EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) & PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA (PUEBI)

2
441

1. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah sistem aturan yang mengatur bagaimana bunyi bahasa diucapkan dan ditulis. Ejaan mencakup penggunaan huruf, tanda baca, dan tata cara penulisan lainnya.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
  • Contoh:
    Kata “rumah” ditulis sesuai dengan bunyi yang diucapkan, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari tulisan tersebut.

2. Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia

  • Ejaan Van Ophuijsen (1901): Sistem ejaan pertama untuk bahasa Melayu yang menggunakan huruf Latin. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan oe untuk menggantikan u.
    • Contoh: “goeroe” untuk “guru”.
  • Ejaan Pembaharuan (1938): Ejaan yang dirancang oleh Panitia Pembaharuan Ejaan dengan memperkenalkan penggantian huruf yang lebih sesuai dengan pelafalan bahasa Indonesia.
    • Contoh: “nja” diubah menjadi “nya”.
  • Ejaan Republik (1947): Mengganti beberapa aturan dari ejaan sebelumnya, seperti penggunaan oe menjadi u. Ejaan ini juga memperkenalkan beberapa aturan dasar yang kemudian disempurnakan.
    • Contoh: Kata “goeroe” menjadi “guru”.
  • Ejaan Melindo (1959): Ejaan ini disusun sebagai usaha untuk menyatukan sistem ejaan antara Indonesia dan Malaysia. Namun, karena perbedaan politik dan teknis, ejaan ini tidak diterapkan secara menyeluruh.
    • Contoh: Kata “tjahaya” diubah menjadi “cahaya”.
  • Ejaan Baru (1967): Ejaan ini menjadi transisi menuju EYD dan berlangsung singkat. Beberapa perubahan melibatkan simbol tertentu seperti tj menjadi c.
    • Contoh: “tjahaya” menjadi “cahaya”.
  • Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972): Resmi diberlakukan pada 23 Mei 1972, menggantikan Ejaan Soewandi. Aturan ini memuat perubahan dalam penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata serapan.
    • Contoh: “aktip” diubah menjadi “aktif” dan “obat-obatan” mengikuti aturan bentuk jamak.
  • Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI, 2015): PUEBI menggantikan EYD dengan sejumlah penyempurnaan, termasuk aturan baru tentang tanda baca dan penyerapan kata asing.
    • Contoh perbedaan EYD dan PUEBI:
      EYD: “Ia pergi ke rumah makan, dia juga membeli makanan.”
      PUEBI: “Ia pergi ke rumah makan; dia juga membeli makanan.” (Penggunaan tanda titik koma untuk memisahkan dua kalimat yang setara).

3. Perubahan dari EYD ke PUEBI

  • Perubahan Penggunaan Huruf: Beberapa huruf serapan dari bahasa asing diperkenalkan dan aturan penulisan disesuaikan.
    • Contoh: Kata “zakat” yang serapan dari bahasa Arab kini diakui dalam bentuk ini tanpa perubahan.
  • Aturan Penggunaan Tanda Baca: PUEBI menegaskan beberapa perubahan, seperti penggunaan tanda koma untuk memisahkan kalimat utama dan anak kalimat.
    • Contoh: “Setelah makan, dia pergi ke kantor.” (Tanda koma digunakan setelah keterangan waktu).
  • Kata Serapan: PUEBI memperkenalkan lebih banyak kata serapan dari bahasa asing, dengan aturan penulisan yang disesuaikan.
    • Contoh: Kata “komputer” berasal dari kata bahasa Inggris computer.

4. Aturan Dasar dalam PUEBI

  1. Penggunaan Huruf Kapital: Huruf kapital digunakan untuk huruf pertama dalam nama orang, nama tempat, dan pada awal kalimat.
    • Contoh: “Andi tinggal di Jakarta.” (Huruf kapital digunakan untuk nama orang dan nama kota).
  2. Penulisan Kata Depan dan Awalan: Kata depan di dan ke dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, sedangkan awalan di- dan ke- ditulis serangkai.
    • Contoh:
      • Kata depan: “Buku itu ada di meja.”
      • Awalan: “Buku itu disimpan di rak.”
  3. Penulisan Kata Baku: Kata baku adalah kata yang sesuai dengan aturan bahasa yang berlaku. PUEBI mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai panduan kata baku.
    • Contoh:
      Baku: “aktivitas”
      Tidak baku: “aktifitas”

5. Tanda Baca dalam PUEBI

  • Titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat pernyataan.
    • Contoh: “Saya pergi ke pasar.”
  • Koma (,) digunakan untuk memisahkan unsur dalam kalimat yang setara, misalnya dalam daftar.
    • Contoh: “Saya membeli buku, pensil, dan penghapus.”
  • Tanda Tanya (?) digunakan di akhir kalimat tanya.
    • Contoh: “Apakah kamu sudah makan?”
  • **Tanda Seru (!) digunakan untuk menyatakan perintah atau emosi yang kuat.
    • Contoh: “Awas, hati-hati!”

6. Manfaat Memahami PUEBI

  • Konsistensi Penulisan: PUEBI membantu menjaga konsistensi penulisan bahasa Indonesia, baik di dunia akademik maupun di media massa.
  • Kemudahan Pemahaman: Tulisan yang mematuhi PUEBI lebih mudah dipahami karena mengikuti aturan yang telah distandardisasi.
    • Contoh: Tulisan resmi di surat kabar atau buku pelajaran yang mengikuti aturan PUEBI lebih mudah dipahami oleh pembaca umum.

7. Kesimpulan

  • Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) penting untuk menjaga keteraturan dan konsistensi dalam penulisan bahasa Indonesia. Aturan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata yang tepat membantu memperjelas makna yang ingin disampaikan penulis.

Sumber-Sumber Relevan

  • Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI): Terbitan resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus referensi resmi untuk memastikan penggunaan kata baku dalam bahasa Indonesia.
  • Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi ke-3): Buku ini menjelaskan secara mendetail mengenai aturan tata bahasa formal yang sesuai dengan PUEBI.

Latihan Soal
1. Apa pendapat Anda tentang pentingnya konsistensi penggunaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dalam karya ilmiah di dunia akademik? Jelaskan alasannya berdasarkan pengalaman atau pengamatan Anda.

2. Bagaimana menurut Anda penerapan PUEBI dapat mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia di kalangan anak muda? Apakah PUEBI masih relevan untuk digunakan dalam bahasa sehari-hari atau hanya untuk tulisan formal? Jelaskan dengan alasan.

2 KOMENTAR

  1. 1. Karena jika salah dalam ejaan akan berpengaruh pada pemahaman pembaca tentang apa yang ingin disampaikan penulis selain itu selain itu akademik juga diampu oleh seluruh di Indonesia yang memiliki bahasa yang berbeda maka dari itu jika penggunaan ejaan salah pasti akan susah dipahami oleh pembaca.

    2. PUEBI masih relevan walaupun dalam kehidupan sehari-hari anak muda lebih sering menggunakan bahasa yang lebih fleksibel dan informal meski demikian pengenalan dan pemahaman PUEBI tetap penting agar anak muda mampu mengarahkan berbagai konteks komunikasi dengan baik dan benar

  2. Konsistensi penggunaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dalam karya ilmiah sangat penting di dunia akademik. Berikut beberapa alasannya:

    1. **Kejelasan Komunikasi**: Penggunaan ejaan yang konsisten membantu pembaca memahami isi tulisan dengan lebih mudah. Ketidakpastian dalam ejaan dapat menimbulkan kebingungan.

    2. **Kredibilitas**: Karya ilmiah yang mengikuti pedoman ejaan menunjukkan profesionalisme dan perhatian terhadap detail, yang dapat meningkatkan kredibilitas penulis di kalangan akademisi.

    3. **Standarisasi**: Konsistensi dalam penggunaan PUEBI menciptakan standar yang sama bagi semua penulis. Hal ini penting dalam konteks publikasi, di mana banyak karya harus mengikuti pedoman yang sama untuk memudahkan evaluasi.

    4. **Penghormatan terhadap Bahasa**: Menggunakan PUEBI dengan konsisten juga mencerminkan penghormatan terhadap bahasa dan budaya. Ini penting dalam konteks akademik, di mana bahasa adalah alat utama untuk menyampaikan pemikiran dan penelitian.

    5. **Referensi dan Sitasi**: Dalam karya ilmiah, sitasi yang tepat dan konsisten sangat penting. Ejaan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan dalam referensi, yang bisa mempengaruhi integritas penelitian.

    Secara keseluruhan, konsistensi penggunaan PUEBI bukan hanya soal kepatuhan terhadap aturan, tetapi juga berkontribusi pada kualitas dan keefektifan komunikasi akademik.

    Penerapan PUEBI dapat berpengaruh signifikan terhadap perkembangan bahasa Indonesia di kalangan anak muda. Berikut beberapa poin yang menjelaskan pengaruh dan relevansi PUEBI:

    1. **Pembelajaran Bahasa yang Baik**: Dengan mengajarkan PUEBI, anak muda akan lebih memahami struktur dan aturan bahasa yang benar. Ini dapat membantu mereka dalam berkomunikasi secara lebih efektif dan meningkatkan keterampilan menulis.

    2. **Mencegah Penurunan Kualitas Bahasa**: Di era digital, banyak anak muda yang terpapar pada bahasa yang tidak baku, terutama di media sosial. PUEBI berfungsi sebagai pedoman yang dapat membantu mereka tetap menggunakan bahasa yang benar meskipun dalam konteks informal.

    3. **Relevansi dalam Bahasa Sehari-hari**: Meskipun PUEBI sering kali dianggap lebih relevan untuk tulisan formal, penerapan prinsip-prinsipnya dalam komunikasi sehari-hari juga penting. Dengan memahami dan menggunakan ejaan yang benar, anak muda dapat berkontribusi pada pembentukan kebiasaan baik dalam berbahasa.

    4. **Identitas Budaya**: Penerapan PUEBI dapat memperkuat identitas budaya di kalangan anak muda. Bahasa yang terjaga kualitasnya mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya dan literasi yang baik.

    5. **Adaptasi terhadap Perkembangan Bahasa**: Meskipun PUEBI perlu diikuti, penting juga untuk menyadari dinamika perkembangan bahasa. PUEBI harus tetap relevan dan fleksibel, mengakomodasi perubahan yang terjadi tanpa menghilangkan kaidah dasar.

    Dengan demikian, PUEBI tetap relevan untuk digunakan tidak hanya dalam konteks formal, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran dan pemahaman terhadap PUEBI dapat membantu anak muda berkontribusi pada penggunaan bahasa Indonesia yang lebih baik dan berkualitas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini