Pornografi menjadi salah satu ancaman serius yang mengintai perkembangan mental dan moral anak-anak di Indonesia. Di era digital saat ini, akses terhadap konten pornografi menjadi semakin mudah, bahkan bagi anak-anak yang seharusnya terlindungi dari paparan konten yang tidak pantas. Fenomena ini menjadi krisis yang membutuhkan perhatian serius dari orang tua, pendidik, dan pemerintah.
Penggunaan internet yang semakin meluas di kalangan anak-anak Indonesia membawa kekhawatiran serius terkait paparan konten negatif. Menurut Aries Adi Leksono, Komisioner KPAI, sekitar 55 juta anak di Indonesia kecanduan pornografi, dan 2,1 juta lainnya terlibat dalam judi online. Angka-angka ini menyoroti betapa besarnya masalah yang dihadapi generasi muda Indonesia saat ini.
Mudahnya Akses Pornografi di Era Digital
Internet adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia menawarkan berbagai manfaat, mulai dari akses informasi hingga alat belajar yang tak terbatas. Namun, di sisi lain, internet juga menjadi jalan mudah bagi anak-anak untuk mengakses konten yang tidak sesuai dengan usia mereka, salah satunya adalah pornografi. Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2022, 60% anak-anak di Indonesia pernah terpapar konten pornografi melalui perangkat digital.
Kecanduan pornografi pada anak-anak sering kali bermula dari rasa ingin tahu yang tidak disertai dengan pengawasan orang tua yang memadai. Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu di depan layar tanpa pengawasan rentan terjebak dalam lingkaran kecanduan ini. Perangkat digital seperti smartphone dan tablet yang banyak digunakan anak-anak sering kali menjadi pintu gerbang bagi mereka untuk mengakses konten pornografi. Masalah ini adalah ancaman serius yang memerlukan perhatian dari semua pihak.
Baru-baru ini, sebuah kasus tragis terjadi di Palembang, Sumatera Selatan, yang mengguncang masyarakat. Seorang remaja putri ditemukan tewas di area pemakaman, menjadi korban pembunuhan disertai pemerkosaan oleh para pelaku yang masih berstatus pelajar. Kapolrestabes Palembang Kombes Haryo Sugihartono mengungkapkan bahwa motif dari tindakan keji tersebut berawal dari kecanduan film porno para pelaku.
“Motifnya karena keempat remaja ini tidak bisa mengontrol nafsu birahinya. Karena di handphone mereka kami banyak sekali menemukan video cabul atau video porno,” ujar Kombes Haryo Sugihartono pada Rabu, 4 September 2024. Kasus ini menjadi contoh nyata dari bahaya paparan pornografi yang tidak terkendali, terutama di kalangan remaja.
Dampak Kecanduan Pornografi pada Anak
Kecanduan pornografi dapat menyebabkan dampak serius, baik secara psikologis, emosional, maupun sosial. Anak-anak yang sering terpapar pornografi memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan perkembangan mental. Paparan konten ini dapat merusak cara berpikir anak tentang hubungan antar manusia, terutama dalam hal kasih sayang dan moralitas. Mereka dapat kehilangan perspektif yang sehat tentang bagaimana hubungan intim seharusnya dibangun.
Lebih jauh lagi, kecanduan pornografi juga dapat memengaruhi prestasi akademik anak. Banyak kasus menunjukkan bahwa anak-anak yang terjebak dalam kecanduan ini cenderung mengalami penurunan konsentrasi dan motivasi belajar. Banyak dari mereka yang menghabiskan waktu berjam-jam mengakses konten tersebut, sehingga mengganggu aktivitas belajar dan kehidupan sosial mereka.
Pengaruh terhadap Moral dan Karakter Anak
Selain dampak psikologis, kecanduan pornografi juga berpotensi mempengaruhi pembentukan karakter dan moral anak-anak. Konten pornografi yang sering kali menggambarkan hubungan yang tidak sehat dapat membentuk persepsi yang salah mengenai seksualitas dan hubungan antar manusia. Anak-anak yang belum memiliki pemahaman yang matang tentang hal tersebut rentan menganggap hubungan dalam pornografi sebagai hal yang normal.
Jika tidak diawasi dan didampingi, anak-anak bisa tumbuh dengan pandangan yang salah tentang kasih sayang dan hubungan antar manusia. Ini akan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lawan jenis di kemudian hari dan membentuk pemahaman yang menyimpang tentang seksualitas dan moralitas.
Upaya Pencegahan dan Peran Orang Tua
Mengatasi krisis kecanduan pornografi pada anak bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula hal yang tidak mungkin. Peran utama dalam pencegahan ada di tangan orang tua. Orang tua harus aktif dalam mendampingi anak-anak mereka ketika menggunakan internet. Edukasi tentang penggunaan internet yang sehat dan pengenalan batasan waktu penggunaan perangkat digital menjadi kunci untuk melindungi anak-anak dari paparan konten berbahaya.
Selain itu, komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak juga sangat penting. Anak-anak perlu merasa nyaman berbicara dengan orang tua mereka tentang apa yang mereka lihat dan temui di internet. Jika anak merasa ada ruang untuk berbicara dengan orang tua tanpa merasa dihakimi, mereka lebih cenderung akan mencari bantuan ketika mereka menemukan konten yang tidak sesuai.
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Penerapan regulasi yang lebih ketat terhadap konten pornografi di internet dan media sosial dapat membantu membatasi akses anak-anak terhadap konten tersebut. Kominfo telah memblokir jutaan situs pornografi, namun tantangan masih besar karena munculnya situs-situs baru yang menawarkan konten serupa.
Kecanduan pornografi di kalangan anak-anak di Indonesia merupakan masalah yang tidak bisa diabaikan. Dampaknya yang luas terhadap psikologis, moral, dan akademis anak-anak menunjukkan pentingnya peran semua pihak, mulai dari orang tua, sekolah, hingga pemerintah dalam memberikan edukasi dan perlindungan yang memadai. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental dan moral, serta siap menghadapi tantangan di era digital ini.