdampak pada penyabaran penyakit menular.
Contoh: Di beberapa daerah dengan budaya mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air, angka penyakit diare lebih rendah. Sebaliknya, di daerah yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan karena membuang sampah sembarangan, risiko penyakit seperti demam berdarah dan kolerta meningkat.
1. Status Sosial Ekonomi mempengaruhi Kesehatan, antara lain :
a. Pendapatan :
Mempengaruhi kehidupan sehari-hari agar berjalan baik dan seimbang. Dimana setiap orang akan memerlukan sandang pangan bergizi, Jaminan Kesehatan,
dan gaya hidup yang membutuhkan finansial atau pendapatan untuk memenuhi semuanya.
Contoh :
Seseorang dengan pendapatan rendah mungkin kesulitan membeli makanan bergizi dan terpaksa mengonsumsi makanan instant yang tinggi lemak dan gula, yang
dapat meningkatkan risiko yang tidak baik terhadap Kesehatan.
b. Pendidikan :
Dengan adanya Pendidikan akan mengajarkan setiap orang lebih paham akan kesehatan dan berprilaku sehat.
Contoh :
Individu dengan pendidikan tinggi lebih memahami pentingnya vaksinasi dan cenderung lebih teratur membawa anak-anaknya ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi.
c. Pekerjaan :
Setiap individu yang status sosial ekonomi rendah biasanya memiliki pekerjaan yang berat dan stress yang akan berpengaruh terhadap Kesehatan mental dan fisik
Contoh :
Seorang pekerja pabrik minyak yang terpapar bahan kimia berbahaya setiap hari memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit paru-paru dibandingkan seorang manajer
yang bekerja di kantor dengan lingkungan yang terkendali.
2. Pengaruh Budaya terhadap Kebiasaan Kesehatan
Budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan. Dimana konsep kesehatan, penyebab penyakit, pengobatan tradisional, pola makan,
aktivitas fisik, mencari pertolongan kesehatan yang tepat sasaran dan kepatuhan individu dalam pengobatan kesehatannya.
Contoh :
Pola Makan Vegetarianisme : Beberapa budaya menganut vegetarianisme karena alasan agama atau filosofi. Ini dapat berdampak positif pada kesehatan jantung dan
pencernaan.
1. – Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, perumahan yang layak dan layanan kesehatan yang berkualitas, sebaliknya, seseorang dengan pendapatan rendah seringkali kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, yang menyebabkan gizi buruk, stres, dan meningkatnya resiko penyakit kronis.
contoh: Orang dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan organik, makanan bergizi, tempat tinggal yang nyaman, layak, dan menjalani pemeriksaan rutin di fasilitas yang lengkap. Sebaliknya, mereka dengan pendapatan rendah mungkin mengandalkan makanan cepat saji karena lebih murah tetapi kurang sehat, dan menunda perawatan kesehatan karena kendala biaya.
– Pendidikan dapat mempengaruhi pemahaman seseorang tentang kesehatan, perilaku preventif, dan kemampuan mencari informasi medis yang valid. Seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kebiasaan hidup sehat, seperti berhenti merokok, berolahraga dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Contoh: Seseorang dengan pendidikan tinggi akan memahami pentingnya pola makan sehat, seimbang dan manajemen stres. Sebakilnya, individu dengan pendidikan rendah mungkin kurang menyadari bahaya merokok atau pentingnya vaksinasi.
– Pekerjaan akan mempengaruhi kesehatan seseorang melalui tingkat stres, risiko kecelakaan, dan akses ke asuransi kesehatan. Pekerjaan yang aman sering kali dikaitkan dengan kondisi fisik dan mental yang lebih baik dibandingkan denan pekerjaan yang berisiko tinggi atau tanpa perlindungan sosial.
Contoh: Seorang pegawai kantor dengan asuransi kesehatan dan lingkungan kerja yang nyaman cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik. Sebaliknya, pekerja kasar dengan kondisi kerja berisiko tinggi dan tanpa perlindungan sosial lebih rentan terhadap cedera dan penyakit.
2. Budaya suatu masyarakat sangat memengaruhi kebiasaan kesehatan di suatu daerah, karena budaya membentuk cara pandang, kepercayaan, dan praktik sehari-hari terkait kesehatan
Contoh : Pengobatan tradisional dan kepercayaan. Di daerah pedesaan masyarakat, mungkin lebih percaya ramuan herbal tabib atau dukun daripada dokter, yang bisa menyebabkan penundaan diagnosis dan pengobatan penyakit serius seperti kanker.
– Persepsi tentang Kesehatan Mental. Beberapa budaya masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang tabu, yang dapat menghambat individu mencari bantuan profesional
Contoh: Dalam beberapa budaya Asia,defresi atau gangguan kecemasan sering kali dianggap sebagai kelemahan pribadi, sehingga orang enggan mencari terapi psikologis, yang dapat memperburuk kondisi mereka.
– Kebersihan dan Sanitasi. Praktik kebersihan juga dipengaruhi oleh norma budaya, yang dapat berdampak pada penyabaran penyakit menular.
Contoh: Di beberapa daerah dengan budaya mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air, angka penyakit diare lebih rendah. Sebaliknya, di daerah yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan karena membuang sampah sembarangan, risiko penyakit seperti demam berdarah dan kolerta meningkat.
Balas
1.) – Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, perumahan yang layak dan layanan kesehatan yang berkualitas, sebaliknya, seseorang dengan pendapatan rendah seringkali kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, yang menyebabkan gizi buruk, stres, dan meningkatnya resiko penyakit kronis.
contoh: Orang dengan pendapatan tinggi dapat membeli makanan organik, makanan bergizi, tempat tinggal yang nyaman, layak, dan menjalani pemeriksaan rutin di fasilitas yang lengkap. Sebaliknya, mereka dengan pendapatan rendah mungkin mengandalkan makanan cepat saji karena lebih murah tetapi kurang sehat, dan menunda perawatan kesehatan karena kendala biaya.
– Pendidikan dapat mempengaruhi pemahaman seseorang tentang kesehatan, perilaku preventif, dan kemampuan mencari informasi medis yang valid. Seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kebiasaan hidup sehat, seperti berhenti merokok, berolahraga dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Contoh: Seseorang dengan pendidikan tinggi akan memahami pentingnya pola makan sehat, seimbang dan manajemen stres. Sebakilnya, individu dengan pendidikan rendah mungkin kurang menyadari bahaya merokok atau pentingnya vaksinasi.
– Pekerjaan akan mempengaruhi kesehatan seseorang melalui tingkat stres, risiko kecelakaan, dan akses ke asuransi kesehatan. Pekerjaan yang aman sering kali dikaitkan dengan kondisi fisik dan mental yang lebih baik dibandingkan denan pekerjaan yang berisiko tinggi atau tanpa perlindungan sosial.
Contoh: Seorang pegawai kantor dengan asuransi kesehatan dan lingkungan kerja yang nyaman cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik. Sebaliknya, pekerja kasar dengan kondisi kerja berisiko tinggi dan tanpa perlindungan sosial lebih rentan terhadap cedera dan penyakit.
2.) Budaya suatu masyarakat sangat memengaruhi kebiasaan kesehatan di suatu daerah, karena budaya membentuk cara pandang, kepercayaan, dan praktik sehari-hari terkait kesehatan
Contoh : Pengobatan tradisional dan kepercayaan. Di daerah pedesaan masyarakat, mungkin lebih percaya ramuan herbal tabib atau dukun daripada dokter, yang bisa menyebabkan penundaan diagnosis dan pengobatan penyakit serius seperti kanker.
– Persepsi tentang Kesehatan Mental. Beberapa budaya masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang tabu, yang dapat menghambat individu mencari bantuan profesional
Contoh: Dalam beberapa budaya Asia,defresi atau gangguan kecemasan sering kali dianggap sebagai kelemahan pribadi, sehingga orang enggan mencari terapi psikologis, yang dapat memperburuk kondisi mereka.
– Kebersihan dan Sanitasi. Praktik kebersihan juga dipengaruhi oleh norma budaya, yang dapat berdampak pada penyabaran penyakit menular.
Contoh: Di beberapa daerah dengan budaya mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air, angka penyakit diare lebih rendah. Sebaliknya, di daerah yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan karena membuang sampah sembarangan, risiko penyakit seperti demam berdarah dan kolerta meningkat.
1. Faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) terhadap kesehatan individu, dan kualitas hidup kesehatan seseorang antara lain:
* Pendapatan:
Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan individu untuk membeli makanan sehat, tinggal di lingkungan yang lebih aman dan bersih, serta mengakses layanan kesehatan yang lebih baik. Sebaliknya, individu dengan pendapatan rendah mungkin mengalami kesulitan dalam membeli makanan bergizi atau memperoleh layanan kesehatan yang diperlukan.
Contoh:
Seseorang dengan pendapatan tinggi mungkin bisa membeli makanan organik yang lebih sehat, mengunjungi dokter secara rutin, atau membeli obat-obatan yang diperlukan. Sementara itu, individu dengan pendapatan rendah mungkin hanya mampu membeli makanan cepat saji yang tidak bergizi atau bahkan tidak mampu membayar biaya pengobatan, sehingga cenderung mengabaikan masalah kesehatan.
* Pendidikan:
Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan individu untuk memahami informasi kesehatan, membuat keputusan yang lebih baik terkait gaya hidup, dan mencari perawatan medis ketika dibutuhkan. Orang yang lebih terdidik biasanya lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat, olahraga, dan pemeriksaan kesehatan berkala.
Contoh:
Individu dengan tingkat pendidikan tinggi mungkin lebih memahami pentingnya olahraga teratur dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok. Sebaliknya, individu dengan pendidikan lebih rendah mungkin kurang paham tentang risiko kesehatan yang terkait dengan kebiasaan tersebut, sehingga lebih mungkin mengabaikan tindakan pencegahan kesehatan.
*Pekerjaan:
Jenis pekerjaan juga mempengaruhi kesehatan. Pekerjaan yang lebih aman dan tidak berisiko (misalnya pekerjaan kantor) lebih mungkin mendukung kesehatan yang lebih baik. Sementara pekerjaan yang melibatkan risiko fisik atau paparan terhadap bahan berbahaya (seperti di pabrik atau konstruksi) dapat berdampak negatif pada kesehatan.
Contoh:
Pekerja kantoran yang memiliki jam kerja tetap dan kondisi kerja yang aman cenderung memiliki kesempatan untuk berolahraga setelah bekerja, tidur yang cukup, dan akses lebih mudah ke layanan medis. Di sisi lain, pekerja yang bekerja di sektor manufaktur atau konstruksi mungkin harus bekerja dalam kondisi yang keras, dengan jam kerja yang panjang dan lebih berisiko cedera, serta kemungkinan besar memiliki akses terbatas ke perawatan medis karena keterbatasan waktu dan sumber daya.
*Perbedaan Status Sosial Ekonomi dan Akses Kesehatan:
Perbedaan dalam status sosial ekonomi juga mempengaruhi akses terhadap layanan kesehatan. Individu dengan status sosial ekonomi lebih rendah mungkin menghadapi hambatan dalam mendapatkan perawatan medis yang diperlukan. Mereka mungkin tidak memiliki asuransi kesehatan, atau tidak mampu membayar biaya pemeriksaan kesehatan atau pengobatan. Di sisi lain, individu dengan SSE lebih tinggi cenderung memiliki asuransi kesehatan yang lebih baik, memungkinkan mereka untuk mendapatkan layanan medis berkualitas lebih tinggi dan lebih mudah diakses.
Contoh Kasus:
Seorang individu dengan SSE rendah mungkin tinggal di daerah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai atau terjangkau. Jika mereka sakit, mereka mungkin akan menunda perawatan karena masalah biaya atau jarak yang jauh. Sementara itu, individu dengan SSE tinggi, yang tinggal di kawasan yang lebih baik dan memiliki akses mudah ke rumah sakit atau klinik, akan lebih cepat mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
Secara keseluruhan, status sosial ekonomi memengaruhi gaya hidup, akses terhadap sumber daya, dan keputusan terkait kesehatan, yang semuanya dapat berdampak besar pada kesehatan individu.
2. Pengaruh budaya dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan antara lain :
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan :
*Pengaruh tradisi
Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif juga positif.
Contoh negatif : Masyarakat Desa Tanjung Limau masih mempercayai adat istiadat memantang makanan sepcrti ikan asin,cumi-cumi,sejumlah buah-buahan seperti nanas dan cempedak. Perempuan hamil tidak boleh keluar rumah pada sore hari menjelang magrib disebabkan keyakinan mahluk halus yang mengganggu. Tujuan dari pantangan tersebut menghindari kesulitan saat persalinan dan juga demi keselamatan bayi yang akan dilahirkan. Masyarakat di Desa ini juga lebih meyakini melakukan proses persalinan bersama dukun dibandingkan dengan bidan.
Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
*Sikap fatalistis
Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) dan meyakini kepercayaan tersebut sehingga menolak diberikan pertolongan kesehatan.
*Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras merah daripada beras putih.
*Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang menggunakan vitsin pada makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.
*Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : beberapa daerah di perkotaan menghindari makanan berbahan ketela karena menganggap ketela tidak layak untuk orang metropolitan.
*Pengaruh norma
Contoh : di beberapa desa tertentu yang primitive menolak kedatangan orang lain termasuk tenaga kesehatan. Mereka menganggap adanya orang dari luar alias orang asing termasuk melanggar norma adat istiadat setempat.
*Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
Kesimpulan:
Budaya memengaruhi kebiasaan kesehatan melalui pola makan, cara pandang terhadap penyakit, kebiasaan olahraga, serta norma sosial dalam merawat kesehatan. Faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada kesehatan individu atau kelompok, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu, penting untuk memahami budaya dalam merancang program kesehatan atau intervensi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.
1. Status Sosial Ekonomi mempengaruhi Kesehatan, antara lain :
a. Pendapatan :
Mempengaruhi kehidupan sehari-hari agar berjalan baik dan seimbang. Dimana setiap orang akan memerlukan sandang pangan bergizi, Jaminan Kesehatan,
dan gaya hidup yang membutuhkan finansial atau pendapatan untuk memenuhi semuanya.
Contoh :
Seseorang dengan pendapatan rendah mungkin kesulitan membeli makanan bergizi dan terpaksa mengonsumsi makanan instant yang tinggi lemak dan gula, yang
dapat meningkatkan risiko yang tidak baik terhadap Kesehatan.
b. Pendidikan :
Dengan adanya Pendidikan akan mengajarkan setiap orang lebih paham akan kesehatan dan berprilaku sehat.
Contoh :
Individu dengan pendidikan tinggi lebih memahami pentingnya vaksinasi dan cenderung lebih teratur membawa anak-anaknya ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi.
c. Pekerjaan :
Setiap individu yang status sosial ekonomi rendah biasanya memiliki pekerjaan yang berat dan stress yang akan berpengaruh terhadap Kesehatan mental dan fisik
Contoh :
Seorang pekerja pabrik minyak yang terpapar bahan kimia berbahaya setiap hari memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit paru-paru dibandingkan seorang manajer
yang bekerja di kantor dengan lingkungan yang terkendali.
2. Pengaruh Budaya terhadap Kebiasaan Kesehatan
Budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan. Dimana konsep kesehatan, penyebab penyakit, pengobatan tradisional, pola makan,
aktivitas fisik, mencari pertolongan kesehatan yang tepat sasaran dan kepatuhan individu dalam pengobatan kesehatannya.
Contoh :
Pola Makan Vegetarianisme : Beberapa budaya menganut vegetarianisme karena alasan agama atau filosofi. Ini dapat berdampak positif pada kesehatan jantung dan pencernaan.
NAMA : UTIN TIARA DAMARANTI
NPM :
PRODI :
SOAL DAN JAWABAN :
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
Jawaban :
* Pendapatan yang lebih tinggi sering kali berhubungan dengan kemampuan untuk mengakses layanan kesehatan berkualitas. Individu dengan pendapatan rendah mungkin tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan atau asuransi kesehatan, yang dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pengobatan atau bahkan tidak mendapatkan perawatan sama sekali. Sebagai contoh seseorang dari keluarga berpenghasilan rendah mungkin tidak dapat membeli obat-obatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi kesehatan kronis, sedangkan individu dengan pendapatan tinggi dapat dengan mudah mengakses perawatan medis dan obat-obatan yang mereka butuhkan.
* Pendidikan :Pendidikan juga berperan penting dalam menentukan status sosial ekonomi dan kesehatan. Individu yang lebih terdidik cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan dan gaya hidup sehat. Mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku pencegahan, seperti pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi. Sebaliknya, individu dengan tingkat pendidikan rendah mungkin kurang menyadari pentingnya perawatan kesehatan preventif, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius di kemudian hari.
– Pekerjann: Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang juga memengaruhi kesehatan. Pekerjaan dengan status tinggi biasanya menawarkan manfaat kesehatan yang lebih baik, seperti asuransi kesehatan dan cuti sakit. Di sisi lain, pekerjaan dengan status rendah sering kali tidak memberikan perlindungan tersebut dan mungkin melibatkan kondisi kerja yang berbahaya atau stres tinggi. Misalnya, pekerja di sektor informal atau dengan kontrak sementara sering kali tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang memadai, sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan.
* Contoh : salah satu individu berasal dari keluarga kaya dengan pendidikan tinggi dan bekerja sebagai dokter. Ia memiliki akses penuh dari layanan kesehatan berkualitas dan mampu menjaga gaya hidup sehat melalui pola makan yang baik dan olahraga teratur. Sedangkan salah satu individu lainnya, berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan rendah dan bekerja sebagai buruh harian. Ia sering kali tidak memiliki asuransi kesehatan dan sulit untuk mendapatkan perawatan medis ketika sakit. Akibatnya, ia mungkin mengabaikan gejala penyakit hingga menjadi parah. Perbedaan dalam status sosial ekonomi ini jelas mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan masing-masing individu. Individu satu memiliki peluang lebih besar untuk hidup sehat dan mendapatkan perawatan medis yang diperlukan dibandingkan individu lainnya.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
Jawaban :
* Budaya suatu masyarakat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan kesehatan individu dan kelompok, seperti :
*Pola makan, Budaya sering kali menentukan jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Misalnya, di beberapa daerah di Indonesia, ada tradisi mengonsumsi makanan tertentu yang kaya akan karbohidrat dan rendah protein. Kebiasaan ini dapat menyebabkan masalah gizi seperti malnutrisi, terutama pada anak-anak.
* Perilaku hidup sehat : Budaya juga mempengaruhi kebiasaan hidup sehat seperti olahraga dan kebersihan. Di Indonesia, gerakan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat dengan mendorong aktivitas fisik dan pola makan sehat. Namun, jika budaya tidak mendukung perilaku ini, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya olahraga, maka kesehatan masyarakat dapat terpengaruh negatif.
*Akses terhadap layanan kesehatan, Dalam beberapa budaya, ada kecenderungan untuk mengandalkan pengobatan tradisional atau ritual daripada mencari perawatan medis modern. Misalnya, tradisi “Maccani-cani” di Kabupaten Barru melibatkan praktik ritual yang bertujuan untuk penyucian diri dan permohonan keselamatan. Meskipun memiliki nilai solidaritas, praktik ini dapat mengabaikan aspek-aspek penting dari kesehatan seperti nutrisi dan kebersihan.
* Stigma dan isolasi, Beberapa budaya mungkin menganggap penyakit tertentu sebagai aib atau akibat dari kesalahan individu, sehingga orang yang sakit cenderung diisolasi. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka karena kurangnya dukungan sosial dan akses ke perawatan.
* Contoh : kebiasaan menyusui, Di beberapa komunitas, ada kebiasaan menyusui bayi hingga usia yang lebih lama sebagai bentuk perlindungan. Namun, jika ibu tidak memiliki cukup ASI atau pengetahuan tentang nutrisi tambahan yang diperlukan bayi, hal ini dapat menyebabkan malnutrisi.
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
JAWAB :
1. Pendapatan:
• Akses terhadap makanan sehat: Individu dengan pendapatan tinggi cenderung memiliki akses lebih besar terhadap makanan segar, buah-buahan, dan sayuran. Makanan-makanan ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebaliknya, mereka yang berpendapatan rendah seringkali lebih mengandalkan makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan lemak jenuh, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis.
• Lingkungan tempat tinggal: Orang dengan pendapatan tinggi cenderung tinggal di lingkungan yang lebih bersih dan aman, dengan akses yang lebih baik terhadap fasilitas umum seperti taman dan ruang terbuka hijau. Lingkungan yang sehat dapat mendukung gaya hidup aktif dan mengurangi paparan terhadap polutan.
2. Pendidikan:
• Pengetahuan tentang kesehatan: Pendidikan yang lebih tinggi seringkali dikaitkan dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga kesehatan, seperti pola makan sehat, olahraga teratur, dan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.
• Pilihan pekerjaan: Individu dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan yang lebih stabil dan dengan manfaat kesehatan yang lebih baik.
3. Pekerjaan:
• Kondisi kerja: Pekerjaan yang menuntut fisik yang berat atau paparan terhadap bahan kimia berbahaya dapat meningkatkan risiko cedera dan penyakit.
• Stres kerja: Tingkat stres yang tinggi di tempat kerja dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik.
Contoh Sederhana:
Bayangkan ada dua orang, Andi dan Budi. Andi berasal dari keluarga kaya, memiliki pendidikan tinggi, dan bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji yang sangat baik. Budi, di sisi lain, berasal dari keluarga miskin, hanya lulusan sekolah menengah pertama, dan bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji minim.
• Kebiasaan hidup: Andi cenderung memiliki waktu luang untuk berolahraga, memasak makanan sehat di rumah, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Budi, karena tuntutan pekerjaan dan keterbatasan waktu, lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga.
• Akses terhadap layanan kesehatan: Andi memiliki asuransi kesehatan yang lengkap, sehingga ia dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan berkualitas tinggi. Budi, karena keterbatasan biaya, mungkin menunda atau bahkan menghindari pergi ke dokter ketika sakit.
Akibatnya:
Dalam jangka panjang, perbedaan dalam status sosial ekonomi ini dapat menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam kesehatan antara Andi dan Budi. Andi cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terkena penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Sebaliknya, Budi lebih berisiko mengalami masalah kesehatan yang terkait dengan gaya hidup tidak sehat dan kurangnya akses terhadap perawatan kesehatan.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
JAWAB :
Pengaruh Budaya terhadap Kebiasaan Kesehatan
Budaya, sebagai sistem nilai, kepercayaan, dan praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kebiasaan kesehatan. Berikut beberapa cara budaya dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan:
1. Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit:
o Definisi kesehatan: Setiap budaya memiliki definisi kesehatan yang berbeda-beda. Ada yang menganggap kesehatan semata-mata sebagai ketiadaan penyakit, sementara yang lain melihat kesehatan sebagai keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
o Penyebab penyakit: Budaya juga memiliki pandangan yang berbeda tentang penyebab penyakit. Ada yang percaya pada penyebab supernatural, sementara yang lain lebih percaya pada faktor biologis dan lingkungan.
2. Praktik Kesehatan:
o Pengobatan tradisional: Banyak budaya memiliki sistem pengobatan tradisional yang unik, yang mungkin melibatkan penggunaan tanaman obat, akupunktur, atau praktik spiritual.
o Pola makan: Budaya sangat mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan cara makanan disiapkan.
o Aktivitas fisik: Tingkat aktivitas fisik yang dianggap normal bervariasi antar budaya.
3. Perilaku Kesehatan:
o Mencari perawatan medis: Budaya dapat mempengaruhi seberapa cepat seseorang mencari perawatan medis ketika sakit.
o Kepatuhan terhadap pengobatan: Budaya juga dapat mempengaruhi seberapa patuh seseorang terhadap pengobatan yang diresepkan oleh dokter.
Contoh Pengaruh Budaya terhadap Kesehatan
1. Pola Makan:
o Diet Mediterania: Diet ini, yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan minyak zaitun, telah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah. Pola makan ini sangat umum di negara-negara Mediterania, yang mencerminkan budaya dan gaya hidup mereka.
o Diet tinggi garam: Di beberapa budaya, makanan asin merupakan bagian penting dari diet sehari-hari. Konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.
2. Praktik Kesehatan:
o Penggunaan jamu: Di Indonesia, penggunaan jamu sebagai pengobatan tradisional sangatlah umum. Jamu dipercaya dapat meningkatkan kesehatan dan mengatasi berbagai penyakit.
o Perawatan bayi: Cara merawat bayi baru lahir sangat bervariasi antar budaya. Beberapa budaya menganjurkan bayi untuk sering digendong, sementara yang lain menganjurkan bayi untuk tidur sendiri.
3. Perilaku Kesehatan:
o Merokok: Tingkat prevalensi merokok bervariasi antar budaya, dipengaruhi oleh norma sosial, iklan, dan ketersediaan produk tembakau.
o Konsumsi alkohol: Budaya juga mempengaruhi pola konsumsi alkohol. Beberapa budaya menganggap konsumsi alkohol sebagai bagian dari acara sosial, sementara yang lain melarang konsumsi alkohol sama sekali.
Implikasi bagi Kesehatan Masyarakat
Memahami bagaimana budaya memengaruhi kebiasaan kesehatan sangat penting dalam merancang program promosi kesehatan yang efektif. Program-program ini harus mempertimbangkan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik budaya setempat agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Nama : Vira Julia ( 01240100001_Kesehatan Masyarakat )
Soal dan Jawaban :
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
Jawaban : Status Sosial Ekonomi (SSE) dapat mempengaruhi gaya hidup dan layanan Kesehatan seseorang, seperti :
• Pendapatan
Seseorang yang memiliki pendapatan besar akan dapat menyisihkan Sebagian uangnya untuk biaya Kesehatan yang diperlukan seperti ikut asuransi Kesehatan, memilih obat paten, memilih fasilitas yang baik, dan dapat melakukan pencegahan dini dengan chek up ke dokter. Sedangkan untuk seseorang yang berpenghasilan rendah akan memilih sebaliknya mereka akan mementingkan kebutuhan pokok terlebih dahulu dibanding dengan mencegah dan berobat ke dokter dengan pemikiran bahwa sakitnya akan sembuh dengan sendirinya.
• Pendidikan
Pendidikan seseorang memiliki dampak yang signifikan terhadap layanan kesehatan yang diterima, karena memengaruhi cara seseorang memahami, mengakses, dan memanfaatkan layanan kesehatan.
• Pekerjaan
Pekerjaan seseorang memiliki pengaruh signifikan terhadap layanan kesehatan yang diterima karena pekerjaan menentukan tingkat pendapatan, akses ke asuransi kesehatan, risiko kesehatan di tempat kerja, dan waktu yang tersedia untuk mendapatkan layanan medis.
• Contoh nya: Linda adalah pegawai BUMN dipemerintahan dengan pendapatanya yang cukup linda bisa ikut asuransi terpercaya dan bisa menjalankan kehidupan yang sehat. Dan dengan itu pula linda bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, Dimana karena pekerjaan ini linda bisa menikmati banyak akses yang mudah untuk kehidupannya.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
Jawaban : Budaya suatu masyarakat memengaruhi kebiasaan kesehatan melalui norma, nilai, tradisi, dan kepercayaan yang dianut. Faktor budaya ini dapat berdampak positif atau negatif pada kesehatan individu atau kelompok, tergantung pada kebiasaan yang dihasilkan. Contoh: Budaya yang mengonsumsi banyak makanan olahan dan tinggi gula, seperti minuman manis dalam perayaan, dapat meningkatkan prevalensi diabetes. Padahal jika kita bisa mengontrol asupan gula saat mengikuti perayaan yang digelar kita bisa menikmati perayaan tanpa harus takut terkena diabetes.
Dwi Yanto Lio Pramono (22230100005)
Prodi DIV MIK
1. Bagaimana Status Sosial Ekonomi Mempengaruhi Kesehatan?
Orang dengan penghasilan tinggi biasanya punya akses lebih baik ke makanan sehat, pendidikan, dan layanan kesehatan. Sebaliknya, orang dengan penghasilan rendah mungkin sulit membeli makanan bergizi atau membayar biaya dokter. Contohnya, seseorang dengan pendapatan tinggi mungkin rutin periksa kesehatan, sementara yang berpenghasilan rendah cenderung menunda ke dokter sampai sakitnya parah.
2. Bagaimana Budaya Mempengaruhi Kebiasaan Kesehatan?
Budaya memengaruhi cara hidup kita, termasuk kebiasaan makan dan cara mengobati penyakit. Misalnya, ada budaya yang lebih percaya pada pengobatan tradisional, seperti jamu, dibandingkan obat modern. Kadang ini baik, tapi bisa jadi berisiko kalau pengobatannya tidak cocok. Sebaliknya, budaya yang mendorong makan sehat, seperti banyak makan sayur dan buah, biasanya punya dampak positif untuk kesehatan.
Nama: Alya Mudeawati
NPM: 012410100003
Prodi: S1-4 Kesmas
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
Jawaban:
1) Pengaruh sosial ekonomi berdasarkan pendapatan terhadap Kesehatan
Pendapatan sangat berpengaruh dalam Kesehatan. untuk memnuhi kebutuhan kita seperti mendapatkan makanan yang bergizi dan mendapatkan akses layanan Kesehatan yang layak. Banyak pemeriksaan Kesehatan yang tidak dicover oleh bpjs dan itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Untuk kita menembus obat resep juga membutuhkan biaya cukup tinggi
Contoh: sesorang dengan pendapatan yang rendah biasanya lebih memilih makanan cepat saji yang kurang bergizi, kandungan gula garamnya yang tinggi dapat menyebabkan kesehatannya tidak baik dan dapat berisiko penyakit yang cukup parah
2) Pengaruh sosial berdasarkan Pendidikan terhadap Kesehatan
Tidak hanya pendapatan yang penting bagi Kesehatan namun Pendidikan juga cukup penting bagi Kesehatan. sesorang yang berpendidikan cenderung lebih mengenal mengenai Kesehatan/memiliki pengetahuan mengenai Kesehatan. seperti mengetahui cara pencegahannya, pengobatannya.
3) Pengaruh sosial berdasarkan pekerjaan terhadapat Kesehatan
Seseorang yang memiliki pekerjaan biasanya di tempat kerjanya menyediakan layanan asuransi Kesehatan. tetapi pengaruh pekerjaan dengan tingkay stress yang tinggi dapat berdampak buruk terhadap Kesehatan, berbeda dengan pekerjaan yang memiliki lingkungan cukup stabil akan berpengaruh baik pada Kesehatan
Contoh: sesorang yang memiliki pekerjaan yang jam kerjanya teratur akan bisa mengatur waktu untuk melakukan kegiatan yang lainnya seperti olahrga dan akan berdampak baik pada Kesehatan karena memiliki risiko stress yang rendah, sedangkan sesorang yang memiliki jam kerja yang cukup padat akan memiliki stress yang tinggi karena kurang tidur dan kurangnya waktu luang yang berdampak tidak baik pada kesehatannya
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam Masyarakat.
Jawaban:
Contoh kebiasaan budaya tertentu yang dapat berdampak pada Kesehatan:
Disetiap budaya tertentu memiliki kepercayaan masing-masing terhadap pengobatan, tradisi, kepercayaan dalam pengobatan dan itu semuanya memiliki dampak yang positif dan negatif. Ada beberapa budaya yang memiliki kepercayaan pengobatan suatu penyakit sesuai dengan tradisi budayanya, contohnya untuk lebih memilih pengobatan secara herbal daripada pengobatan pada layanan Kesehatan yang ada. Contoh kebiasaan disetiap budaya yang dapat berdampak baik Kesehatan yaitu seperti lebih memilih untuk berjalan kaki atau bersepeda, dan aktivitas lainnya seperi kegiatan disawah atau berkebun.
Jawaban
1. Status sosial ekonomi membawa pengaruh terhadap kesehatan individu. Faktor yang dapat diukur dalam status ekonomi sosial adalah pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Status kesehatan terkait dengan status sosial ekonomi dalam hal :
a. Pendidikan berhubungan dengan kesehatan menuju yang lebih baik, pendidikan dengan level yang lebih tinggi bisa merubah hasil kesehatan dan meningkatkan umur panjang dengan mendorong untuk berperilaku memberikan perlindungan diri terhadap penyakit.
Orang yang memiliki pendidikan rendah/ terbatas tidak mengetahui cara menjaga kesehatan dengan benar atau tidak tahu cara menghindari resiko tertentu seperti penyakit menular dan kecelakaan.
b. Pendapatan lebih banyak dan ditambah dengan peningkatan kekayaan dapat menyediakan sumber daya yang lebih besar, dapat meningkatkan akses perawatan medis yang lebih baik dan menyediakan kemampuan yang lebih besar untuk melindungi diri terhadap risiko penyakit. Sedangkan pendapatan yang rendah tidak mampu melakukan pemeriksaan ke instansi kesehatan sehingga dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan
c. Pekerjaan dengan Individu dari status sosial ekonomi yang lebih rendah, lebih mungkin terkena bahaya kesehatan di tempat kerja dan di lingkungan melalui udara yang beracun yang mereka hirup, air yang mereka minum, dan makanan yang mereka makan. Orang yang bekerja di lingkungan yang tidak aman atau terpapar bahan kimia berbahaya mungkin lebih rentan terhadap cedera atau penyakit yang terkait dengan pekerjaan.
Pekerjaan dengan level yang lebih tinggi, resiko bahaya dari pekerjaan lebih diperhatikan seperti penanganan cedera kerja dan pengobatan penyakit.
Contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan yaitu:
a. Individu dengan pendapatan tinggi cenderung memprioritaskan pemeliharaan kesehatan dan dapat berobat dengan layak seperti berobat ke luar negeri. Individu dengan gaji di bawah rata-rata cenderung memiliki tingkat kesehatan yang relatif buruk krn kurang mampu untuk berobat sehingga menyebabkan keterlambatan pengobatan dan dapat memperburuk kondisi kesehatan
b. Individu yang memiliki pendapatan rendah mungkin tidak memiliki akses yang sama ke perawatan kesehatan yang berkualitas dibandingkan dengan orang yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi yang mempunyai asuransi swasta. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya perawatan preventif dan perawatan awal yang dapat memperburuk kondisi kesehatan.
c. Individu dengan ekonomi yang baik cenderung memilih yang terbaik untuk diri mereka untuk pengobatan sedangkan masyarakat dengan ekonomi rendah lebih memilih untuk istirahat di rumah.
d. Individu dengan ekonomi yang baik dapat meningkatkan kesehatan dengan makan makanan yang lebih baik/bergizi seperti makan daging setiap hari, minum susu,dll sedangkan individu dengan ekonomi rendah makan makanan sesuai dengan pendapatannya seperti hanya tahu tempe/lauk pauk seadanya.
e. Individu dengan ekonomi yang baik akan menjaga kesehatan seperti senam & menggunakan alat olahraga di gym, sedangkan individu dengan ekonomi yang lebih rendah hanya olahraga sederhana.
f. Individu dengan ekonomi yang baik bisa menjaga kesehatan dengan minum vitamin yang mahal, melakukan vaksinasi terhadap semua pencegahan penyakit sedangkan individu dengan ekonomi yang rendah hanya melakukan vaksinasi dasar saja.
g. Individu dengan status social ekonomi dengan pendidikan yang lebih baik bisa mencegah penyakit dengan rajin membersihkan lingkungan, mencegah penularan penyakit sesuai dengan ilmu pengetahuannya sedangkan dengan social ekonomi yang rendah tidak mengetahui caranya mencegah penyakit/menghindari penyakit menular.
2. Budaya dapat mempengaruhi kebiasaan kesehatan artinya budaya dapat mengartikan apa yang baik dan buruk, serta apa yang sehat dan tidak sehat.Secara langsung budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari.
Berikut hubungan budaya tertentu yang berdampak pada kesehatan individu/kelompok dalam masyarakat, yaitu :
a. Budaya berhubungan dengan kebiasaan atau praktik sosial yang diambil dalam penambahan atau pengurangan risiko.Contoh: dalam pemilihan makanan (ada vegetarian, gaya diet mediteranian),metode dalam memasak, mutilasi kelamin wanita, dan sejarah pengikatan kaki di China.
b. Budaya berhubungan dengan tipe intervensi yang dapat diterima.Contoh: variasi kadar penerimaan pengobatan tradisional barat, termasuk ketergantungan terhadap penyembuhan diri sendiri dan penyembuhan tradisonal.
c. Budaya berhubungan dengan respon terhadap penyakit dan intervensinya Contoh: perbedaan budaya dalam tindak lanjut, kepatuhan terhadap pengobatan, penerimaan terhadap hasil yang merugikan.
d. Budaya berkaitan dengan respons terhadap gejala, seperti tingkat urgensi mengenali gejala-gejala, mencari perawatan, serta mengkomunikasikan gejala.Contoh: perbedaan budaya dalam mencari perawatan.
Contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat sebagai berikut:
a. Contoh negatif : Masyarakat Desa Tanjung Limau masih mempercayai adat istiadat memantang makanan sepcrti ikan asin,cumi-cumi,sejumlah buah-buahan seperti nanas dan cempedak. Perempuan hamil tidak boleh keluar rumah pada sore hari menjelang magrib disebabkan keyakinan mahluk halus yang mengganggu. Tujuan dari pantangan tersebut menghindari kesulitan saat persalinan dan juga demi keselamatan bayi yang akan dilahirkan. Masyarakat di Desa ini juga lebih meyakini melakukan proses persalinan bersama dukun dibandingkan dengan bidan.
b. Contoh positif: tradisi di Jawa Tengah, tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
c. Konsep kesehatan dan kematian pada tingkat fisik, spiritual, dan metafisik. Seperti contohnya pengobatan tradisional di Jawa Tengah dengan upacara ruwatan untuk membersihkan diri dari energi negative, dan penggunaan benda bertuah/sakral untuk melindungi diri dari penyakit filosofi hidup gotong royong (kesehatan individu dipandang sebagai tanggung jawab bersama).
d. Respon emosional terhadap diagnosis dan perjalanan penyakit. Seperti contohnya budaya Indonesia sering mendorong sikap tabah dan kuat, serta mengandalkan keyakinan agama dan spiritualitas di tengah-tengah penderitaan penyakit dan budaya gotong royong di Indonesia sering menempatkan pentingnya dukungan keluarga dan solidaritas komunitas dalam mengatasi penyakit.
Jawaban
1. Status sosial ekonomi membawa pengaruh terhadap kesehatan individu. Faktor yang dapat diukur dalam status ekonomi sosial adalah pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Status kesehatan terkait dengan status sosial ekonomi dalam hal :
a. Pendidikan berhubungan dengan kesehatan menuju yang lebih baik, pendidikan dengan level yang lebih tinggi bisa merubah hasil kesehatan dan meningkatkan umur panjang dengan mendorong untuk berperilaku memberikan perlindungan diri terhadap penyakit.
Orang yang memiliki pendidikan rendah/ terbatas tidak mengetahui cara menjaga kesehatan dengan benar atau tidak tahu cara menghindari resiko tertentu seperti penyakit menular dan kecelakaan.
b. Pendapatan lebih banyak dan ditambah dengan peningkatan kekayaan dapat menyediakan sumber daya yang lebih besar, dapat meningkatkan akses perawatan medis yang lebih baik dan menyediakan kemampuan yang lebih besar untuk melindungi diri terhadap risiko penyakit. Sedangkan pendapatan yang rendah tidak mampu melakukan pemeriksaan ke instansi kesehatan sehingga dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan
c. Pekerjaan dengan Individu dari status sosial ekonomi yang lebih rendah, lebih mungkin terkena bahaya kesehatan di tempat kerja dan di lingkungan melalui udara yang beracun yang mereka hirup, air yang mereka minum, dan makanan yang mereka makan. Orang yang bekerja di lingkungan yang tidak aman atau terpapar bahan kimia berbahaya mungkin lebih rentan terhadap cedera atau penyakit yang terkait dengan pekerjaan.
Pekerjaan dengan level yang lebih tinggi, resiko bahaya dari pekerjaan lebih diperhatikan seperti penanganan cedera kerja dan pengobatan penyakit.
Contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan yaitu:
a. Individu dengan pendapatan tinggi cenderung memprioritaskan pemeliharaan kesehatan dan dapat berobat dengan layak seperti berobat ke luar negeri. Individu dengan gaji di bawah rata-rata cenderung memiliki tingkat kesehatan yang relatif buruk krn kurang mampu untuk berobat sehingga menyebabkan keterlambatan pengobatan dan dapat memperburuk kondisi kesehatan
b. Individu yang memiliki pendapatan rendah mungkin tidak memiliki akses yang sama ke perawatan kesehatan yang berkualitas dibandingkan dengan orang yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi yang mempunyai asuransi swasta. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya perawatan preventif dan perawatan awal yang dapat memperburuk kondisi kesehatan.
c. Individu dengan ekonomi yang baik cenderung memilih yang terbaik untuk diri mereka untuk pengobatan sedangkan masyarakat dengan ekonomi rendah lebih memilih untuk istirahat di rumah.
d. Individu dengan ekonomi yang baik dapat meningkatkan kesehatan dengan makan makanan yang lebih baik/bergizi seperti makan daging setiap hari, minum susu,dll sedangkan individu dengan ekonomi rendah makan makanan sesuai dengan pendapatannya seperti hanya tahu tempe/lauk pauk seadanya.
e. Individu dengan ekonomi yang baik akan menjaga kesehatan seperti senam & menggunakan alat olahraga di gym, sedangkan individu dengan ekonomi yang lebih rendah hanya olahraga sederhana.
f. Individu dengan ekonomi yang baik bisa menjaga kesehatan dengan minum vitamin yang mahal, melakukan vaksinasi terhadap semua pencegahan penyakit sedangkan individu dengan ekonomi yang rendah hanya melakukan vaksinasi dasar saja.
g. Individu dengan status social ekonomi dengan pendidikan yang lebih baik bisa mencegah penyakit dengan rajin membersihkan lingkungan, mencegah penularan penyakit sesuai dengan ilmu pengetahuannya sedangkan dengan social ekonomi yang rendah tidak mengetahui caranya mencegah penyakit/menghindari penyakit menular.
2. Budaya dapat mempengaruhi kebiasaan kesehatan artinya budaya dapat mengartikan apa yang baik dan buruk, serta apa yang sehat dan tidak sehat.Secara langsung budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari.
Berikut hubungan budaya tertentu yang berdampak pada kesehatan individu/kelompok dalam masyarakat, yaitu :
a. Budaya berhubungan dengan kebiasaan atau praktik sosial yang diambil dalam penambahan atau pengurangan risiko.Contoh: dalam pemilihan makanan (ada vegetarian, gaya diet mediteranian),metode dalam memasak, mutilasi kelamin wanita, dan sejarah pengikatan kaki di China.
b. Budaya berhubungan dengan tipe intervensi yang dapat diterima.Contoh: variasi kadar penerimaan pengobatan tradisional barat, termasuk ketergantungan terhadap penyembuhan diri sendiri dan penyembuhan tradisonal.
c. Budaya berhubungan dengan respon terhadap penyakit dan intervensinya Contoh: perbedaan budaya dalam tindak lanjut, kepatuhan terhadap pengobatan, penerimaan terhadap hasil yang merugikan.
d. Budaya berkaitan dengan respons terhadap gejala, seperti tingkat urgensi mengenali gejala-gejala, mencari perawatan, serta mengkomunikasikan gejala.Contoh: perbedaan budaya dalam mencari perawatan.
Contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat sebagai berikut:
a. Contoh negatif : Masyarakat Desa Tanjung Limau masih mempercayai adat istiadat memantang makanan sepcrti ikan asin,cumi-cumi,sejumlah buah-buahan seperti nanas dan cempedak. Perempuan hamil tidak boleh keluar rumah pada sore hari menjelang magrib disebabkan keyakinan mahluk halus yang mengganggu. Tujuan dari pantangan tersebut menghindari kesulitan saat persalinan dan juga demi keselamatan bayi yang akan dilahirkan. Masyarakat di Desa ini juga lebih meyakini melakukan proses persalinan bersama dukun dibandingkan dengan bidan.
b. Contoh positif: tradisi di Jawa Tengah, tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
c. Konsep kesehatan dan kematian pada tingkat fisik, spiritual, dan metafisik. Seperti contohnya pengobatan tradisional di Jawa Tengah dengan upacara ruwatan untuk membersihkan diri dari energi negative, dan penggunaan benda bertuah/sakral untuk melindungi diri dari penyakit filosofi hidup gotong royong (kesehatan individu dipandang sebagai tanggung jawab bersama).
d. Respon emosional terhadap diagnosis dan perjalanan penyakit. Seperti contohnya budaya Indonesia sering mendorong sikap tabah dan kuat, serta mengandalkan keyakinan agama dan spiritualitas di tengah-tengah penderitaan penyakit dan budaya gotong royong di Indonesia sering menempatkan pentingnya dukungan keluarga dan solidaritas komunitas dalam mengatasi penyakit.
Nama: Cut Wanda Putri S.
NPM: 01240100010
Prodi: S1 Kesehatan Masyarakat Ekstensi Smt. 1
Jawaban:
1. Status sosial ekonomi seseorang yang meliputi pendapatan, pendidikan dan pekerjaan memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan individu karena memengaruhi gaya hidup, kebiasaan, serta akses terhadap layanan kesehatan. Contoh:
1. Individu dengan pendapatan rendah dominan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, perumahan yang layak, akses layanan kesehatan atau perawatan medis. Contoh, keluarga dengan pendapatan rendah lebih cenderung mengonsumsi makanan cepat saji yang terjangkau tetapi kurang sehat dibandingkan dengan makanan bergizi yang harganya lebih mahal.
2. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya berhubungan dengan seseorang yang memiliki kesadaran kesehatan yang lebih baik.
3. Pekerjaan dengan risiko tinggi seperti pekerjaan fisik berat atau di lingkungan yang tidak aman biasanya dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau penyakit kronis.
2. Budaya termasuk memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan kesehatan, termasuk pola makan, praktik kebersihan, atau pandangan terhadap medis, contoh, dalam budaya tertentu, pengobatan tradisional lebih dipercayai dibandingkan kedokteran modern. Hal ini dapat memengaruhi pilihan seseorang dalam mencari pengobatan, misalnya lebih memilih jamu atau herbal daripada obat-obatan farmasi yang sudah jelas. Atau masyarakat dengan tradisi mengonsumsi daging merah secara berlebihan rentan terhadap penyakit kardiovaskular, atau budaya yang memprioritaskan kebersihan berdama seperti mandi wajib dalam agama tertentu dapat membantu mencegah penyebaran penyakit menular, sebaliknya norma budaya yang tabu membahas kesehatan reproduksi dapat menghambar akses ke layanan kesehatan yang diperlukan.
Jawaban Soal Latihan
1. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Kesehatan Individu
Status sosial ekonomi seperti pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
• Pendapatan menentukan kemampuan individu untuk membeli makanan bergizi, tempat tinggal yang layak, dan mengakses layanan kesehatan. Orang dengan pendapatan rendah cenderung tinggal di lingkungan berisiko dengan kesehatan tinggi dan memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan berkualitas.
• Pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran akan gaya hidup sehat, seperti pentingnya pola makan seimbang dan olahraga. Pendidikan rendah sering kali dipenuhi dengan kebiasaan hidup yang tidak sehat, misalnya merokok atau kurang aktivitas fisik.
• Pekerjaan mempengaruhi paparan terhadap risiko kesehatan, seperti pekerjaan fisik yang berat atau paparan zat berbahaya.
Contoh :
Seseorang dengan pendapatan tinggi dapat menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan mengkonsumsi makanan organik, sedangkan individu dengan pendapatan rendah mungkin kesulitan mengakses layanan kesehatan dasar atau hanya membeli makanan yang kurang bernutrisi.
2. Pengaruh Budaya terhadap Kebiasaan Kesehatan
Budaya mempengaruhi cara memandang masyarakat terhadap kesehatan, termasuk praktik kesehatan yang dilakukan.
• Dalam masyarakat tertentu, kepercayaan tradisional tentang penyakit dapat menghambat akses ke pengobatan modern. Misalnya, beberapa budaya lebih memilih pengobatan tradisional daripada pergi ke dokter, meskipun pengobatan modern lebih efektif untuk penyakit tertentu.
• Ritual atau kebiasaan makan khas budaya juga dapat berdampak pada kesehatan. Misalnya, budaya yang mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular.
Contoh :
Di beberapa budaya, penggunaan jamu tradisional dipercaya menyembuhkan segala jenis penyakit, sehingga masyarakat enggan mencari pengobatan medis, yang dapat menerima kondisi kesehatan tertentu.
REIHAN RIZKI ZAUZILIA_22230100002_D-IV MIK EKSTENSI
Soal Latihan
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan.
JAWAB :
Status sosial ekonomi (SSE), yang meliputi aspek pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan, berperan penting dalam memengaruhi kesehatan seseorang. SSE menentukan kemampuan individu untuk mencukupi kebutuhan dasar kesehatan, mendapatkan layanan kesehatan berkualitas, dan menjalani gaya hidup sehat.
1. Pendapatan
Pendapatan yang rendah sering kali membatasi kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan bergizi, tempat tinggal yang memadai, dan akses terhadap layanan kesehatan.
Konsumsi makanan bergizi: Orang dengan penghasilan rendah cenderung memilih makanan yang lebih terjangkau, tetapi kurang sehat, seperti makanan tinggi karbohidrat dan lemak, karena buah-buahan dan sayuran lebih mahal.
Akses layanan kesehatan: Pemeriksaan kesehatan rutin sering kali dihindari oleh individu dengan pendapatan rendah akibat keterbatasan dana atau ketiadaan asuransi kesehatan.
Contoh: Pekerja dengan penghasilan rendah mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan gizi seimbang, karena bahkan untuk makan pun sudah menjadi tantangan.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan memengaruhi pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat.
Individu dengan pendidikan rendah sering kali kurang memahami cara mencegah penyakit dan menjalani gaya hidup sehat. Misalnya, mereka lebih cenderung merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, atau jarang berolahraga karena tidak menyadari risiko kesehatannya.
Pendidikan yang rendah juga dikaitkan dengan minimnya pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan preventif.
Contoh: Orang yang kurang berpendidikan mungkin tidak menyadari bahaya merokok terhadap kesehatan dirinya dan orang di sekitarnya.
3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan memengaruhi kesehatan seseorang melalui tingkat risiko kerja, tekanan psikologis, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.
Pekerjaan dengan upah rendah sering kali melibatkan tugas berat secara fisik atau lingkungan kerja yang berisiko, seperti paparan bahan kimia atau polusi.
Sebaliknya, pekerjaan stabil yang menawarkan tunjangan kesehatan dapat memberikan perlindungan lebih baik dibandingkan pekerjaan informal.
Contoh: Buruh kasar tanpa jaminan kesehatan mungkin tidak mampu membayar biaya perawatan jika mengalami kecelakaan kerja.
Studi Pendukung
Penelitian mengungkapkan bahwa individu dari kelompok sosial ekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit kronis, seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes. Selain itu, mereka cenderung memiliki harapan hidup lebih pendek dibandingkan mereka dengan SSE yang lebih tinggi.
Studi oleh Marmot et al. (2008) menunjukkan bahwa kesenjangan dalam SSE menciptakan perbedaan kesehatan secara bertingkat (health gradient), di mana semakin tinggi SSE, semakin baik kondisi kesehatan individu.
Kesimpulan
Kesenjangan SSE berkontribusi pada disparitas kesehatan melalui berbagai faktor, seperti akses terhadap layanan, pola perilaku hidup, dan kondisi lingkungan. Kebijakan yang mendukung pendidikan kesehatan, menyediakan layanan kesehatan terjangkau, dan mengurangi kesenjangan ekonomi dapat membantu mengatasi dampak negatif tersebut.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
JAWAB :
Budaya suatu masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap kebiasaan kesehatan karena nilai-nilai, norma, dan tradisi yang berlaku sering kali menentukan perilaku sehari-hari yang berhubungan dengan kesehatan. Budaya membentuk cara individu memahami kesehatan, penyakit, dan pengobatan, serta memengaruhi pola hidup mereka.
Ada beberapa contoh bagaimana budaya dapat memengaruhi kesehatan individu atau kelompok:
1. Pola Makan
Dampak Positif: Beberapa budaya mendorong konsumsi makanan yang sehat. Misalnya, budaya Jepang yang menekankan makanan rendah lemak seperti ikan, sayuran, dan teh hijau terbukti mendukung umur panjang dan kesehatan kardiovaskular.
Dampak Negatif: Di sisi lain, beberapa budaya memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak atau gula. Contohnya, tradisi makan besar pada acara perayaan di beberapa budaya dapat menyebabkan risiko obesitas dan diabetes.
2. Sikap terhadap Pengobatan
Dampak Positif: Budaya yang mendorong keterbukaan terhadap pengobatan modern, seperti di negara-negara Barat, sering kali membantu individu mendapatkan perawatan medis yang tepat waktu.
Dampak Negatif: Di beberapa budaya, ada kepercayaan bahwa penyakit hanya dapat disembuhkan melalui ritual tradisional atau doa, yang dapat menyebabkan penundaan dalam mencari pengobatan medis. Contohnya, di beberapa komunitas, penyakit mental sering kali dianggap sebagai “gangguan roh” sehingga keluarga memilih pengobatan spiritual daripada terapi medis.
3. Kebiasaan Kebersihan
Dampak Positif: Budaya yang menekankan kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan atau setelah keluar rumah, dapat mencegah penyebaran penyakit menular.
Dampak Negatif: Di beberapa masyarakat dengan kebiasaan sanitasi yang buruk akibat norma budaya atau keterbatasan akses, risiko penyakit seperti diare dan infeksi saluran pencernaan lebih tinggi.
4. Aktivitas Fisik
Dampak Positif: Budaya yang memiliki tradisi olahraga atau aktivitas fisik, seperti tari tradisional atau kerja bersama di sawah, dapat membantu menjaga kebugaran fisik.
Dampak Negatif: Sebaliknya, budaya yang kurang memprioritaskan aktivitas fisik, seperti kebiasaan menghabiskan waktu duduk dalam jangka panjang saat acara keluarga, dapat meningkatkan risiko penyakit akibat gaya hidup sedentari.
5. Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi
Di beberapa budaya, pembicaraan tentang kesehatan reproduksi dianggap tabu. Akibatnya, banyak individu yang kurang mendapatkan edukasi tentang kontrasepsi, kesehatan seksual, atau penyakit menular seksual, yang meningkatkan risiko komplikasi kesehatan reproduksi.
6. Peran Gender
Budaya dengan pembagian peran gender yang ketat dapat membatasi perempuan dalam mengakses layanan kesehatan, misalnya karena harus mendapat izin dari keluarga. Hal ini sering terjadi di masyarakat patriarkal, yang bisa berdampak pada kesehatan ibu dan anak.
Contoh Kasus:
Di beberapa komunitas pedesaan di Indonesia, kepercayaan budaya memandang melahirkan di rumah sebagai tradisi, meskipun fasilitas kesehatan modern tersedia. Akibatnya, komplikasi kelahiran seperti perdarahan atau infeksi sering kali tidak tertangani tepat waktu, yang berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu.
Kesimpulan:
Budaya memberikan kerangka acuan bagi perilaku kesehatan, baik yang mendukung maupun yang menghambat. Oleh karena itu, memahami budaya suatu masyarakat sangat penting untuk merancang program kesehatan yang efektif dan sensitif budaya. Edukasi yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan informasi kesehatan modern dapat membantu mengatasi dampak negatif dari kebiasaan budaya tertentu.
1. Status sosial dapat sangat mempengaruhi kesehatan kita baik dari akses terhadap pelayanan maupun ilmu pengetahuannya
Contoh dalam pendapatan, Pendapatan seseorang dapat mempengaruhi akses terhadap kesehatan. Semakin sedikit pendapatan kita, maka untuk mendapatkan makanan yang bergizi, gaya hidup yang sehat, dan layanan kesehatan yang proper akan cenderung terbatas secara akses dan daya beli.
Contoh dalam pendidikan, tidak meratanya pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan. Jika pendidikan tidak merata kita akan kekurangan SDM di bidang kesehatan sehingga daerah daerah terpencil akan kesulitan untuk mendapst layanan kesehatan yang proper. Begituoun untuk mengakses ilmu pengetahuan tentang kesehatan akang sangat sulit karena minim dan tidak meratanya pendidikan
Contoh dalam pekerjaan. Kesehatan akan terpengaruh dengan seberapa sehat nya gaya hidup seseorang. Tentu dengan pekerjaan yang berlebihan yang bisa menyebabksn stress dan kelelahan akan sangat berpengaruh buruk trrhadap kesehatan kita.. Maka dari itu pekerjaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita pada masa muda dan masa tua nanti
2. Kebudayaan di indonesia yang masih dipengaruhi minim nya pengetahuan terhadap kesehatan menjadi penyebab beberapa budaya yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan masih ada. Contoh nya Konsep kesehatan dan kematian pada tingkat fisik, spiritual, dan metafisik. Seperti contohnya pengobatan tradisional, upacara ruwatan untuk membersihkan diri dari energi negative, dan penggunaan benda bertuah/sakral untuk melindungi diri dari penyakit padahal seharusnya jika kita terkena suatu penyakit hal yang pertama di lakukan adalah periksa dengan dokter profesional, bukan mendatangi tokoh masyarakat seperti dukun atau pengobatan alternatif
1. Status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Bagi seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah akan kurang memperhatikan kesehatan dirinya, sebagai contoh: seseorang yang sedang sakit namun tidak memiliki biaya untuk berobat karna uang yang dihasilkan dari bekerja sehari-hari digunakan untuk memenuhi kebutuhann hariannya sehingga sakitnya dapat bertambah parah. Selain itu, status ekonomi keluarga dapat memengaruhi status gizi anak. Jika status ekonomi keluarga rendah, maka kebutuhan makanan keluarga akan kurang terpenuhi sehingga anak akan memiliki status gizi kurang.
Lain halnya dengan seseorang yang memiliki status ekonomi yang baik, mereka dapat dengan mudah mengakses informasi terkait kesehatan dan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan jika dibutuhkan tanpa ada rasa khawatir akan kurangnya biaya untuk pengobatan atau sekedar konsultasi.
2. Budaya memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pandangan dan praktik kesehatan masyarakat. Tradisi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi dapat memengaruhi cara seseorang merawat dirinya sendiri dan mencari pengobatan.
Di banyak budaya, pengobatan tradisional seperti penggunaan ramuan herbal, akupunktur, atau terapi pijat telah menjadi pilihan utama dalam pengobatan.
Selain itu, keyakinan religius atau spiritual juga seringkali berkaitan erat dengan praktik kesehatan, dimana doa, ritual, atau praktik keagamaan tertentu dianggap memiliki pengaruh terhadap kesembuhan.
Namun, pengaruh tradisi dalam praktik medis tidak selalu berjalan sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran modern. Terkadang, praktik tradisional dianggap tabu atau tidak ilmiah oleh pihak medis, sementara di sisi lain, masyarakat masih mempertahankan kepercayaan pada pengobatan alamiah yang telah teruji selama berabad-abad.
Peran pemerintah dalam mengedukasi masyarakat terhadap kesehatan modern sangat amat dibutuhkan agar masyarakat dapat menerima kemajuan perkembangan kesehatan saat ini. Khususnya masyarakat di bagian terpencil agar difasilitasi pelayanan kesehatan, sehingga masyarakat dapat mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai dengan penyakit yg diderita
1. ) Status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan seseorang.
Misalnya, masyarakat dengan pendidikan tinggi cenderung lebih memahami pentingnya gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok dan menjaga berat badan ideal. Mereka juga cenderung lebih berpengetahuan tentang cara mengakses layanan medis. Di sisi lain, masyarakat yang kurang berpendidikan mungkin kurang menyadari risiko kesehatan dari kebiasaan seperti merokok dan pola makan yang tidak sehat.
Dampak pendapatan terhadap kesehatan, misalnya masyarakat berpendapatan tinggi yaitu dapat menyediakan makanan bergizi, perumahan yang layak, olahraga teratur, dan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas. Orang dengan pendapatan lebih tinggi juga lebih mungkin memiliki asuransi kesehatan dan asuransi. Di sisi lain, masyarakat dengan pendapatan rendah mempunyai keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk membeli makanan sehat dan obat-obatan serta membayar biaya perawatan kesehatan. Selain itu, mereka seringkali tinggal di lingkungan yang kurang kondusif bagi kesehatan, seperti daerah dengan tingkat polusi tinggi atau kurangnya kesempatan untuk berolahraga.
Dampak pekerjaan terhadap kesehatan adalah contoh seseorang yang memiliki pekerjaan tetap, pendapatan stabil, asuransi kesehatan, dan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan fisik dan mental. Sebaliknya, mereka yang bekerja pada pekerjaan berbahaya atau informal: rentan terhadap kecelakaan kerja, paparan zat berbahaya, stres tinggi, dan kurangnya asuransi kesehatan.
2.) Budaya suatu masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan kesehatan. Budaya mencakup nilai, tradisi, kepercayaan, dan norma yang memengaruhi cara individu atau kelompok memahami, mencegah, dan mengobati penyakit. Faktor budaya dapat berdampak positif atau negatif terhadap kesehatan. Misalnya, budaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penerimaan masyarakat terhadap teknologi medis modern, termasuk vaksinasi. Ketidakpercayaan dan penolakan terhadap intervensi medis seringkali berakar pada nilai-nilai tradisional, keyakinan agama, dan informasi yang salah. Resistensi budaya terhadap teknologi medis seperti vaksinasi dapat mempunyai implikasi kesehatan masyarakat yang signifikan.
1. Jelaskan bagaimana status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) mempengaruhi kesehatan individu. Berikan contoh sederhana tentang bagaimana perbedaan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi kebiasaan hidup dan akses terhadap layanan kesehatan
• Pendapatan : Individu dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, makanan bergizi, dan tempat tinggal yang layak, sedangkan individu dengan pendapatan rendah mungkin akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
• Pendidikan : Individu dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, makanan bergizi, dan tempat tinggal yang layak, sedangkan individu yang berpendidikan rendah mungkin kurang memiliki pengetahuan tentang pencegahan penyakit, perawatan penyakit sehingga rentan terhadap penyakit
• Pekerjaan : pekerjaan yang lebih stabil dan aman biasanya memberikan akses yang lebih baik terhadap asuransi kesehatan dan manfaat lainnya. Dan Pekerjaan yang berisiko tinggi atau tidak stabil dapat meningkatkan stres dan risiko cedera, serta mengurangi akses ke perawatan kesehatan.
– Contoh perbedaan status social ekonomi
Akses terhadap layanan kesehatan
Individu dengan status sosial ekonomi tinggi biasanya memiliki asuransi kesehatan yang baik, sehingga mereka dapat dengan mudah mengakses dokter dan perawatan medis yang diperlukan. Di sisi lain, individu dengan status sosial ekonomi rendah mungkin tidak memiliki asuransi kesehatan atau harus menunggu lama untuk mendapatkan perawatan, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.
2. Berdasarkan materi yang telah dibahas, bagaimana budaya suatu masyarakat dapat memengaruhi kebiasaan kesehatan mereka? Berikan contoh bagaimana kebiasaan budaya tertentu bisa berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat.
Budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan kesehatan individu dan kelompok dalam masyarakat. Budaya mencakup nilai, kepercayaan, dan praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi, yang dapat membentuk cara orang berpikir dan bertindak terkait kesehatan.
• Nilai dan kepercayaan
Nilai budaya dapat mempengaruhi sikap terhadap pencegahan penyakit, seperti vaksinasi, di mana beberapa kelompok mungkin menolak vaksinasi karena kepercayaan tertentu. Yang dimana kepercayaan dapat mengarahkan individu untuk mencari alternarif lain daripada pengobatan medis.
• Praktik makanan
Kebiasaan makan yang dipengaruhi oleh budaya dampak berdampak pada kesehatan dan tradisi makanan tertentu seperti di perayaan.
• Aktivitas fisik
Budaya juga dapat mempengaruhi aktivitas fisik yang dimana dalam beberapa budaya adanya olahraga dan aktifitas fisik dianggap penting dan menjadi kehidupan sehari hari.
– Contoh kebiasan budaya yang mempengaruhi kesehatan
Pengobatan Tradisional
Dalam pengobatan tradisional seperti herbal dan terapi alternatif lebih diterima dibandingkan dengan pengobatan modern. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan individu dalam mencari perawatan kesehatan, yang dapat berdampak pada hasil kesehatan mereka.
1. Status sosial ekonomi (pendapatan, pendidikan, pekerjaan) memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan individu. Berikut adalah beberapa cara bagaimana faktor status sosial ekonomi (pendapatan, pendididkan dan pekerjaan ini mempengaruhi kesehatan individu, antara lain :
a. Pendapatan: Pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, makanan bergizi, dan lingkungan hidup yang sehat. Sebaliknya, yang rendah sering kali dikaitkan dengan keterbatasan akses ke perawatan kesehatan, pendapatan nutrisi yang buruk, dan kondisi hidup yang tidak sehat.
Contohnya seseorang dengan pendapatan tinggi mungkin dapat membeli makanan organik dan mengikuti program kebugaran, sementara seseorang dengan pendapatan rendah mungkin harus mengandalkan makanan cepat saji yang lebih murah dan kurang sehat.
b. Pendidikan: Seseorang dengan Pendidikan yang lebih tinggi biasanya berkorelasi dengan pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan dan perilaku hidup sehat. Orang yang berpendidikan cenderung lebih sadar akan pentingnya pola makan yang sehat, olahraga, dan pemeriksaan kesehatan rutin.
Contoh : Seseoang dengan pendidikan tinggi mungkin lebih cenderung untuk tidak merokok dan menghindari konsumsi alkohol berlebihan dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah.
c. Pekerjaan: Jenis pekerjaan dan kondisi kerja juga mempengaruhi kesehatan. Pekerjaan dengan risiko tinggi atau lingkungan kerja yang tidak aman dapat meningkatkan risiko cedera dan penyakit. Selain itu, pekerjaan yang memberikan asuransi kesehatan dan cuti sakit dapat membantu individu mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan tanpa khawatir tentang biaya.
Contoh : seorang pekerja kantoran dengan asuransi kesehatan mungkin lebih mudah mengakses layanan kesehatan dibandingkan dengan pekerja harian yang tidak memiliki asuransi.
2. Budaya masyarakat mempengaruhi kebiasaan kesehatan mereka dimana cara pandang terhadap suatu penyakit biasanya masih dianggap sebagai faktor adat ataupun faktor spiritual yang bisa memengaruhi keputusan indivudu atau masyarakat untuk mencari pengobatan yang lebih modern. yang kedua adalah pola makan dan tradisi makan di suatu budaya masyarakat dimana pola makan yang sehat dapat mendukung kesehatan, sedangkan kebiasaan makan yang tidak ataupun kurang sehat bisa meningkakan resioko timbulnya suatu penyakit. yang ketiga kebiasaan aktivitas fisik masyarakat dimana tradisi budaya disuatu tempat sering menentukan tingkat aktivitas fisik masyarakat ersebut. Yang ke empat persepsi terhadap kesehatan mental masih dianggap sangat tabu disuatu daerah dimana apabila ada penderita dengan kesehatan mental yang terganggu, penderita atau keluarga enggan mencari bantuan kesehatan ( medis ) mereka lebih cenderung untuk di kurung dirumah.
Contoh kebiasaan budaya dapat berdampak pada kesehatan individu atau kelompok dalam masyarakat yaitu meminum Tuak ( alkohol )merupakan bagian dari adat atau upacara adat suatu daerah. Meskipun konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat menjadi bagian dari tradisi sosial yang positif, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit hati dan kecanduan alkohol.