Dalam beberapa tahun terakhir, dunia mengalami serangkaian krisis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga sosial. Pandemi COVID-19, inflasi, hingga ancaman resesi global telah menimbulkan ketidakpastian yang memengaruhi psikologis banyak orang. Salah satu fenomena menarik yang muncul akibat tekanan ini adalah doom spending, yaitu perilaku belanja yang dilakukan secara impulsif, seringkali sebagai bentuk pelarian dari stres dan ketakutan akan masa depan yang tidak pasti.
Apa Itu Doom Spending?
Doom spending adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku konsumsi berlebihan yang dipicu oleh perasaan cemas, takut, atau putus asa akibat krisis yang sedang berlangsung. Alih-alih menabung atau memikirkan investasi jangka panjang, banyak orang memilih untuk menghabiskan uangnya secara berlebihan untuk barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Ini sering kali terjadi sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan sesaat di tengah situasi yang menekan.
Fenomena ini mirip dengan istilah revenge spending yang juga populer saat pandemi, di mana individu menghabiskan uang untuk “membalas dendam” pada waktu yang hilang selama lockdown atau pembatasan sosial. Bedanya, doom spending lebih dikaitkan dengan suasana pesimistis dan ketidakpastian yang dirasakan individu.
Faktor Pendorong Doom Spending
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terjebak dalam doom spending, antara lain:
- Ketidakpastian Ekonomi: Kondisi ekonomi yang tidak menentu, seperti ancaman resesi, hilangnya pekerjaan, atau inflasi yang meningkat, seringkali menimbulkan rasa takut akan masa depan. Ketika individu merasa tidak yakin tentang stabilitas finansial mereka, belanja impulsif sering dianggap sebagai cara untuk ‘menikmati hidup selagi bisa’.
- Kecemasan Sosial dan Emosional: Pandemi global dan berbagai krisis lainnya juga memengaruhi kesehatan mental banyak orang. Rasa takut, kesepian, atau kecemasan yang berkepanjangan dapat mendorong seseorang mencari pelarian sementara melalui konsumsi barang-barang mewah atau produk yang memberi kesenangan sesaat.
- Kecanduan Teknologi dan E-Commerce: Kemajuan teknologi dan kemudahan akses ke platform belanja online juga memperparah perilaku doom spending. Dengan hanya beberapa klik, konsumen bisa membeli barang tanpa memikirkan dampak jangka panjang terhadap keuangan pribadi.
Dampak Doom Spending Terhadap Keuangan Pribadi
Perilaku doom spending mungkin memberikan kepuasan instan, tetapi dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak stabilitas keuangan. Orang yang terjebak dalam pola belanja impulsif ini sering kali menghadapi masalah keuangan, seperti meningkatnya hutang kartu kredit, kurangnya tabungan darurat, dan kesulitan mengelola pengeluaran bulanan.
Selain itu, ketika krisis ekonomi benar-benar terjadi, individu yang terbiasa dengan doom spending mungkin akan mengalami kesulitan lebih besar dalam menyesuaikan gaya hidup mereka dengan kenyataan ekonomi yang baru. Hal ini bisa berujung pada stres finansial yang semakin memperburuk kesehatan mental.
Bagaimana Mengatasi Doom Spending?
Mengatasi doom spending memerlukan kesadaran diri dan perubahan perilaku keuangan. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil untuk menghindari perilaku ini:
- Kenali Pemicu Emosional: Sadari bahwa ketakutan dan kecemasan sering kali menjadi pemicu utama perilaku belanja impulsif. Ketika merasa cemas, coba alihkan perhatian dengan aktivitas yang lebih produktif, seperti berolahraga atau meditasi, daripada berbelanja.
- Buat Anggaran dan Prioritas: Membuat anggaran yang jelas dapat membantu mengendalikan pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan utama dan sisihkan uang untuk tabungan atau investasi jangka panjang.
- Batasi Akses ke E-Commerce: Menghapus aplikasi belanja online dari ponsel atau menonaktifkan notifikasi promosi bisa membantu mengurangi godaan untuk berbelanja secara impulsif.
- Tetapkan Tujuan Keuangan: Memiliki tujuan keuangan yang jelas, seperti menabung untuk dana darurat atau investasi masa depan, dapat membantu seseorang lebih fokus dalam mengelola keuangannya dan menghindari perilaku belanja yang tidak terkendali.
Doom spending adalah fenomena yang semakin sering terjadi di tengah ketidakpastian global. Meskipun perilaku ini mungkin tampak sebagai pelarian yang mudah dari kecemasan, dampaknya terhadap keuangan pribadi bisa sangat merugikan. Dengan mengenali pemicu emosional dan mengambil langkah-langkah pencegahan, seseorang dapat mengendalikan perilaku belanja impulsif dan menjaga kesehatan keuangan di tengah krisis yang tidak menentu.